News

“Sekelumit Persoalan Klasik Masih Belum Tuntas di Banda Aceh”

Ruas jalan underpass Beurawe yang menghubungkan Kuta Alam dengan kawasan Lambhuk Banda Aceh tergenang air di musim kemarau | Foto: Boy Nashruddin

BANDA ACEH (popularitas.com) – Sekelumit persoalan masih belum mampu diatasi pemerintah kota (Pemko) Banda Aceh di dua tahun kepemimpinan Aminullah Usman-Zainal Arifin. Pemko juga dinilai kerap terjebak dengan manajemen keterlanjuran di sektor pembangunan.

Demikian disampaikan oleh salah satu warga Kota Banda Aceh, Akmal Farraz, kepada popularitas.com menyikapi dua tahun kepemimpinan pasangan Aminullah Usman-Zainal Arifin, Selasa, 9 Juli 2019.

Akmal yang pernah menjabat sebagai  Ketua Ikatan Mahasiswa Kota Banda Aceh (IKAMBA) tersebut juga menyebutkan, setiap pembangunan yang dilakukan pemerintah kota tidak melibatkan partisipasi masyarakat. Pemko Banda Aceh, menurutnya, juga abai pada uji kelayakan publik.

“Contoh misalnya, ada banyak bangunan yang tidak tahu fungsinya sebagai apa, terbelengkalai, kosong, hingga merusak keindahan kota. Selain itu, misalnya, rencana pembangunan panggung utama di Taman Sari itu juga kurang tepat, selain mengurangi ruang terbuka hijau, di sisi lain juga menciderai human values kita sebagai masyarakat urban,” kata Akmal.

Akmal juga menyorot janji Aminullah Usman di masa pencalonan dulu. Saat itu, Aminullah dan Zainal Arifin berjanji ingin menuntuskan persoalan yang sering dikeluhkan warga kota soal ketersediaan air bersih di Banda Aceh. Namun hingga dua tahun kepemimpinan mereka, sebut Akmal, janji tersebut belum diwujudkan.

“Ini bicara masa kepemimpinan yang tinggal tiga tahun lagi. Janji mereka terpilih kemarin kan, bagaimana dia dapat menyelesaikan persoalan air, ini sampai sekarang wujud nyatanya belum ada, kan,” ujarnya.

Persoalan lain di Banda Aceh kini, menurut alumni Urban Studies di Universitas Indonesia itu mengatakan, pemerintah kota seringkali menggembar-gemborkan gampong ramah anak. Namun, faktanya bertolak belakang dengan kenyataan. Menurutnya salah satu indikator gampong ramah anak itu adalah, adanya jaminan ketersediaan ruang publik yang ramah terhadap anak dari dari pemerintah.

“Pak Amin (wali kota) sering bicara gampong ramah anak, faktanya apa? Indikatornya apa? Yang dikatakan gampong ramah anak salah satunya harus ada ruang publik, pak Amin bisa nggak mewujudkan itu,” tuturnya.

Akmal menyebutkan Banda Aceh saat ini minim sekali dengan taman, apalagi taman yang ramah anak. “Penting hal itu harus ada karena taman itu ruang publik, ruang interaksi masyarakat.”

Akmal berharap di sisa tiga tahun masa kepemimpinannya, Aminullah Usman dan Zainal Arifin dapat membawa Banda Aceh menjadi kota yang inklusif, yakni kota yang bisa dirasakan oleh semua orang. Di samping itu, dia meminta pemerintah untuk melibatkan secara aktif masyarakat dalam membangun Banda Aceh, terutama kaum muda. Karena menurutnya selama ini, Banda Aceh minim ruang kreativitas anak muda.

“Misalnya buat suatu kawasan kreatif, yang punya fungsi untuk pemuda agar bisa lebih merangsang kreativitas mereka. Ruang ini juga bisa memupuk rasa kebersamaan antar anak muda,” pungkasnya. (ASM)

Shares: