HeadlineKesehatan

Gubernur Aceh Dua Kali Vaksin Namun Masih Kena Covid, mengapa bisa?

Terpaparnya Gubernur Aceh akibat virus covid-19, lantas memunculkan pertanyaan publik di daerah ini, mengapa bisa seseorang yang sudah di vaksin, namun masih terinfeksi.
Gubernur Aceh Dua Kali Vaksin Namun Masih Kena Covid, mengapa bisa?
Petugas kesehatan menyuntik vaksin Sinovac kepada Gubernur Aceh, Nova Iriansyah di RSUD dr Zainoel Abidin, Banda Aceh, Jumat (15/1/2021). (Muhammad Fadhil/pupularitas.com)

POPULARITAS.COM – Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, dinyatakan terpapar corona virus Covid-19. Terinfeksinya orang nomor satu di provinsi ujung barat Sumatera tersebut, disampaikan langsung oleh Kepala Biro Humas dan Protokoler Setda Aceh, Muhammad Iswanto, Senin (31/5/2021).

Dalam pernyataan resminya, Muhammad Iswanto, menerangkan, kepastian Gubernur Nova Iriansyah, terinfeksi covid-19, setelah hasil tes usap atau swab PCR (polymerase chain reaction), yang dilakukan rutin terhadap politisi Partai Demokrat tersebut.

Namun, kata Iswanto, sapaan karibnya, Gubernur Aceh, terinfeksi covid-19 tanpa gejala.

baca juga : Gubernur Aceh Positif Covid-19

Terpaparnya Gubernur Aceh akibat virus covid-19, lantas memunculkan pertanyaan publik di daerah ini, mengapa bisa seseorang yang sudah di vaksin, namun masih terinfeksi.

Gubernur Aceh, Nova Iriansyah sendiri, telah melakukan vaksin covid-19, sebanyak dua kali, yakni tanggal 15 Januari dan 29 Januari 2021.

Menurut Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, seperti dikutip dari kompas.com, masyarakat perlu memahami bahwa vaksin tidak mencegah terjadinya penularan Covid-19. 

“Yang mencegah penularan itu 3M, termasuk menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas. Karena tertular itu kan virus masuk ke dalam tubuh kita, dan benteng kita itu 3M,” kata Nadia.

Nadia menjelaskan, setiap orang yang sudah divaksin masih memiliki peluang untuk tertular virus corona. Namun dengan adanya vaksin, maka potensi seseorang untuk bergejala atau jatuh sakit dengan kondisi parah ketika tertular virus corona dapat dikurangi.

“Perlindungannya tetap tidak 100 persen. Tapi dia (vaksin) sudah menurunkan risiko kita jadi sakit itu 65-95 persen,” jelas Nadia.

Nadia mengatakan, jika seseorang sudah menerima vaksin tetapi tidak menerapkan perilaku 3M, maka besar kemungkinan dia masih bisa tertular Covid-19. 

Termasuk meskipun seseorang telah divaksin dan patuh protokol kesehatan juga masih berpeluang terinfeksi Covid-19.  Nadia menjelaskan, hal itu bisa terjadi sebab saat ini masih dalam situasi pandemi. “Kalau pandemi itu kan berarti konsentrasi virus di sekitar kita itu sangat tinggi,” kata Nadia.

Sebagai gambaran situasi pandemi dan kondisi saat tidak lagi pandemi, Nadia mencontohkan saat terjadinya musim demam berdarah.

“Kenapa pada saat musim demam berdarah, orang lebih gampang kan kena demam berdarah. Nah, karena virusnya banyak pada saat itu. Karena nyamuk yang membawa virus pada saat perubahan dari musim panas ke musim hujan, atau musim hujan, itu banyak (populasinya),” kata Nadia. 

“Sehingga orang gampang sakit demam berdarah. Makanya muncul kejadian luar biasa (KLB) peningkatan kasus demam berdarah. Karena pada saat itu virusnya banyak, nyamuk pembawanya juga banyak,” kata Nadia melanjutkan. 

Namun, pada lain waktu, misalnya di musim kemarau, kasus-kasus demam berdarah jarang dijumpai. Mengapa demikian? “Karena virusnya enggak banyak, nyamuknya juga enggak banyak,” jelas Nadia.

Dia mengatakan, analogi penyakit demam berdarah yang dia sampaikan itu dapat digunakan untuk memahami perbedaan situasi pandemi dengan situasi tidak pandemi. 

“Nah, ini sama. Kalau pandemi, kan berarti memang kondisi virus penyebab Covid-19 nya banyak, cuma dia enggak pakai nyamuk,” kata Nadia. 

Dengan situasi pandemi seperti saat ini, resiko tertular virus corona masih sangat besar, sehingga protokol pencegahan 3M harus selalu diterapkan. 

“Kalau pun kita sudah 3M, kan 3M itu enggak 100 persen bisa melindungi, makanya tambah vaksin. Begitu dia (virus) masuk, langsung dilawan,” kata Nadia.

Manfaat vaksin 

Nadia mengatakan, satu hal yang perlu dicermati dari efikasi vaksin Covid-19 adalah khasiatnya untuk mencegah timbulnya gejala sedang hingga berat pada pasien yang terinfeksi.  

Efikasi vaksin Covid-19 dalam mencegah gejala sedang hingga sangat berat tercatat mencapai 89 persen. Capaian itu berlaku untuk rata-rata vaksin yang saat ini beredar. Selain capaian tersebut, vaksin juga diketahui menekan angka kematian akibat Covid-19. 

“Nah, kalau kita bicara kematian, hampir semuanya mengatakan, dia (vaksin) tidak menimbulkan kematian. 90 persen, bahkan 95 persen, dia mencegah kematian (akibat Covid-19). Ini data dari uji klinis ya, bahwa kematian itu tidak terjadi pada orang yang mendapatkan vaksin,” ujar Nadia.

Dikutip dari situs halodoc.com, Dokter spesialis paru, Jafar Abunasser, MD., menjawab pertanyaan mengapa masih bisa tularkan virus corona setelah divaksin, dalam laman Cleveland Clinic. 

Mendapatkan vaksin tidak berarti kamu secara otomatis kebal terhadap virus.

Perlu waktu 10-14 hari agar vaksin dapat bekerja, mengembangkan respons antibodi. 

Terlebih jika baru mendapatkan satu suntikan (dosis pertama), kamu baru akan mendapatkan respons imun parsial. Jadi dr. Abunasser menekankan pentingnya tetap mempraktikkan protokol kesehatan, agar semua orang tetap aman selama pandemi.

“Vaksin memang memberikan perlindungan, tetapi bahkan setelah dua dosis, vaksin memberimu sekitar 94 atau 95 persen tingkat perlindungan. Terlepas dari kenyataan bahwa kamu mungkin dilindungi, kami tidak dapat memberi tahu apakah kamu masih berisiko menjadi pembawa tanpa gejala dan memiliki kemampuan untuk membawa virus dan menyebarkan virus ke orang lain,” ungkapnya.

Dr. Abunasser mengatakan bahwa ketika vaksin diuji, terbukti melindungi penerima dari penyakit itu sendiri. Namun, itu tidak berarti bahwa orang yang kebal tidak dapat membawa virus jika mereka terpapar. Sebaliknya, itu hanya berarti jauh lebih kecil kemungkinannya untuk sakit atau mengembangkan gejala yang parah.

“Kami tidak tahu apakah mendapatkan kekebalan melalui vaksinasi juga mencegah kamu membawa virus tanpa gejala dan melepaskannya, bahkan jika kamu sendiri terlindungi,” ungkapnya.

Editor : Hendro Saky

Shares: