NewsTransportasi dan Logistik

PT Trans Continent Hengkang dari KIA Ladong

PT Trans Continent saat ground breaking pertama di KIA Ladong. (ist)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Perusahaan pertama yang melakukan ground breaking di Kawasan Industri Aceh (KIA) Ladong, PT Trans Continent menarik semua peralatan kerjanya dari kawasan tersebut, karena basic infrastruktur tidak memadai untuk beroperasi.

Sejak kehadirannya pertama kali bulan Agustus 2019, PT Trans Continent mengaku hingga kini belum juga bisa bekerja karena aspek kepastian hukum tentang agreement tata kelola lahan KIA hingga infrastruktur yang dinilai buruk.

CEO Trans Continent, Ismail Rasyid membenarkan pihaknya sudah keluar dari kawasan KIA Ladong. Kata Ismail, selama sembilan bulan pihaknya merugi, karena tidak adanya aktivitas apapun di kawasan itu.

Sehingga, sembilan bulan terakhir PT Trans Continent mengalami kerugian hingga Rp 600 juta perbulannya, untuk biaya gaji karyawan dan cicilan alat berta yang telah mereka invest ke KIA Ladong.

Ia juga menyoroti kinerja PT Pembangunan Aceh (PEMA) milik Pemerintah Aceh yang dinilai tidak jelas dalam menindaklanjuti keinginan PT Trans Continent untuk memabangun basic infrastruktur di KIA Ladong.

“Untuk yang paling utama kepastian hukum (tentang agreement tata kelola lahan KIA) saja hingga sekarang kami belum ada, bagaimana mau tindak lanjut membangun dll – juga basic infrastruktur lainnya juga gak di tindak lanjuti oleh PEMA,” kata Ismail Rasyid, Sabtu, 16 Mei 2020.

Gambar 3 dimensi rencana kawasan pusat logistik berikat yang akan dibangun Trans Continent

Selama sembilan bulan hadir di KIA Ladong, pihaknya sama sekali belum menghasilkan apapun, apalagi bekerja. “Saya biarkan hingga 9 bulan dan saya sudah sekian puluh miliar invest – jangankan menghasilkan, untuk bekerja saja belum bisa – tidak ada agreement dan juga infrastruktur,” ujarnya.

Ia mengaku, sebelumnya PT PEMA sudah berjanji untuk memperbaiki kekurangan fasilitasi di sana. Perjanjian itu tertulis di atas kop surat bermaterai dan ditandatangani kedua belah pihak. Namun, hingga 1,5 bulan, PT PEMA tak kunjung mengerjakan perbaikan tersebut. “Ini kan dipermainkan,” ujar Ismail.

Apalagi dalam kurun waktu tersebut, pihaknya juga batal untuk memanfaatkan KIA Ladong dengan klientnya yang berasal dari Kanada. Hal ini, kata Ismail, membuat citra perusahaannya menjadi buruk di mata partner bisnisnya, baik yang berada di luar negeri maupun dalam negeri.

Hal itu juga diperparah dengan ijin perusahaannya untuk PLB (pusat logistik berikat) juga sudah expired. “Karena secara optimistis system di bea cukai jika 5 bulan belum beroperasi, akan otomatis expire, ini pertaruhan nama perusahaan. Reputasi kami dalam investasi menjadi preseden yang tidak baik,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur PT PEMA Zubir Sahim belum bersedia memberikan komentar terkait hengkangnya PT Trans Continent dari KIA Ladong. Popularitas.com, beberapa kali menghubungi Zubir Sahim lewat sambungan telephone seluler, namun tidak diangkat.

Sebelumnya, pada akhir Agustus 2019, Pemerintah Aceh meresmikan Pusat Logistik Berikat dan Pergudangan Terpadu milik PT. Trans Continent di KIA LAdong. Perusahaan milik putra Aceh Utara itu, di gadang-gadang menjadi lokomotif untuk menarik perusahaan-perusahaan lain untuk ikut berinvestasi di Aceh.

“(Trans Continent) Bisa menarik kawan-kawan yang terutama perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA),” kata Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah saat itu.

Hal tersebut didasari letak KIA Ladong yang hanya beberapa kilometer saja dari Pelabuhan Internasional Malahayati, pelabuhan yang dikelola PT. Pelindo 1. Di sisi lain, KIA Ladong juga terdapat PLTMG berkapasitas 50 Mw milik PLN Jawa-Bali yang bakal segera beroperasi.

Pemerintah juga bakal membangun infrastruktur pendukung, sehingga pengusaha terbantukan ketika hendak berinvestasi di KIA Ladong. Mereka yang punya komitmen menjadi pelopor pembangunan industri juga akan diberikan berbagai kemudahan, mulai dari perizinan hingga intensif sewa.

“Lokasi ini akan jadi kota satelit kota Banda Aceh. Gairah ekonomi masyarakat bisa berkembang dam obsesi kita menurunkan angka kemiskinan bisa dimulai dari sini,” kata Nova.

Apalagi lokasi KIA Ladong sangat mendukung dikarenakan tol laut juga sudah dikoneksi oleh PT. Pelni. Pusat Logistik Berikat ini juga akan dijadikan tempat transit dan penimbunan barang baik domestik dan internasional dalam jangka waktu tertentu.

Dengan demikian, akan memangkas jalur dan melancarkan distribusi barang dari hulu hingga ke hilir. Artinya, akan ada efesiensi biaya logistik sehingga biaya produksi akan lebih kecil dan daya saing produk lokal akan meningkat. (dani)

Shares: