Feature

Saat PLN Menerangi Kawasan Wisata Baru Gunung Salak Aceh Utara

Tiang-tiang listrik mulai dipasang di kawasan wisata Gunung Salak Aceh Utara. (popularitas/Rizkita)

POPULARITAS.COM – Satu mobil truk bercat kuning melaju pelan. Deru mesin terdengar meraung saat mobil menaiki area perbukitan Gunung Salak, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara.

Kawasan ini belantara hutan yang kemudian dibangun jalan, menghubungkan lintas tengah Aceh. Kini, kawasan itu menjadi jalur utama penghubung Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Sepanjang jalan, kawasan itu berubah menjadi destinasi wisata.

Pagi itu, embun masih terlihat jelas di dedaunan kawasan hutan. Matahari masih tersembul dibalik kabut pekat saat pekerja Purusahaan Listrik Negara (PLN) Krueng Geukuh, Aceh Utara, memasang tiang di kawasan itu.

Mereka berhenti di Kilometer Bener Meriah, Gunung Salak, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara. Dari pusat Lhokseumawe butuh waktu dua jam berkendara ke arah barat untuk tiba di lokasi itu.

Pekerja cetakan menggali lubang secara manual. Menggunakan cangkul sedalam 2,10 meter. Peluh menetes di sekujur tubuh mereka. Sesekali mereka tertawa menghilangkan penat membekap badan.

“Tanahnya berkarang, jadi agak susah menggalinya,” kata seorang pekerja, Ruslan (35), Kamis (25/2/2021).

Sejurus kemudian hujan turun. Deras. Meski hujan, mereka tetap menggali. Perusahaan plat merah itu menargetkan, Juni 2021, seluruh lintas itu sepanjang tujuh kilometer harus selesai. Sebelumnya tahun 2018 lalu, PLN itu telah rampung memasang tiang listrik sepanjang 10 kilometer.

“Kami berkomitmen menyelesaikan pemasangan tiang listrik tepat waktu. Listrik itu menjadi permintaan dan kebutuhan utama kawasan itu, bukan sebatas buat jalan, namun buat ekonomi masyarakat di sana,” kata  Manajer Unit Pelayanan Pelanggan,PLN Krueng Geukueh, Aceh Utara, Ahmad Denri Polman.

Dia menyebutkan, jika seluruhnya telah terpasang aliran listrik, praktis jalan itu bisa dilalui 24 jam dalam sehari. “Itu sudah sampai ke Bener Meriah. Jadi interkoneknya sudah pas. Tak ada lagi kawasan yang gelap,” katanya.

Saat ini, kawasan itu berubah menjadi kawasan wisata. Tercatat 200 rumah warga sudah dipasangi listrik.

Proses pemancangan tiang listrik. (popularitas/Rizkita)

Dia menyebutkan, secara bisnis, kawasan itu tidak menguntungkan. Namun, manajemen PLN menyakini kawasan itu penting untuk dikembangkan. PLN menjadi bagian pengembangan kawasan dengan memberi akses listrik.

“Kami yakin kawasan ini bertumbuh. Lihat saja, kafe dan vila sudah banyak di sana. Itu pasti menjadi pelanggan PLN. Kami bukan sebatas melihat sisi bisnis, ini sisi sosial dan sisi ekonomi untuk mendukung kemandirian ekonomi rakyat di sana,” katanya.

Ucapan Ahmad Denri selaras dengan pelaku usaha kecil menengah kawasan itu, Julita (40). Ibu paruh baya ini dulu mengeluarkan uang sebesar Rp 100 ribu per hari. Buat bahan bakar mesin jenset.

“Saat ini hanya bulanan saja, seratus ribu itu sudah buat sebulan. Dulu buat sehari,” sebut ibu mengenakan daster motif bunga-bunga.

Setali tiga uang dengan Julita, pengusaha kecil lainnya Zubir (32). Ayah dua anak ini bersyukur karena anaknya bisa belajar dengan penerangan yang cukup. Dia membuka usaha spot foto dan penganan di kawasan itu tiga tahun terakhir.

Soal bisnis, tentu sangat menguntungkan. Dia cukup merogoh kocek Rp 150.000 per hari buat bahan bakar mesin jenset. Saat ini, hanya lima lembar uang seratusan ribu cukup buat sebulan.

“Saya sempat tiga tahun tak pakai listrik karena belum masuk PLN. Itu berat sekali. Nyaris tak ada laba jualan. Cukup-cukup buat bayar bensin saja untuk listrik,” katanya.

Keluhan itu kini sirna. Dia beruntung jalur itu sudah dipasang listrik 2018 lalu. Seiring berkembangnya Gunung Salak. Pengusaha kecil baru pun bertangan. Salah satunya, Salbiah Ishak (35).

Infografis.

Setahun terakhir dia membuka usaha warung makan. Karena itu pula butuh listrik dalam jumlah besar. Sebulan dia menghabiskan Rp 8 juta buat bahan bakar dua mesin genset.

“Sekarang untung besar. Listrik sudah murah. Laba bisa digunakan buat sekolah anak-anak,” katanya.

Berkembang

Lalu, apa kata pengamat ekonomi soal destinasi wisata Gunung Salak? “Itu kawasan yang pasti tumbuh. Namun butuh intervensi pemerintah, semisal membuat penataan cahaya yang bagus. Sehingga begitu sangat instagenic buat promosi dan bikin penasaran wisatawan asing,” kata Pengamat Ekonomi dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara, Halida Bahri.

Pengajar di jurusan ekonomi manajemen itu, menyebutkan listrik menjadi kebutuhan utama untuk pengembangan destinasi wisata. Namun, secara bisnis PLN pasti merugi karena belum ramai pelanggan.

“Beruntung PLN mau merugi, ini sekaligus misi sosial badan usaha negara untuk membantu pengembangan destinasi wisata,” kata ibu dua anak itu.

Dia menyebutkan, pemerintah harus mengajak seluruh badan usaha negara untuk membantu pengembangan destinasi wisata itu. Termasuk membangun sarana ibadah, fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) yang memadai. Sehingga wisatawan nyaman di kawasan itu.

“Pemerintah ini bisa mengkoneksikan BUMN untuk terjun ke destinasi wisata itu. Agar masuk menjadi salah satu wisata syariah terbaik di Indonesia,” pungkasnya.

Kini, Gunung Salak terus bertumbuh. Di sela kabut dan desau angin, pengusaha kecil di sana, siap menanti wisatawan lokal dan mancanegara. Silakan datang dan nikmati keindahan alam ciptaan sang penguasa, sambil berlibur bersama keluarga.

Editor: dani

Shares: