Feature

Tertibkan Senapan, Selamatkan Orangutan

Sapto Aji Prabowo menduga pelaku sengaja menembak Hope untuk memperoleh anaknya. Namun, Hope sebagai induk, berusaha keras mempertahankan anaknya agar tak lepas dari pelukan.
Aksi teatrikal penyelamatan Orangutan Sumatra di Bundaran Simpang Lima Banda Aceh, Aceh | Foto: Al Asmunda

“KAMI mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus yang menimpa Hope.” Pekikan pria berseragam almamater hijau itu menarik perhatian warga yang melintas di bundaran Simpang Lima, Banda Aceh.

Hujan baru saja reda. Matahari yang kian condong ke barat kembali menampakkan diri.
Suara pria itu kian lantang terdengar sebab dibantu oleh perambat suara toa yang dijinjingnya di bahu.

Di belakangnya, puluhan orang berdiri sambil merentangkan spanduk bernada ancaman. Salah satu isi spanduknya berbunyi, “Hukum pelaku penembak Hope”. Beberapa peserta aksi turut mengenakan topeng orangutan. Mereka menggelar teatrikal sebagai bentuk keprihatinan dari puluhan warga Sahabat Alam Lestari (SALi).

Aksi demonstrasi di bundaran Simpang Lima tersebut merupakan wujud geram bercampur marah demonstran, setelah mendapati kabar seekor orangutan Sumatera dewasa ditembak dengan senapan angin. Nyaris, binatang yang dilindungi itu meregang nyawa di salah satu kebun sawit warga. Peristiwa tragis ini berlangsung di Desa Bunga Tanjung, Sultan Daulat, Kota Subulussalam.

Beruntung, nyawa orangutan yang belakangan diberi nama Hope tersebut dapat diselamatkan. Upaya personel Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Seksi Wilayah 2 Subulussalam bersama mitra Wildlife Conservation Center Indonesia Program (WCS-IP) dan Orangutan Information Centre (OIC), pada Minggu 10 Maret 2019, tak sia-sia.

Namun, takdir berkata lain untuk anak Hope. Anak sang induk yang masih berumur satu bulan itu malah menghembuskan nafas terakhir saat proses evakuasi. Bayi malang itu diduga mati karena malnutrisi dan shock berat. Bayi Hope lantas dikuburkan di Pusat Karantina Orangutan di Sibolangit, Sumatera Utara.

Setelah dicek oleh tim dokter hewan Pusat Karantina Orangutan di Sibolangit, Sumatra Utara, Hope mengalami luka parah di beberapa bagian tubuhnya.

Peluru senapan angin yang ditembak kepada Hope bersarang sebanyak 74 butir. Beberapa bagian tubuhnya pun memar-memar karena disiksa dengan benda tajam.

Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo menduga pelaku sengaja menembak Hope untuk memperoleh anaknya. Namun, Hope sebagai induk, berusaha keras mempertahankan anaknya agar tak lepas dari pelukan.

“Dugaan kita, tapi ini masih perlu penyidikan lebih lanjut ya, masyarakat memang sengaja tidak melapor untuk bisa mendapatkan anak (orangutan) tersebut. Itulah yang kemudian menyebabkan Hope ini posisi lukanya parah sekali, karena dia mempertahankan anaknya,” kata Sapto, yang ikut dalam aksi pada Jumat, 15 Maret 2019 sore tersebut.

Sapto menduga orangutan ini sengaja disiksa demi mendapatkan keuntungan bagi si pelaku. Dugaannya, orangutan tersebut akan dipelihara atau diperjualbelikan di pasar gelap.

“Dugaan kita mengarah ke sana. Tapi tentu ini perlu penyidikan lebih lanjut,” paparnya.

Bukan hanya BKSDA Aceh saja yang geram terhadap perlakuan keji yang menimpa Hope, berbagai lapisan masyarakat Aceh pun ikut marah.

Masyarakat turun ke jalan menyuarakan bentuk keprihatinan serta menuntut pihak berwajib segera menangkap pelaku penembak Hope.

“Penegak hukum harus segera mengusut tuntas siapa pelaku pembunuh dan penembak orangutan Sumatera di Subulussalam itu,” kata Nuratul Faizah, koordinator aksi.

Menurutnya, penyiksaan terhadap orangutan dengan menggunakan senapan angin tersebut merupakan perbuatan yang keji.

“Bayangkan, kondisi Hope dengan luka di tangan, kaki, serta mata yang kena peluru senapan angin, sebuah perbuatan yang betul-betul tidak terpuji,” tuturnya dalam orasi.

Puluhan masyarakat yang berdemonstrasi juga meminta Kepolisian Daerah (Polda) Aceh agar menertibkan peredaran senapan angin di masyarakat.

“Senapan angin ini banyak digunakan untuk menembak satwa dan burung langka. Ini sudah tak betul,” tambah Nuratul.

Kejadian yang menimpa Hope menambah catatan panjang terkait perburuan dan konflik satwa di Aceh. Orangutan Sumatera, binatang yang diamanahkan negara melalui undang-undang untuk dilindungi tersebut, kian berkurang jumlah populasinya.

“Harapan kita masyarakat dan para pihak terkait di Aceh bisa menjaga dan melindungi Orangutan Sumatera, karena satwa ini adalah salah satu satwa endemik yang dilindungi. Serta satwa kebanggaan kita Aceh dan Indonesia pada umumnya,” tutupnya.

Kabar menggembirakan datang dari Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo. Dia mengatakan kondisi Hope sudah mulai membaik. Nafsu makannya juga sudah banyak.

“Dia juga sudah mulai bergerak, tapi tim yang menangani tetap membatasi pergerakannya agar tidak semakin memperburuk keadaannya,” kata Sapto.

Dalam beberapa hari ke depan, jika kondisi Hope sudah jauh membaik, akan dilakukan operasi tulang bahu sebelah kiri yang patah dan mencuat keluar.

“Karena kalau tidak dilakukan (operasi) ini akan bahaya. Bakal mempengaruhi paru-parunya,” jelasnya.

Mengenai peluru senapan angin yang menembus 74 bagian di tubuh Hope, kata Sapto, baru tujuh peluru yang sudah berhasil dikeluarkan.

Pengangkatan peluru dari tubuh orangutan itu harus ditunda dulu, sebab jika sekaligus dikeluarkan maka akan terlalu banyak luka di tubuhnya.

“Jadi dokter memutuskan untuk menunda pengangkatan peluru tersebut dulu,” katanya.

Penyelamatan nyawa Hope masih berjalan panjang. Tentu ada harapan ia akan tertolong selagi kerja-kerja penyelamatan itu berlangsung seusai prosedur.

Lalu pertanyaannya, apakah masih ada harapan bagi Hope-Hope yang lain untuk hidup bebas di bumi Serambi Mekkah ini?* (ASM)

Shares: