News

UNHCR Lepas Tanggung Jawab Soal Imigran Rohingya di Lhokseumawe

Kondisi kamp pengungsi Imigran Rohingya di Lhokseumawe, kondisinya memprihatinkan. (Popularitas/Rizkita)

 Balai Latihan Kerja Lhokseumawe yang ditempati hampir 400 Imigran Rohingya kini kondisinya sangat memprihatinkan.

Kondisi lingkungan di dalam kamp tersebut dipenuhi tumpukan sampah yang menggunung, baik itu sampah plastik maupun bekas kemasan lainya berserakan di setiap sudut ruangan.

Selain dikerumuni lalat akibat tumpukan sampah, juga menimbulakan bau busuk yang menyengat. Terlihat juga teman bermain anak-anak juga sudah merupai kubangan serta diselimuti sampah.

“Dari awal saya mengatakan bahwa kamp itu dipakai untuk sementara, bukan kamp permanen, karena negara kita bukan negara yang dituju oleh mereka, namun berdasarkan keputusan bersama mereka ditampung disini hanya sebagai bentuk kepudulian, lihat saja kondisi lingkungan di kamp sangat memprihatinkan,” ujar Ketua Satgas Penangan Pengunsi Rohingya, Ridwan Jalil kepada wartawan Jumat (06/11/2020).

Persoalan sampah di kalangan masyarakat merupakan suatu hal yang sangat srius untuk ditangani, selain merusak pemandangan bau sampah yang menyengat juga sangat mengganggu kenyamanan dari berbagai pihak dan warga sekitar.

Ridwan bilang UNHCR bahkan hingga saat ini tidak menjalankan tugasnya sebagaimana yang termaktub dalam mandatnya. Pihaknya juga sudah menyurati UNHCR untuk ikut membantu Imigran Rohingya.

“Retrograsi hingga saat ini UNHCR tidak menjalankan tugasnya sebagai mestinya, kita sudah sering mengingatkan bahkan sampai menyurati perwakilan UNHCR hingga ke Jakarta namun detik ini UNHCR tidak menjalakan tugasnya sesuai dengan mandatnya,” ujar Ridwan Jalil.

Padahal pemerintah sudah menegaskan bahwa UNHCR dapat membuat MoU dengan DLHK menyangkut kebersihan di Kamp namun hingga saat ini belum dilakukan.

Bahkan pihaknya sudah terlalu sering menegaskan agar UNHCR segera membuat MoU dengan dinas terkait, baik itu kebersihan, kesehatan serta penangan Covid-19 agar dapat lebih mudah dalam penangan para pengungsi itu, hal itu juga belum dilakukan.

Hal itu disarankan lantaran pemerintah kota Lhokseumawe hanya memberikan fasilitas tempat, tidak dalam hal menangani pengungsi itu dan tempat tersebut hanya bersifat sementara.

“Yang terjadi saat ini adalah, UNHCR yang lebih tau mengenai pengunsi namun seperti tidak tau, contohnya saja UNHCR tidak memeberikan laporan kepada satgas terkait hilangnya Rohingya, malah kita mendapat laporan hilang itu hanya dari penjaga kamp, padahal tangggungjawab mereka,” keluhnya.

Tujuan terbentuknya Satgas penangan pengungsi sebutnya, segala suatu informasi mengenai etnis Rohingya melalui satu pintu yaitu satgas. Namun kenyataanya saat ini adalah Satgas tidak mendapatkan informasi apapun dari UNHCR. Artinya, kata dia pihak UNHCR selama ini tidak transparansi.

“Kita harapkan ke depan UNHCR dapat bertugas secara mandatnya, terbuka mengenai informasi, agar pengungsi ini dapat sama- sama bisa kita tangani dengan baik,” pungkasnya.

Editor: dani

Shares: