HeadlineOpini

Yang Dikenang Dari Boris Yeltsin dan BJ Habibie

MELINTASI sebuah jalan Nunne kota Tallin menuju Stasiun Balti, saya tak sengaja menemukan sebuah plakat monumen peringatan. Ukurannya tidak besar dan bukan berada di jalan utama. Pada plakat yang terukir dalam 3 bahasa, yaitu bahasa Inggris, Estonia dan Russia tertulis: “Dalam mengenang Presiden pertama Russia, Boris Yeltsin, untuk menghormati perannya dalam pemulihan damai kemerdekaan Estonia pada 1990-1991”.

Pikiran saya langsung melayang. Tertuju pada mantan Presiden BJ Habibie, dimana ucapan doa dan duka cita untuk mendiang baru saja saya posting di instagram. Rasanya ada persamaan.

Setelah saya browsing, ternyata ada sedikit cerita kontroversi dibalik plakat monumen ini. Sebanyak 39 orang warga Estonia berinisiatif untuk memberikan penghargaan kepada Yeltsin atas perannya dalam keruntuhan Uni Sovyet, sekaligus memberikan ruang bagi rakyat Estonia untuk memulihkan kembali kemerdekaan mereka tanpa pertumpahan darah.

Sebagian rakyat Estonia punya pandangan berbeda. Mereka tak ingin perjuangan mereka merebut kembali kemerdekaan akan cacat sejarah, disalahtafsir di kemudian hari nanti sebagai sebuah “hadiah kemerdekaan” dari Yeltsin atas peresmian monumen ini. Padahal menurut mereka, apa yang dilakukan Yeltsin bukanlah semata kepedulian terhadap Estonia, melainkan prioritasnya untuk kepentingan Rusia dan ambisi karir politik pribadi.

Sepintas kemudian saya menemukan benang merah antara Yeltsin dengan Habibie. Sebagimana kita ketahui bersama, bagi rakyat Timor Leste, BJ Habibie menjadi salah satu tokoh yang patut untuk dikenang. Keberanian Habibie memutuskan referendum yang menentukan nasib Timor Timur merupakan hal yang takkan pernah terlupakan dan tercatat dalam tinta emas sejarah negeri bernama Timor Leste. Namun bagi sebagian rakyat Indonesia, terutama keluarga prajurit yang gugur dalam Operasi Seroja, keputusan Habibie tentu saja berbuntut kecewa, atas sia-sianya pengorbanan nyawa keluarga mereka.

Tanpa perbedaan pendapat dengan rakyatnya, pemerintah Timor Leste dengan sukacita meresmikan sebuah jembatan di desa Bidau Sant’ana, Dili, yang diberi nama Jembatan BJ Habibie sebagai bentuk penghormatan terhadap beliau.

Jembatan tersebut diresmikan bertepatan dengan ulang tahun referendum ke-20 tanggal 29 Agustus 2019 kemarin. Secara khusus mantan Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao, menjenguk Habibie sebelum wafat di RSPAD Gatot Subroto untuk menyampaikan undangan kesediaan Habibie hadir dalam perayaan ulang tahun referendum dan peresmian jembatan atas nama dirinya itu.

Pemerintah Indonesia akhirnya diwakili oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Peresmian jembatan Habibie dilakukan oleh Menteri PU Timor Leste, dan dihadiri juga oleh mantan presiden Timor Leste Jose Ramos Horta.

Panjang jembatan tersebut sekitar 540 meter dengan lebar 8 meter dua jalur menghabiskan anggaran sekitar 3,9 juta Dollar AS.

Monumen plakat Yeltsin bukanlah sebuah penghormatan yang berlebihan, barangkali tidak sampai seperseratus dari total biaya pembangunan Jembatan Habibie di Timor Leste. Tapi di balik plakat sederhana itu, setiap orang yang melintas termasuk saya, dapat merefleksi sebuah turbulensi geopolitik terbesar abad 20, keruntuhan Uni Sovyet! dimana jutaan nyawa terselamatkan dan negara-negara Baltik seperti Estonia, Latvia dan Lithuania menemukan kembali kemerdekaannya.

Lantas apa yang membuat kedua monumen itu memiliki nilai dalam pengertian yang sama? Jawabannya tentu saja kemerdekaan. Kedua pemimpin itu telah membuktikan, membuka jalan kepada suatu bangsa untuk menentukan sendiri jalan hidupnya adalah sebuah pencapaian tertinggi dalam kemanusiaan. Pencapaian tertinggi dalam kepemimpinan mereka. Dan mereka abadi dalam kenangan sebuah bangsa.

Akhirnya kita kirimkan Alfatihah untuk Presiden Habibie di malam tahlilan ke-7; engkau abadi dalam memori kami tentang ketulusan, ilmu pengetahuan dan cinta.*

Penulis adalah M. Fauzan Febriansyah, sedang menjalani kerja magang dan tugas belajar di Tallin, Estonia atas kerjasama Yayasan Gerakan Mari Berbagi & Citizen OS Foundation, Estonia

Shares: