News

Proyek Kios Setengah Miliar di Pidie Jaya Gunakan Pintu Bekas

MEUREUDU (popularitas.com) – Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya tahun 2018 lalu menganggarkan uang sebanyak Rp 548.300.000 bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan kios permanen delapan pintu di pasar Gampong Keude, Kecamatan Ulim. Namun celakanya, beberapa pintu yang dipasang diduga menggunakan material bekas.

Informasi yang dihimpun popularitas.com, sebelum proyek pembangunan kios berukuran 4×4 meter itu dikerjakan, dulunya di lokasi tersebut sudah ada kios satu lantai. Namun, saat gempa mengguncang Kabupaten Pidie Jaya tahun 2016 lalu, bangunan tersebut mengalami kerusakan.

Penelusuran dari Sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), proyek fisik dengan judul Pembangunan Kios Permanen 8 Pintu dan Sarana Pendukung Kecamatan Ulim dari DIPA Dinas Perindutrian Perdangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Pidie Jaya tahun 2018. Sementara nilai penawaran sebesar Rp 548.300.000 dari dasar Pagu Rp 550.000.000 yang bersumber dari DAK itu dikerjakan CV Afdi Pratama.

Sekretaris Disperindagkop Kabupaten Pidie Jaya, Muslim, dalam proyek tersebut dikerjakan tahun 2018 masih menjabat sebagai Kabid Perdagangan saat dikonfirmasi wartawan ihwal pintu bekas digunakan pada bangunan baru tersebut, berang seraya berucap fitnah.

“Mana ada barang bekas, pintu kan hasil hitungan dari konsultan perencana ada beberapa pintu masih bagus, jadi direhab saja, kita pasang kembali. Jadi di RAB rehab,” kata Muslim.

Namun kemudian, dia mengakui terdapat tiga pintu diantaranya yang dipasang merupakan barang bekas bangunan lama. Dalam penggunaaan barang bekas tersebut, Muslim berdalih kondisi pintu yang masih bagus.

“Benar memang mengunakan pintu bekas, tapi tidak semuanya, hanya tiga pintu saja yang pakai pintu bekas, dan bayarpun juga rehab, walupun judulnya pembangunan karena uang sedikit,” ujar Muslim.

Dia mengatakan penggunaan beberapa barang bekas pada bangunan baru itu akibat keterbatasan anggaran yang hanya setengah miliar itu, sehingga pihaknya bersama konsultan mengambil inisiatif untuk menggunakan pintu bekas bangunan lama tersebut yang kemudian direhab, dan itu sudah ada dalam perencanaan awal sebelum dimulai pembangunan.

“Karena uang sedikit dan tidak cukup, jadi untuk menghemat anggaran ya kita rehab saja pintu bekas itu. Untuk menghemat biaya negara, kalau bisa direhab ya direhab, karena pintu itu tidak ada pengaruhnya,” paparnya.* (C-005)

Shares: