FeatureHeadline

Sapi Kurus di Tengah Rumput Hijau

Sapi Kurus di Tengah Rumput Hijau
Kondisi sapi yang dipelihara di UPTD Inseminasi Buatan Inkubator (IBI) Saree, Kabupaten Aceh Besar, Jumat, 5 Juni 2020. (Fadhil/popularitas.com)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Hamparan rumput hijau seluas lebih kurang 5 haktare terbentang di sekitar UPTD Inseminasi Buatan Inkubator (IBI) Saree, Aceh Besar.

Hanya selemparan batu dari kandang sapi itu, terdapat rumput liar yang hijau dengan ketinggian bervariasi. Selebihnya didominasi semak belukar, pepohonan dan batang kelapa.

Rumput hijau itu hanya dibatasi pagar pohon kuda-kuda. Rumput-rumput itu lebih dari cukup untuk pakan sapi bila dilepaskan di sana. Namun selama ini sapi di UPTD IBI Saree, Aceh Besar terkesan lapar di tengah hamparan rumput yang hijau.

Kasus ini sempat viral di media sosial. Berbagai tanggapan muncul. Perang opini tak dapat dielakkan. Humas Pemerintah Aceh sempat mengklarifikasi penemuan ada sapi kurus di IBI Saree. Hingga bola liar berkembang di tengah-tengah masyarakat dan menjadi bahan perbincangan hangat.

Sejumlah pihak menilai ada permasalahan tata kelola peternakan sapi di UPTD IBI Saree, Aceh Besar milik Dinas Peternakan Aceh. Bahkan ada yang mengendus terjadi dugaan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) terhadap pengelolaan itu.

Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) menyebutkan, berdasarkan pengamatannya dan berbicara dengan masyarakat setempat. Pengelolaan sapi ini sudah lama dalam kondisi gagal, sarat masalah dan sudah berlangsung lama.

“Karena dengan kondisi pengecekan lapangan, pengelolaan sapi tersebut sudah dalam kondisi gagal sehingga siapapun mereka wajib mempertangungjawabkan perbuatan mereka dan apabila ada pihak melindungi maka patut diduga terlibat dalam kejahatan dalam pengelolaan tersebut,” kata Koordinator MaTA, Alfian.

Alfian mengaku saat turun ke lapangan pihaknya banyak mendapatkan informasi dari masyarakat tentang pengelolaan UPTD IBI Saree, Aceh Besar. Mirisnya, ada informasi yang disampaikan dari masyarakat ada sejumlah sapi yang mati.

Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan rencana awal, di mana Pemerintah Aceh membangun perencanaan dengan anggaran yang besar. “Tata kelola anggaran patut diduga potensi korupsi, pengelolan sapi saat ini juga sangat memprihatinkan. Ini menjadi peristiwa berulang terhadap tata kelola pemerintah yang buruk dan tidak dapat ditoleransikan lagi, uang rakyat harus dikelola dengan benar dan satu rupiah wajib dipertangungjawabkan,” katanya.

Alfian menambahkan, secara anggaran berdasarkan penelusuran MaTA terhadap UPTD tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2019. Rinciannya adalah pengadaan pakan konsetrat untuk peternak sebesar Rp 2.331.350.000, pengadaan hijauan pakan ruminasia sebesar Rp 1.808.904.000, dan pembangunan padang pengembalaan sebesar Rp 1.500.000.000.

Untuk tahun anggaran 2020, kata Alfian, Pemerintah Aceh mengalokasikan anggaran untuk pengadaan bibit sapi sebesar Rp 88.000.000.000 dan pakan ternak sapi sebesar Rp 65.000.000.000.

“Jadi Pemerintah Aceh sudah mengeluarkan anggaran ke UPTD sejak 2019 dan 2020 sebesar Rp 158.640.240 dan ini berdasarkan pagu anggaran APBA,” tukasnya.

Oleh sebab itu, Alfian meminta Kejaksaan Tinggi (Kejati) Aceh agar mengusut potensi korupsi terhadap pengelolaan sapi di UPTD IBI Saree, Aceh Besar.

Alfian menjelaskan, kondisi ini tidak dapat ditolerir atas perbuatan tersebut karena sudah merugikan keuangan dan rakyat Aceh. Berdasarkan penelusuran MaTA, patut diduga terjadinya potensi pidana korupsi.

“Fakta lapangan menunjukkan kondisi saat ini, sapi dengan jumlah 400 ekor dalam kondisi kurus dan tanpa makanan seperti tidak terurus secara benar,” jelas Alfian.

Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Yahdi Hasan menemukan fakta, ada sejumlah permasalahan yang sedang melilit UPTD IBI Saree, Aceh Besar.

Dari permasalahan secara administrasi, teknis hingga kurangnya perhatian semua pemangku kepentingan di IBI Saree. Padahal program ini cukup bagus dan sangat memungkin menjadi pilot projek masa depan Aceh di bidang peternakan bila dikelola dengan baik dan benar.

Yahdi tampak menampik, Kepala UPTD IBI Saree telah menjelaskan dan mengakui sejumlah kesalahan dalam pengelolaan yang dilakukan. Sehingga membuat sapi kurus dan kurang gizi.

“Pengakuan itu disampaikan langsung oleh kepala UPTD Sare kepada kami rombongan anggota DPRA. Tapi kesalahan itu tidak dijelaskan secara rinci kepada kami, hanya ada pengakuannya saja,” jelasnya.

Bila dikelola dengan baik, sebutnya, IBI Saree menjadi percontohan dan menjadi tempat edukasi putra-putri Aceh cara memelihara sapi yang baik. Namun seiring perjalananw aktu, program ini malah mubajir dan merugikan keuangan rakyat Aceh, karena pengelolaan yang kurang baik.

“Kondisi hewan sekarang sangat memperhatinkan, kurus, nampak kurang gizi dikarenakan ketiadaan  makanan hewan di kandang,” ungkapnya.

Yang membuat anggota Komisi II DPRA kesal, sebutnya, sekira lokasi IBI Saree banyak terdapat rumput hijau dan subur dapat dijadikan pakan untuk ternak. Namun itu tidak dilakukan agar sapi tidak kekurangan gizi dan kurus-kurus.

Pada kesempatan itu, Yahdi Hasan bersama anggota Komisi II DPRA lainnya meminta kepada kepala UPTD IBI Saree agar segera memperbaiki dan mencari solusi.

“Mereka sudah berjanji akan mengembalikan kondisi sapi 3-4 bulan kedepan gemuk dan sehat kembali dengan memanfaatkan pemberian makanan hijau kepada sapi/lembu tersebut, bila perlu 3 kali lipat lebih dari selama ini yang di lakukan,” tegasnya.

Buntut dari permasalahan itu, Komisi II DPRA langsung memanggil pihak Dinas Peternakan Aceh untuk membahas persoalan tersebut. Pertemuan digelar Senin (8/6/2020) yang berlangsung di ruang Komisi II langsung.

“Ini sedang berlangsung (pertemuan dengan Dinas Perikanan Aceh) di ruang Komisi II DPRA,” kata anggota Komisi II DPRA, Yahdi Hasan, Senin (8/6/2020).

Setelah pertemuan ini, sebut politisi Partai Aceh, akan langsung meninjau ke UPTD IBI Sare kembali. Adapun yang hadir dalam pertemuan tersebut. Pihak eksekutif dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Peternakan Aceh, staf hali, Kabid dan UPTD. Sedangkan pihak legislatif dihardiri oleh Ketua, Wakil dan 9 anggota Komisi II DPRA.

 

Kendala Anggaran

Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Aceh, Rahmandi menjelaskan, terdapat sapi kurus di UPTD IBI Saree akibat belum ada anggaran untuk membeli konsentrat. Karena itu ratusan sapi terlihat kurus diduga kurang gizi.

“Pengadaan pakan ada anggaran, tetapi dalam pembuatan harga satuan terkendala, artinya pembuatan spek karena mengalami kenaikan pada tahun 2020 ini, 2019 itu misalnya harganya Rp 6.500 per kilo, sedangkan sekarang realnya Rp 7000, sehingga tidak bisa ditender, maka direvisi,” katanya.

Ia menjelaskan, pada tahun ini anggaran untuk pakan di UPTD Saree dianggarkan sebesar Rp 1,5 miliar. Anggaran ini rencananya akan digunakan untuk membeli beberapa jenis pakan.

“Untuk berapa ton-nya harus dibagi lagi, harga satuannya, karena di sini ada tiga jenis,” jelas Rahmandi.

Namun, ujar dia, anggaran tersebut hingga saat ini belum bisa direalisasikan karena bermasalah pada harga satuan. Dinas Peternakan Aceh saat ini masih melakukan revisi tentang harga tersebut, sehingga dalam waktu dekat sudah bisa ditender.

Rahmadi juga mengakui, kendala anggaran pengadaan konsentrat tidak ada hubungannya dengan pandemi Covid-19 saat ini. Tetapi permasalahan kemudian muncul karena revisi harga satuan belum selesai.

“Bukan dipotong covid, hanya revisi tentang harga satuan (belum selesai),” sebut Rahmandi.

Melihat kondisi seperti ini, kata Rahmandi, Dinas Peternakan Aceh yakin dalam dua bulan ini ratusan sapi itu akan gembuk kembali. Pihaknya bersama DPR Aceh juga akan mencari solusi bagaimana caranya agar konsentrat segera dilakukan pengadaan.

Popularitas.com pada Jumat, 5 Juni 2020 berkesempatan mengunjungi langsung ke lokasi peternakan sapi tersebut. Menemukan fakta ada 480 ekor sapi di sana, nyaris separuhnya dalam kondisi kurus dan memprihatinkan. Tulang rusuk sapi yang terbalut kulit pun terlihat jelas di lokasi peternakan.

Foto sapi kurus tersebut sempat beredar di media sosial dan menjadi viral. Berdasarkan pengamatan langsung, diduga foto-foto tersebut berasal dari UPTD IBI Sare. Kendati pihak UPTD Sare sempat membantah adanya sapi yang kurang gizi.

Rahmandi mengatakan bahwa UPTD IBI Saree sebenarnya sudah over kapasitas. Seharusnya, UPTD ini hanya menampung 100 hingga 150 ekor sapi.

“Kepada UPTD sudah beberapa kali kami katakan tolong berikan telaah sedikit ke kami, karena pada prinsipnya ini over kapasitas. Jadi di sini sebenarnya misalnya 100-150 ekor, tetapi sekarang sudah mencapai 480 ekor,” kata Rahmandi saat berkunjung ke IBI Saree, Aceh Besar, belum lama ini.

Saat ini, jumlah sapi di UPTD Saree mencapai 480 ekor. Sebagiannya merupakan anak sapi yang lahir pada induknya. Pihak dinas berencana anak sapi tersebut akan dihibahkan ke masyarakat, namun terbentur payung hukum.

“Selama ini kami susah juga, kalau hibah payung hukum tidak ada, kami jual payung hukumnya tidak ada,” ujar Rahmandi.

Kata dia, pada 2018 lalu, Dinas Peternakan bersama DPRA sudah melahirkan sebuah qanun yang mengatur tentang sapi tersebut. Namun qanun tersebut tidak bisa dieksekusi karena belum ada pergub.

“Harga satuan anak sapi yang akan dijual ke masyarakat atau dihibahkan sudah ada dalam qanun itu. Cuma dalam qanun ini harus diikuti dengan pergub, pergub ini sedang kami proses sekarang, sudah dua kali di biro hukum, dikembalikan untuk disempurnakan,” katanya.

“Nanti kalau sudah ada pergub ini bisa dikelola sebagai PAD. Sekarang sapi ini melahirkan, kami tidak bisa apa-apain, hanya bisa dipelihara di sini. karena regulasi belum ada,” pungkasnya.

 

Konsentrat Telat Ditender

Dalam kesempatan itu, Rahmandi juga mengakui bahwa konsentrat untuk pakan sapi di UPTD Saree telat ditender pada tahun anggaran 2020, padahal sudah dianggarkan sebesar Rp 1,5 miliar. Hal ini karena terkendala pada spek harga dari tahun sebelumnya.

“Artinya pembuatan spek karena mengalami kenaikan pada tahun 2020 ini, 2019 itu misalnya harganya Rp 6.500 per kilo, sedangkan sekarang realnya Rp 7 ribu, sehingga tidak bisa ditender, maka direvisi,” kata dia.

Rahmandi menuturkan, proses revisi harga spek tersebut akan selesai dalam waktu dekat. Setelah selesai, pakan konsentrat tersebut akan segera ditender.

“Sekarang tinggal menunggu revisi baru bisa dilaksanakan, pengadaan konsentrat dan penghijauannya,” ujarnya.

Kepala UPTD Saree, Zulfadhli menjelaskan, jumlah sapi yang kurang gizi atau kurus di UPTD yang ia pimpin hanya sekitar 5 persen. Kurusnya sapi ini diduga karena kekurangan konsentrat pada pakan.

“Kosentrat yang diadakan 2019 kemarin tanggal 21 Maret 2020 habis, sehingga sampai hari ini kita memberikan hijauan saja, ditambah dengan permentasi jerami. Memang fungsi kosentrat itukan untuk menambah suplemen makan,” kata Zulfadhli, Jumat (5/6/2020).

Ia menjelaskan, kehabisan konsentrat tersebut karena belum dilakukan pengadaan oleh Dinas Peternakan Aceh. Hal ini karena ada sebuah kendala yang dialami di dinas tersebut.

“Pengadaannya ada tahun 2020 ini ada, cuma saya kurang tau persis, karena yang adakan itu bidang pakan juga, yang saya tau kemarin pertama ada kesalahan penulisan spek, pokoknya nanti bisa konfirmasi langsung lah,” jelasnya.

Kata Zulfadhli, dalam mengantisipasi habisnya konsentrat, pihaknya akan memaksimalkan pakan dari hijau-hijauan yang berada di UPTD IBI Saree. Menurutnya, ada sekitar 15 hektare dari 19,5 luas lahan milik UPTD yang diisi oleh tanaman rumput hijauan.

“Kita juga memanfaatkan jagung-jagung yang ada di sekitar sini, hijauan rumput semaksimal mungkin, dalam waktu dekat akan tumbuh subur,” pungkasnya.

 

Lepaskan Sapi Hingga Hendak Distribusikan untuk Warga

Setelah menjadi bola liar kasus sapi kurus di UPTD IBI Saree, Aceh Besar dan viral di media sosial dan hangat pemberitaan di media massa. Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah langsung turun ke lokasi Minggu (7/6/2020).

Pada kesempatan itu, Nova mengambil solusi jangka pendek dengan melepaskan sapi kurus itu dari kandang ke padang pengembalaan rumput yang hijau. Sehingga sapi-sapi tersebut mendapatkan asupan makanan yang tersedia dari alam liar di sekitar UPTD IBI Saree tersebut.

Selain itu Nova juga akan mendistribusikan sapi-sapi ini ke masyarakat. Menyegerakan revisi anggaran pengadaan konsentrat, menjajaki kerjasama antar dinas, menjajaki kerjasama dengan kabupaten/kota dan kerjasama dengan Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki jurusan yang berkaitan dengan peternakan, pertanian dan perkebunan.

“Sapi-sapi yang kurang sehat dan terlihat kurus ini memang sapi-sapi yang sedang di karantina karena beberapa alasan, baik karena sakit maupun dalam masa penyesuaian. Ada sekitar 50 ekor. Nah untuk itu, ada penyelesaian-penyelesaian yang sedang kita rancang solusinya. Salah satunya hari ini kita lepaskan sapi-sapi ini ke padang penggembalaan seluas 9 hektar, yang berada di dalam komplek UPTD IBI Saree ini,” ujar Nova saat berkunjung ke UPTD IBI, Sare, Minggu (7/6/2020).

Terkait dengan rencana mendistribusikan sapi-sapi ini ke masyarakat. Nova mengaku harus menerbitkan Pergub terlebih dahulu. “Insya Allah dalam seminggu ini akan kita terbitkan, berdasarkan Qanun Retribusi yang sudah ada,” tukasnya.

Selain itu, sambung Nova, pakan tambahan berupa konsentrat juga dibutuhkan untuk penggemukan. Sembari menunggu revisi anggaran pengadaan konsentrat melalui lelang, pihaknya akan bawa konsentrat dari peternakan di Ie Suum ke UPTD IBI Saree.

“Revisi anggaran pengadaan konsentrat melalui lelang akan kita lakukan sehari besok (Senin, 8/6/2020), kemungkinan Hari Selasa (9/6/2020) sudah tayang, dilakukan lelang. Selambat-lambatnya 1 bulan, konsentrat Insya Allah sudah ada. Rencana lainnya, kita sedang menjajaki kerjasama antar dinas. Sebahagian sapi yang kurang sehat ini kita distribusikan ke dinas lain, seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan,” imbuh Nova.

Nova mengaku juga sedang menjajaki kemungkinan kerjasama dengan perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan lain-lain. Upaya pendistribusian sapi kepada masyarakat menjadi hal yang harus dilakukan karena jumlah sapi di UPTD IBI Saree sudah melebihi daya tampung.

“Kenapa ini harus kita distribusikan? Karena sebenarnya UPTD IBI Saree ini bukan peternakan sapi untuk komersial. UPTD ini hanya untuk edukasi atau pendidikan, untuk stimulasi memberikan contoh kepada masyarakat terkait penggemukan sapi. Dan untuk hal-hal non provit lainnya. Nah, kapasitas di sini hanya mampu menampung 100 ekor sapi,” kata Nova.

Kata Nova, karena program-program terdahulu, jumlah sapi di UPTD IBI Saree sudah melebihi kapasitas, karena sapi terus berkembang biak. “Berdasarkan penjelasan Kadis peternakan tadi, untuk kepentingan pendikan, 100 ekor sapi adalah jumlah yang ideal. Untuk kembali ke jumlah ideal, maka skema kerjasama tadi segera kita jajaki agar jumlah sapi di UPTD IBI Saree ini kembali ideal,” tegasnya

Kendati demikian banyak pihak meminta penegak hukum untuk mengusut dugaan Tipikor di UPTD IBI Saree tersebut. Salah di antaranya adalah MaTA mendesak Kejati Aceh segera menurunkan tim menyelidiki potensi korupsi anggaran rakyat di peternakan tersebut.[acl]

Reporter: Muhammad Fadhil

Editor: A.Acal

Shares: