FeatureHeadline

Rayuan Dua Pantai di Pinggir Samudera Hindia

Ilustrasi, pantai. | Foto Al Asmunda

BANDA ACEH (popularitas.com) – Kursi dijejer rapi di bibir pantai Ujung Serangga. Sore itu, ratusan orang memadati pinggir pantai sembari menikmati matahari terbenam. Di atas meja mereka, aneka macam jajanan dan minum jadi kawan setia. Andalannya adalah kelapa muda.

Sejauh 100 meter dari sana, menara lampu suar yang populer disebut Lampu Ijo di kalangan masyarakat Aceh Barat Daya (Abdya) itu kokoh berdiri. Ombak sesekali menampar-nampar kaki suar. Tapi ia tak bergeming. Bersisian dengan menara, tampak seonggok besi tua mulai rapuh dimakan usia.

“Itu Lampu Ijo yang lama,” kata Rahmad Junianda (20), Minggu petang, 9 Juni 2019. Bersama teman-temannya, Rahmad sedang bersantai di pantai Ujung Serangga.

Berdasarkan sejarah tutur yang berkembang di masyarakat, menara lampu suar itu disebut Lampu Ijo karena persoalan warna lampu yang menyala hijau di puncak menara. Begitu juga dengan bagian tubuhnya yang setinggi lebih kurang 7 meter itu, keseluruhan dipoles warna hijau.

Lampu Ijo berdiri di tepi lautan, di lingkungan suku masyarakat Aneuk Jamee. Secara tutur, suku ini bahasanya berbeda dengan kebanyakan penduduk Aceh. Bahasa tutur mereka lebih mirip dengan bahasa Padang, Sumatera Barat. Konon, puak suku Aneuk Jamee diyakini datang dari sana pada abad 17 kala pasukan Paderi kalah melawan Belanda dan meminta perlindungan politik pada Sultan Aceh. Pada masa itu, sebagian kawasan Sumatera Barat sendiri berada di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam.

Secara bahasa, Ijo artinya hijau bagi suku Aneuk Jamee. Dari sanalah sebutan Lampu Ijo bermula. Selain telah menjadi ikon bagi masyarakat di sana, kehadirannya yang sangat utama adalah penuntun kapal-kapal nelayan yang hendak bersandar di daratan.

Tak jauh dari Lampu Ijo, batu gajah pemecah ombak disusun mengular panjang. Sore hari, warga Kecamatan Susoh dan masyarakat Abdya umumnya, sering menghabiskan waktu melepas penat di sana. Menikmati debur ombak dan lenggak-lenggok kapal nelayan yang melabuh jangkar di tepi laut Ujung Serangga.

Awalnya pantai Ujung Serangga hanya sebagai tempat warga berburu ikan segar. Banyak nelayan bongkar muat hasil tangkapan di sana. Belakangan, pantai berpasir lembut itu dimanfaatkan warga sekitar dengan membangun pondok-pondok sebagai tempat bersantai.

Makin ramailah orang yang datang ke Ujung Serangga.

Di momen libur lebaran seperti ini, pantai Ujung Serangga penuh sesak dipadati warga. Tak hanya warga lokal di sana, pengunjung juga datang dari daerah tetangga, semisal Meulaboh, Nagan Raya, dan Aceh Selatan. Pondok-pondok penuh sedari pagi.

Di sini, selain ingin melihat sunset yang jadi magnet besar, warga juga bisa mengabadikan diri dengan latar Lampu Ijo yang ikonik itu. Atau latar kapal-kapal nelayan yang bersandar di dermaga Ujung Serangga. Di ujung batu pemecah ombak, pengunjung yang hobi memancing juga bisa melempar kail.

Masih di segaris pantai Ujung Serangga, juga terdapat kekayaan bahari lain tak kalah eksotisnya menghadap ke Samudera Hindia. Namanya pantai Jilbab.

Pantai ini juga ramai dikunjungi warga. Suasananya teduh. Banyak ditumbuhi pohon cemara.

Untuk menarik perhatian, warga yang berjualan memoles lapak dagangannya dengan nuansa kekinian. Lebih instagramable kalau kata orang-orang kini. Maksudnya, nuansa kedai yang punya satu titik lokasi bagus untuk berfoto ria.

Salah satu pemilik kedai, Jaroud Mirsad (29) mengatakan, dari pagi hingga sore tempatnya selalu ramai didatangi warga. Bahkan untuk melayani tamu dia sedikit kewalahan.

“Lebaran begini memang selalu penuh Pantai Jilbab,” katanya.

Kedai miliknya dibikin mirip menyerupai bentuk kapal. Warna kedai juga dilumuri dengan warna-warna terang. “Untuk menarik pelanggan,” ujarnya tersenyum.

Sajian andalan rata-rata pedagang di Pantai Jilbab adalah minuman yang di mix. Sedangkan kudapannya beragam. Ada kentang goreng, tempe goreng, rujak, Mi Aceh, dan makanan lainnya.

Selama libur lebaran, pemilik kedai dengan nama Nabot ini mengaku mendapat rezeki melimpah. Ia juga terpaksa menambah beberapa karyawan baru. “Kalau dibilang berapa penghasilan per hari, kira-kira cukuplah,” ucapnya tertawa. (ASM)

Shares: