News

Usai Pilpres Tim Gabungan Kasus Novel Buka Hasil Kerja

Novel Baswedan (alenia,id)

JAKARTA (popularitas.com) – Tim Gabungan kasus penyiraman air keras ke penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan akan menyampaikan laporan sementara usai Pilpres 2019. Tim Gabungan bakal membeberkan hasil kerjanya selama tiga bulan terakhir.

“Karena apa? Kami enggak mau ini dipolitisasi,” kata anggota Tim Gabungan kasus air keras Novel, Hermawan Sulistyo kepada CNNIndonesia.com, Jumat 12 April 2019.

Hermawan berjanji Tim Gabungan bakal merilis hasil kerja selama tiga bulan. Ia menyatakan selama tiga bulan sudah banyak yang dilakukan oleh pihaknya untuk mencari pelaku dan dalang penyiraman air keras ke Novel pada 11 April 2017 lalu.

Hermawan belum bisa memastikan waktu pengumuman laporan sementara Tim Gabungan. “Jadi kami tunggu habis Pilpres. Enggak ada yang kami tutup-tutupi,” ujarnya.

Hermawan menjelaskan sejumlah saksi yang diperiksa yakni mereka sudah pernah diperiksa sebelumnya dan pernah ditampilkan sketsa wajahnya hingga jenderal bintang tiga. Saat disinggung siapa sosok jenderal bintang tiga yang sudah diperiksa timnya, Hermawan enggan mengungkapkan.

Menurutnya, semua saksi yang sudah diperiksa akan disampaikan dalam penyampaian laporan sementara nanti. “Kami sudah memeriksa belasan saksi, mulai dari yang preman-premannya yang dulu disebut-sebut, yang ada gambarnya segala macam. Sampai (jenderal) bintang tiga, sudah kami periksa semua,” ujarnya.

Menurut Hermawan, penelusuran Tim Gabungan dilakukan sampai ke Ambon, Maluku; Malang, Jawa Timur, hingga ke Sukabumi, Jawa Barat. Ia pun membatah tudingan yang menyebut bahwa Tim Gabungan yang dibentuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian ini tidak bekerja. “Semua terdokumentasikan,” kata Hermawan.

Bukan Bekerja untuk Jokowi atau Prabowo

Anggota Tim Gabungan untuk teror air keras terhadap Novel Baswedan menyatakan terus bekerja untuk mencari pelaku. Mereka menyatakan berusaha mengungkap teror terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu untuk kepentingan bangsa, dan enggan terseret dalam arus persaingan politik kedua kandidat presiden, yakni Joko Widodo atau Prabowo Subianto.

Salah satu anggota tim, Hermawan Sulistyo, memastikan pihaknya juga bekerja bukan untuk Polri atau Novel selaku korban.”Kami bekerja untuk bangsa ini, bukan untuk polisi, bukan untuk Jokowi, apalagi untuk Prabowo. Bukan untuk Novel juga,” kata Hermawan

Hermawan mengatakan mereka sudah bekerja menyelidiki kasus penyiraman air keras ke Novel selama tiga bulan ini. Tim Gabungan dibentuk awal Januari 2019.

Hermawan menjawab keraguan sejumlah pihak atas kerja Tim Gabungan, antara lain Koalisi Masyarakat Sipil, termasuk Novel.

“Enak aja. Suruh dia (Koalisi Masyarakat Sipil) jalan-jalan ke pelosok itu nyari saksi yang sudah lenyap ditelan bumi, kami cari-cari, kok (dibilang) enggak kerja, gimana,” kata Hermawan

Peristiwa teror itu terjadi pada 11 April 2017. Hermawan menjelaskan selama tiga bulan ini mereka memeriksa kembali dokumen penyelidikan sebelumnya hingga meminta keterangan belasan saksi. Bahkan, untuk memeriksa para saksi, tim terbang hingga ke Ambon, Maluku.

Ia mengaku heran bila kerja Tim Gabungan yang dibentuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian itu diragukan. Hermawan lantas menantang jika ada pihak-pihak yang ingin membuat tim pencari fakta tandingan melakukan penyelidikan sendiri. “Kenapa enggak mereka penyelidikan sendiri saja. Biar tahu. Kalau merasa sanggup,” ujarnya.

Komposisi anggota tim itu, kata Hermawan, berasal dari anggota Polri, penyidik KPK, hingga para pakar yang bekerja berdampingan secara independen. Nama-nama yang berada dalam tim itu antara lain mantan Wakil Ketua KPK, Indriyanto Seno Adji, dan Ketua Setara Institute, Hendardi.

Kemudian Komisioner Kompolnas, Poengky Indarti, mantan Ketua Komnas HAM yang kini sebagai Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ifdhal Kasim, serta mantan Komisioner Komnas HAM, Nur Kholis. “Masa kami dipertanyakan integritasnya. Kami enggak punya rasa takut, cuma sama Tuhan saja (takut),” ujar Hermawan.

Kesulitan memang dirasakan Hermawan dan anggota tim lainnya dalam melakukan penyelidikan kasus yang sudah berumur dua tahun itu. Hambatannya antara lain banyak jejak forensik hilang dan mencari fakta untuk menjerat pelaku.

“Prinsip pidana itu, lebih baik melepaskan seribu orang yang bersalah dari pada menghukum satu orang yang tidak bersalah. Jadi ini kami hati-hati betul,” katanya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyarankan semua pihak untuk meminta hasil penyelidikan kasus penyiraman air keras yang menimpa Novel kepada Tim Gabungan bentukan Polri.

“Itu kan sudah ada tim gabungan di Polri yang terdiri dari polisi, Ombudsman, dan KPK. Tanyakan pada mereka hasilnya seperti apa. Kejar mereka, hasilnya seperti apa,” ujar Jokowi di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat kemarin.

Jokowi mengatakan agar kelanjutan hasil penyelidikan kasus Novel itu tak lagi ditanyakan kepada dirinya. Sebab, seluruh proses penyelidikan itu menjadi tanggung jawab tim gabungan tersebut.

“Jangan dikembalikan ke saya lagi. Apa gunanya sudah dibentuk tim gabungan seperti itu. Tanyakan ke mereka,” katanya.

Sumber CNNIndonesia

Shares: