HeadlineNews

Satu Keluarga Terserang Virus Difteri di Aceh Barat

Ilustrasi | Ibupedia

BANDA ACEH (popularitas.com) – Seorang anak dari Aceh Barat yang berusia 15 tahun terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, akibat terserang virus difteri yang menular dari kedua orang tuanya. Fenomena sekeluarga terjangkit difteri ini pertama terjadi di Kabupaten Aceh Barat.

Penyakit infeksi bakteri serius yang mempengaruhi selaput lendir tenggorokan dan hidung itu awalnya menyerang sang ayah, kemudian menular ke istri dan terakhir menular ke sang anak.

Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Barat, Muhammad Idrus, mengatakan virus difteri yang menyerang sekeluarga itu telah diketahui sejak beberapa minggu terakhir.

Pasangan suami-istri itu, kata Idrus, sempat menjalani perawatan dan penanganan di rumah sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh, Aceh Barat, hingga sembuh.

“Difteri menyerang orang tua lelaki kemudian menular ke istri dan terakhir turun ke anaknya. Tetapi kedua orangtuanya itu sudah sembuh,” ujarnya, Sabtu 30 Maret 2019.

Namun Idrus enggan menyebut nama serta tempat tinggal keluarga tersebut. Dia beralasan tak ingin membuat resah dan khawatir warga di sekitar tempat tinggal keluarga itu, dan masyarakat Aceh Barat umumnya.

Dari keterangan Idrus diketahui difteri yang menyerang keluarga tersebut diduga karena faktor kekebalan tubuh serta kondisi lingkungan tempat tinggalnya.

“Memang penyakit ini lingkungan juga menjadi faktor. Walaupun sudah sembuh penyakit ini bisa saja terjangkit kembali dan menyerang orang lain,” ujarnya.

Difteri yang menyerang seorang anak dari Aceh Barat tersebut kini telah mendapatkan penanganan di RSUDZA Banda Aceh.

Penyakit yang menimpa warga Aceh Barat itu, membuat Idrus sedikit menyesali stigma masyarakat yang masih memandang vaksinasi difteri haram. Pencapaian imunisasi di Aceh Barat yang masih rendah menjadi faktor utama difteri mewabah di tengah masyarakat.

“Capaian imunisasi rendah menjadi faktor. Apa penyebabnya, ya karena stigma masyarakat terhadap vaksin itu masih tinggi. Budaya lah kita bilang. Jadi budaya orang takut terhadap vaksin ini lah masalahnya,” pungkasnya. (ASM)

Shares: