News

Taliban Larang Perempuan Afghanistan Bekerja Bersama Pria

Gerilyawan Taliban berhasil mengambilalih kota utama Afghanistan di timur, Jalalabad tanpa perlawanan pada hari ini, Minggu (15/8) pagi waktu setempat. (AP/Mohammad Asif Khan).

POPULARITAS.COM – Seorang petinggi Taliban mengatakan kaum perempuan Afghanistan seharusnya tidak diizinkan bekerja bersama pria.

Waheedullah Hashimi, tokoh senior Taliban, menegaskan bahwa kelompoknya akan sepenuhnya menerapkan hukum Islam meski ada tekanan dari komunitas internasional untuk mengizinkan kaum perempuan bebas bekerja.

“Kami telah berjuang selama hampir 40 tahun untuk membawa sistem hukum syariah ke Afghanistan. Syariah tidak mengizinkan pria dan wanita untuk berkumpul atau duduk bersama di bawah satu atap,” kata Hashimi soal hukum Islam berdasarkan interpretasinya.

“Laki-laki dan perempuan tidak bisa bekerja bersama-sama. Itu jelas. Mereka tidak diizinkan datang ke kantor dan bekerja di kementerian kami,” paparnya menambahkan.

Baca: Cerita Jubir Taliban Ejek Amerika Karena Gagal Menangkapnya

Tidak jelas sejauh mana pernyataan Hashimi itu mencerminkan kebijakan pemerintah baru Afghanistan di tangan Taliban saat ini.

Namun, komentar Hashimi berbeda jauh dengan janji Taliban yang bertekad akan melindungi hak asasi manusia, termasuk membuka ruang bagi perempuan, tak lama usai mengklaim berkuasa lagi di Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu.

Dalam wawancaranya dengan Reuters, Hashimi mengatakan larangan bekerja untuk perempuan juga akan berlaku di sektor seperti media.

Ia menuturkan kontak antara laki-laki dan perempuan di luar rumah akan diperbolehkan dalam keadaan tertentu, misalnya saat berobat di mana pasien merupakan seorang perempuan dengan dokter laki-laki.

Dalam wawancaranya dengan Reuters, Hashimi mengatakan larangan bekerja untuk perempuan juga akan berlaku di sektor seperti media.

Ia menuturkan kontak antara laki-laki dan perempuan di luar rumah akan diperbolehkan dalam keadaan tertentu, misalnya saat berobat di mana pasien merupakan seorang perempuan dengan dokter laki-laki.

Hashimi menuturkan ada beberapa bidang yang akan terbuka bagi peran perempuan. Kaum perempuan, katanya, diizinkan untuk belajar dan bekerja di sektor pendidikan dan medis, di mana fasilitas terpisah antara kaum wanita dan laki-laki dapat diatur.

“Kami tentu membutuhkan perempuan, misalnya dalam kedokteran, dalam pendidikan. Kami akan memiliki institusi terpisah untuk mereka, rumah sakit terpisah, universitas terpisah mungkin, sekolah terpisah, madrasah terpisah,” kata Hashimi.

Pernyataan Hashimi itu semakin memicu kekhawatiran bahwa Taliban pada akhirnya akan melarang kaum perempuan bekerja, sama seperti ketika kelompok itu berkuasa di Afghanistan era 1996-2001.

Salah satu juru bicara Taliban juga mengatakan kaum perempuan tidak bisa bekerja di pemerintahan, apalagi menjadi menteri. Menurutnya, tugas merempuan adalah melahirkan dan mendidik generasi muda Afghanistan.

Sebelumnya, Taliban memang telah mengizinkan perempuan Afghanistan sekolah bahkan hingga perguruan tinggi dan pascasarjana.

Namun, Taliban memberikan sejumlah syarat sebelum wanita bisa mengenyam pendidikan seperti wajib menggunakan pakaian Islami seperti hijab, ruang kelas yang terpisah dengan laki-laki, sampai pelajaran yang diambil harus sesuai kaidah yang ditetapkan pemerintah.

Kementerian Pendidikan Tinggi Afghanistan rezim Taliban juga mengatakan akan menghapus sejumlah pelajaran dan jurusan yang dinilai bertentangan dengan hukum Islam.

Sumber: CNN

Shares: