FeatureHeadline

Menilik produk IKM anyaman pandan di Aceh Timur

Aceh Timur miliki sentral kerajinan anyaman pandan. Lokasinya terdapat di Gampong Alue Dua Muka O, Kecamatan Idi Rayeuk. Disini, ragam produk kebutuhan rumah tangga, seperti dompet, tas, kotak tisu, tempat aqua, sarung bantal kursi, sajadah, tikar duduk, hingga tempat pensil.
Owner produk IKM anyaman Pandan Tikar O, Awarida

POPULARITAS.COMAceh Timur miliki sentral kerajinan anyaman pandan. Lokasinya terdapat di Gampong Alue Dua Muka O, Kecamatan Idi Rayeuk. Disini, ragam produk kebutuhan rumah tangga, seperti dompet, tas, kotak tisu, tempat aqua, sarung bantal kursi, sajadah, tikar duduk, hingga tempat pensil.

Keberadaan sentral anyaman pandan di daerah itu, didukung faktor geografis, dan banyaknya bahan baku. Hal tersebut menunjang keberlanjutan produk yang dihasilkan.

Desa Alue Dua Muka O sendiri, terletak di kawasan pesisir Aceh Timur. Di daerah ini banyak ditemui tanaman perdu tumbuhan pandan, yang digunakan sebagai bahan baku utama.

Di sentra kerajinan anyaman pandan itu, terdapat dua kelompok perajin, yakni “Pandan Berseri” dan kelompok “Pandan Bungong Seukee”.

Keahlian membuat kerajinan anyaman pandan di Desa Alue Dua Muka O merupakan ilmu yang diwariskan secara turun-temurun dari orang tua kepada anak-anaknya.

Dengan beranggota masing-masing kelompok berjumlah 10 orang, kelompok tersebut kini aktif memproduksi atau menyediakan beragam hasil kreasi sulaman tangan dengan merek “Tikar O”, lalu dipasarkan ke berbagai daerah, hingga luar provinsi Aceh.

Sebagai komunitas pengrajin anyaman daun pandan, Tikar O memadukan keahlian dari para pengrajin untuk menghasilkan produk dengan desain dan warna yang unik, serta selalu menjaga sifat kealamian dari daun pandan itu sendiri.

Saat dihubungi popularitas.com, Sabtu (24/9/2022), Owner Tikar O, Awarida menceritakan bahwa kelompok perajin itu lahir pada 2013 silam. Lahirnya usaha ini berkat dorongan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Timur.

“Kemudian, binaan berlanjut pada 2014 dari Dekranasda Aceh Timur, lalu berlanjut ke pelatihan-pelatihan,” kata Awarida.

Ia menyebutkan bahwa Tikar O menghadirkan beragam produk kebutuhan ibu rumah tangga, di antaranya dompet, tas, kotak tisu, tempat aqua, sarung bantal kursi, sajadah, tikar duduk, hingga tempat pensil.

Produk-produk tersebut merupakan hasil karya yang dibuat langsung oleh tangan pengrajin berpengalaman, setiap anyamannya dibutuhkan ketelitian dan tingkat fokus yang tinggi sehinga bisa menghasilkan tatanan motif yang unik dan indah.

“Jadi Tikar O memiliki keunggulan tersendiri, di mana proses pembuatannya sangat teliti, sehingga produk dihasilkan berkualitas,” ucap Awarida.

Ia menyampaikan bahwa produk-produk tersebut dibanderol dengan harga bervariasi tergantung jenis dan motifnya. Misalnya, untuk dompet sulam dijual dengan harga Rp 65ribu, sendal sulam pita Rp 40 ribu.

Selanjutnya, tambah Awarida, sarung bantal kursi terawang dibanderol dengan harga Rp100 ribu, tas serut Rp 80 ribu, tikar duduk Rp 60 ribu, dan sendal Rp 35 ribu. “Jadi harganya cukup bervariasi, ada juga yang paling murah yaitu tempat pensil hanya Rp 20 ribu, dompet juga ada yang Rp 20 ribu dan Rp 30 ribu,” sebut Awarida.

Sebelum adanya kelompok perajin, Awarida mengaku ia dan perajin lainnya menjalankan usaha secara mandiri di rumah masing-masing. Adapun proses produksi juga dilakukan terbatas, tergantung pesanan.

“Memang anyaman ini sudah kami mulai sejak masa dari nenek dulu, tetapi tidak terkenal seperti sekarang ini, dulu cuma untuk orang yang memesan saja,” kata Awarida.

Tas anyaman pandan hasil karya IKM Tikar O

Setelah kelompok perajin itu hadir, terang Arawida, proses produksi dilakukan secara konsisten, supaya adanya keberlangsungan usaha. Sehingga, ketika produk dibutuhkan oleh konsumen, barangnya sudah ada.

“Laku tidak laku tetap diproduksi, saya kira itu saja kuncinya agar tetap eksis,” ucap Awarida.

Usaha Tikar O laris manis di pasaran sejak beberapa tahun terakhir sebelum pandemi Covid-19. Selain dipasarkan melalui online dan offline di tempat produksi, Tikar O juga kerap dilibatkan dalam pameran-pameran, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Sebelum pandemi, Awarida mengaku meraih omzet sekitar Rp4 juta per bulan. Sementara selama pandemi, proses penjualan merosot tajam. Meski demikian, Awarida tetap melakukan produksi dengan pemasaran via online.

Pemasaran online, tambah Awarida, dilakukan melalui marketplace, Instagram, WhatsApp maupun Facebook. Nama terakhir menjadi paling efektif menggaet calon pembeli.

“Marketplace sudah coba, tetapi tidak maksimal, selama ini kami banyak laku di Facebook,” kata Awarida.

Awarida bersyukur pandemi Covid-19 telah berakhir. Dia berharap, pameran-pameran yang sebelumnya sempat terhenti, kini digelar kembali. Ia juga berharap agar pemerintah membawa Tikar O di pameran-pameran tingkat nasional.

“Selama ini kami dibawa oleh Dekranas Aceh Timur dan Dekranasda Aceh, semoga ke depan dibawa lagi,” harap Awarida.

Untuk menarik minat pembeli, beragam produk Tikar O diposting di media sosial, baik Instagram maupun Facebook. Untuk proses pembelian Tikar 0, maka dapat menghubungi Intagram @tikar_O atau Facebook Pandan Berseri.

Selain itu, pembeli juga bisa menghubungi Instagram Owner Tikar O, @alwaridahalwaridah atau mendatangi langsung tempat usaha di Desa Alue Dua Muka O, Kecamatan Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur. “Jika pembeli membeli secara online, barangnya akan kami kirimkan ke alamat sesuai pesanan,” demikian Awarida.

Shares: