News

Kisah Heroik Rangga Bukti Kedekatan Anak dengan Ibunda

(ist)

POPULARITAS.COM – Psikolog anak Rose Mini mengungkapkan perilaku Rangga, anak 9 tahun yang tewas karena membela ibunya, bukan semata-mata aksi alami, melainkan menunjukkan kedekatan emosional dengan sang ibu.

Rangga sebelumnya menjadi perbincangan setelah anak dari Aceh itu tewas di tangan pemerkosa ibunya. Ia dibacok pelaku, Samsul, saat berusaha menolong ibunya. Kisah heroiknya pun menarik simpati netizen hingga viral.

Rose Mini mengungkapkan, bukan hal yang mustahil seorang anak kecil melakukan aksi heroik seperti Rangga. Perempuan yang akrab disapa Bunda Romi ini menjelaskan anak memiliki naluri untuk melindungi apa yang jadi miliknya.

Mainan yang hendak direbut anak lain saja dilindungi, apalagi sang ibu yang sedang dalam bahaya. Akan tetapi apa yang dilakukan Rangga tidak semata-mata alami begitu saja.

“Kalau ada kedekatan, hubungan baik dengan orang tua, dia merasakan ikatan besar dengan orang tua, mungkin saja dia berupaya melindungi mereka,” kata Bunda Romi seperti dilansir dari laman CNNIndonesia.com, Sabtu (17/10/2020).

“Kalau hubungannya tidak indah, tidak suka, tidak dekat, bisa saja enggak (melindungi). Mungkin anak enggak terlalu punya keinginan untuk membantu atau menolong,” lanjutnya.

Biasanya anak akan merespons kondisi terdesak atau bahaya dengan menangis atau berteriak. Ada pula kemungkinan mencari orang lain untuk dimintai pertolongan atau mengadu.

Rose Mini menyebut, anak usia 9 tahun atau setara dengan duduk kelas 2 atau 3 SD sudah memiliki kemampuan berpikir di luar hal konkret. Anak juga dinilai sudah mulai bisa berpikir tindakan yang akan dia lakukan, juga alternatifnya dalam situasi tertentu.

Meski begitu, pada kenyataannya anak tidak selalu bersama dengan orang tua. Misalnya ketika anak ke sekolah atau bermain di luar rumah. Terkait hal ini, orang tua patut memberikan modal anak untuk memproteksi diri sendiri.

Rose Mini menyebut modal tersebut bisa berupa nama orang tua dan alamat tempat tinggal. Untuk anak SD, bisa juga dibekali juga dengan kontak orang tua.

Selain itu, anak juga diharapkan tahu kerabat atau famili terdekat yang bisa dihubungi dalam situasi mendesak, seperti anak tahu ada kakek dan neneknya yang tinggal di wilayah lain.

“Anak perlu dibekali dengan kemampuan berkomunikasi dengan baik. Jadi saat ada yang mempersuasi, anak belum tentu terpengaruh,” kata Rose Mini.

“Anak kecil kan mudah dikelabui, ajarkan anak untuk tidak mudah terpikat dengan makanan atau cokelat jadi mereka tahu belum tentu yang dikasih itu baik,” lanjutnya.

Bunda Romi menjelaskan anak sebenarnya tidak akan menerima pemberian orang lain ketika merasa tidak butuh. Anak yang kerap jadi sasaran perundungan atau seksual dilihat sebagai anak yang serba kekurangan. Pelaku aksi kejahatan pun melancarkan niat buruknya bermodal iming-iming sederhana.

Akan tetapi ada pula sebagian orang tua memilih mengajarkan anak proteksi diri dengan tidak berinteraksi dengan orang asing. Rose Mini mengaku memaklumi kekhawatiran orang tua kalau nanti anak jadi sasaran tindak kejahatan, namun bekal seperti ini dirasa kurang tepat.

Ia mencontohkan dalam kondisi anak tersesat di jalan dan perlu bertanya kepada orang lain. Pesan tak boleh berinteraksi dengan orang asing dari orang tua membuat anak jadi takut dan diam saja, karena semua orang dianggap asing.

Rose Mini menilai, sebaiknya anak tetap diajarkan untuk berkomunikasi dengan baik dan seperlunya kepada orang asing.

“Kalau ditanya nama, kalau enggak kenal banget, jangan diacuhkan. Jadi yang diajarkan, kalau orang asing tanya kebanyakan, bilang saja enggak tahu. Nanti pertanyaan-pertanyaan itu enggak muncul lagi,” kata Rose Mini.

Sumber: CNN

Shares: