HeadlineNews

Surat Nova untuk Pejuang Lawan Covid-19

Nova: Ada Potensi Mengulang Wabah Corona Selepas Idul Fitri
Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah berkunjung ke RSUZA, Banda Aceh untuk memantau kesiapan menghadapi wabah COVID-19. Foto Humas Pemerintah Aceh

BANDA ACEH (popularitas.com) – “Bekerjalah dengan dedikasi penuh, pada waktunya kita akan berjumpa dan saat itu saya akan menyampaikan rasa hormat atas kerja keras Bapak/Ibu semua,”.

Penggalan kalimat itu dituliskan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah dalam sepucuk surat ditujukan kepada tim medis yang sedang berjuang melawan Covid-19 di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA), Banda Aceh.

Asa ingin bertemu langsung dengan tim medis, belum dapat dilakukan dengan segala kondisi saat ini. Melalui surat itu, ia menyampaikan salam hormat dan dukungan moril bagi para pejuang melawan Covid-19 saat ini.

Ia menyampaikan, meskipun raga tak bertemu, tatap muka tak dapat dilakukan. Melalui surat itu, Nova menyampaikan didikasinya kepada pejuang yang sedang melawan Covid-19.

“Melalui surat ini saya menegaskan bahwa Bapak/Ibu semua ada dalam pikiran dan hati saya,” tulis Nova dalam sepucuk surat itu.

Nova menyadari, para pejuang melawan Covid-19 di RSUZA bukan perkara mudah, penuh resiko. Untuk seluruh kekuatan dan daya upaya akan dikerahkan untuk memastikan semua bekerja dengan aman dan nyaman.

Jerih, tenaga, pikiran yang telah disumbangkan tim medis pejuang melawan Covid-19 tak akan pernah dilupakan Nova. Dalam surat itu, ia berjanji akan memberikan insentif, termasuk mendukung karirnya maupun keluarga para para pejuang melawan Covid-19 di Tanah Rencong.

Untuk memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19 di Aceh. Nova Iriansyah telah mengeluarkan maklumat emberlakukan jamvmalam. Ini berlaku sejak 29 Maret hingga 29 Mei 2020. Warga diminta tidak dibolehkan lagi beraktivitas sejak pukul 20.30 hingga 05.30 WIB.

Selain itu pemerintah Aceh juga telah memberlakukan physical distancing (menjaga jarak fisik) sejak sebulan terakhir. Semua sekolah telah diliburkan, begitu juga aktivitas perkantoran dihentikan.

Sejak diberlakukan jam malam. Personel kepolisian, TNI dan Satpol PP Aceh langsung bergerak menyosialisasikan sejak pukul 20.30 WIB. Tampak ada empat regu personel gabungan bergerak menuju ke seluruh wilayah hukum Polresta Banda Aceh.

Selama petugas menyosialisasi jam malam. Terlihat beberapa warga masih ada yang masih nongkrong di warung kopi, padahal jam sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB.

Lantas petugas meminta secara persuasif warga yang masih berada di luar rumah untuk segera pulang. Seperti di Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Warga yang masih nongkrong ditungguin oleh petugas hingga mereka meninggalkan lokasi.

Poin penting dari maklumat tersebut adalah mengimbau masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di luar rumah pada penerapan jam malam sejak pukul 20.30 wib sampai dengan pukul 05.30 wib.

Pengelola kegiatan usaha tidak membuka warung kopi/cafe, tempat makan dan minum, pasar, swalayan, mall, karoke, tempat wisata, tempat olahraga, dan angkutan umum pada penerapan jam malam.

Kecuali bagi angkutan umum yang melayani kebutuhan pokok masyarakat, dilengkapi dengan surat tugas atau dokumen yang menjelaskan aktivitas kerja.

Pemberlakuan jam malam ini dibenarkan oleh juru bicara pemerintah Aceh, Saifullah Abdulgani. Diharapkan seluruh warga patuh terhadap imbauan pemerintah agar virus corona dapat segera dicegah dan tidak menyebar lebih luas di Aceh.

“Sekarang di Aceh sudah ada 5 orang yang positif. Satu orang meninggal dunia dan lainnya sedang dalam perawatan di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin,” kata Saifullah Abdulgani yang akrap disapa SAG.

Sedangkan jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) Aceh menjadi 567 dari jumlah 416 satu hari sebelumnya. Penambahan jumlah ODP Aceh sebanyak 151 orang yang diterima diterima Posko Gugus Tugas Percepatan Penangulangan Covid-19 dari 23 kabupaten/kota, katanya.

SAG menguraikan, dari 567 ODP tersebut, sebanyak 453 orang ODP dalam proses pemantauan, dan sisanya 144 ODP telah selesai melewati masa pemantauan. Jubir SAG menghimbau agar setiap ODP dalam penamtauan wajib disiplin menjalani prosedur isolasi mandiri, hingga masa penatauan berakhir.

Sementara itu jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 41 orang, seperti dalam rilis sebelumnya, dan 5 orang sedang dalam perawatan.

 

Pemerintah Aceh Distribusikan Rapid Test ke Seluruh Aceh

Pemerintah Aceh melalui Dinas Kesehatan juga telah mendistribusikan rapid test antibody ke seluruh Aceh. Selain itu, kata dr. Hanif, Kepala Dinas Kesehatan Aceh, pihaknya juga menyalurkan Baju Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, dan ribuan masker TB serta masker N-95.

Hanif, mengatakan, rapid test dan APD tersebut bersumber dari bantuan Badan Penanggulangan Bencana Nasional dan Kementerian Kesehatan RI serta belanja khusus pemerintah melalui APBA 2020.

“Kita mendata rumah sakit di mana yang paling membutuhkan. Kita sebar merata,” kata dr. Hanif di Banda Aceh, Minggu 29/03/2020.

Dr. Hanif menyebutkan pada tahap ini pendistribusian rapid test dan APD tersebut masih difokuskan pada tenaga medis. Ia merinci, ada 37 rumah sakit yang didistribusikan rapid test serta APD dan masker diberikan bagi 28 rumah sakit.

Untuk APD dan masker merupakan distribusi yang kedua kalinya, sementara rapid test merupakan paket pertama yang dikirimkan ke seluruh daerah. Pada tahap pertama APD didistribusikan hanya untuk RSUD sedangkan di tahap kedua APD tersebut diberikan untuk RSUD dan Dinkes kabupaten dan kota se Aceh.

“Kita distribusikan secara proporsional sesuai dengan beban penanganan masing-masing rumah sakit,” kata dr.Hanif.

Hanif menambahkan, rapid test tersebut bertujuan untuk mencari peta sebaran covid-19 yang tentunya alat tersebut tidak diperuntukkan bagi semua orang. Harapannya, kata Hanif, mata rantai corona virus dapat terputus dan hasil dari pemeriksaan bisa menjadi pedoman bagi tindakan medis selanjutnya.

“Harus diingat bahwa rapid test ini bukan  segalanya. Jauh dari itu adalah usaha kita dalam pencegahan menjadi hal yang paling utama. Tetap jaga jarak dan tetap menjaga diri di rumah. Karena tindakan itu  akan lebih efektif dalam memutuskan mata rantai corona,” kata dr. Hanif.

Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto, mengatakan pemerintah Aceh akan terus mengupayakan pemenuhan alat-alat kesehatan khususnya bagi petugas medis yang menangani pasien Covid-19.

Selain melengkapi APD bagi petugas, pemerintah juga menyediakan hotel dan tempat khusus yang bisa dimanfaatkan para dokter dan perawat, baik itu untuk istirahat maupun mengisolasi diri usai bertugas.[acl]

Shares: