News

Toet Budee Trieng, Tradisi Peninggalan Kerajaan Aceh Saat Malam Lebaran

Ilustrasi. (foto:mercinews)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Toet Budee Trieng merupakan sebuah tradisi peninggalan kerajaan Aceh, yang dilakukan setiap malam lebaran baik Idul Fitri maupuan Idul Adha.

Tradisi ini masih bertahan sampai sekarang dan masih dilakukan di beberapa daerah di Aceh, salah satunya Kabupaten Pidie. Sayangnya, tradisi ini sudah tidak sesuai lagi dengan kearifan lokal Aceh.

Pemerhati Sejarah dan Budaya Aceh, Tarmizi Abdul Hamid mengatakan, toet budee trieng sudah dilakukan oleh sultan-sultan Aceh sebagai ritual tradisi kebesaran Islam. Saat malam lebaran, sultan berkumpul dengan rakyat dan membakar meriam pertanda dimulainya takbir.

“Makanya, terjadi tradisi meriam sampai sekarang jelang hari raya, diledakkan meriam-meriam. Jadi, diikuti oleh rakyat dengan simbol demikian, dibuat dari bambu (trieng),” kata Cek Midi saat ditemui di kawasan Lampineung Banda Aceh, belum lama ini.

Ia menjelaskan, tradisi toet budee trieng saat ini mulai memudar di kalangan masyarakat Aceh. Masyarakat saat ini umumnya memilih membakar karbit yang dentumannya lebih besar dan dapat mengganggu orang lain.

“Sekarang dibuat dari karbit, mengganggu orang lain, itu bukan budaya lagi, mengganggu orang lain itu bukan tradisi yang harus kita anut,” jelasnya.

Kata Cek Midi, pada masa Kesultanan Aceh, memakar meriam bukan hanya saat akan memasuki lebaran, tetapi juga saat adanya seorang pasangan yang melahirkan seoarang bayi laki-laki. Tradisi ini dilakukan juga memiliki makna tersendiri.

“Toet budee trieng itu tradisi dari awal. Lahir anak laki-laki, diledakkan meriam. Kenapa? Ada semangat bagi dia anak laki-laki adalah perang di depan nanti. Yang dihadapi adalah perang, toet budee disimbulkan dengan perang,” pungkasnya. []

Reporter: Muhammad Fadhil

Shares: