NewsParlementaria DPR Aceh

Pimpinan DPR Aceh Itu Kelahiran Meuko Khutang

PENUNJUKKAN Dahlan Jamaluddin sebagai Ketua DPR Aceh sementara dari Fraksi Partai Aceh menghentak jagat politik di daerah. Terlebih sosok pemuda ini lebih identik dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh dibandingkan di parlemen. Namun, keputusan telah diambil. Pria kelahiran Muko Kuthang itu pun kini resmi menjabat pimpinan dewan melalui surat keputusan DPA PA Nomor 092/KPTS-PDA/XI/2019.

Siapa sebenarnya Dahlan yang saat ini dipercaya duduk di kursi nomor 1 DPRA itu?

Dahlan diketahui merupakan salah seorang pemuda dari Pidie Jaya. Lahir pada 26 Agustus 1980, pria tersebut kemudian berdomisili di Montasik Aceh Besar.

Dahlan kecil pernah mengenyam pendidikan di SDN Peulakan Pidie. Dia merupakan alumnus 1991 di SD tersebut. SMPN 1 Bandar Dua dan SMAN 1 Bandar Dua kemudian menjadi pilihan dalam melanjutkan pendidikannya di usia remaja.

Beranjak dewasa, Dahlan yang sedari kecil menghabiskan waktu di Pidie Jaya kemudian berpetualang ke Mataram. Di sana, Dahlan menimba ilmu sosial dan ilmu politik di FISIP Universitas Widya Mataram Yogyakarta sejak 1997. Dahlan berhasil menyandang gelar sarjana dari fakultas tersebut pada 2005.

Sejak remaja, Dahlan kerap berorganisasi. Dia bahkan pernah tercatat sebagai Wakil Ketua Organsisasi Siswa Intra Sekolah alias OSIS kala menempuh pendidikan di SMA.

Keterlibatannya di organisasi menjadi-jadi sejak Dahlan menginjakkan kaki di Yogyakarta. Di tanah perantauan itu, pernah bergelut dengan Komite Kota Serikat Mahasiswa untuk Kedaulatan Rakyat. Di organisasi ini Dahlan bahkan dipercaya sebagai Dewan Kota.

Selain itu, Dahlan juga pernah menjadi Ketua Litbang di Taman Pelajar Aceh Yogyakarta. Saat tsunami menerjang Aceh, putra Pidie Jaya ini kemudian mengkoordinir relawan di Komite Kemanusiaan untuk Aceh.

Tepat setelah damai ditandatangani antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Republik Indonesia di Helsinki, Dahlan menjabat sebagai Direktur Komite Yogyakarta untuk Pemulihan Aceh. Di sela-sela itu, pemuda ini juga mulai akktif di Dewan Pimpinan Aceh Partai Aceh (DPA PA).

Karir organisasi Dahlan tak hanya ditempa di DPA PA saja. Sekembalinya ke Aceh, Dahlan juga aktif di Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Aceh dan menjabat sebagai Wakil Ketua.

Dia kemudian terjun ke dunia olahraga melalui induk organisasi KONI Aceh hingga sekarang.

Keuletan Dahlan dalam berorganisasi inilah yang kemudian membuat pimpinan partai mengutusnya ke parlemen. Pada 2017 dia ditunjuk DPA PA sebagai anggota DPRA pengganti antar waktu Makhrum Tahir.

Pergantian ini sempat menjadi polemik, lantaran Makhrum merupakan pemilik suara terbanyak Partai Aceh di Pidie-Pidie Jaya. Belum lagi Makhrum merupakan orang kepercayaan Hasbi Abdullah, salah seorang petinggi PA. Namun, nasib baik berada di tangan Dahlan. Dia berhasil memegang mandat tersebut dan kembali terpilih sebagai anggota DPRA di Pemilu 2019.

Belakangan, nama Dahlan kembali diperbincangkan setelah DPA PA menunjuknya sebagai Ketua DPRA sementara untuk periode 2019-2024. Penunjukkan ini sempat dipertanyakan karena nama Dahlan tidak disebut-sebut sebagai sosok yang tepat. Akan tetapi, salah seorang kader Partai Aceh menampik hal itu. Dia menyebutkan Dahlan memang sudah lama berada dalam bursa calon Ketua DPRA yang dipersiapkan pimpinan.

“Nama Dahlan memang sudah berada dalam satelit calon pimpinan DPRA bersama lima orang lainnya. Dia bukan orang baru, dan keputusan partai menunjuk Dahlan merupakan langkah tepat,” kata salah seorang kader PA tersebut.

Hal ini kemudian diakui oleh pimpinan DPA PA melalui juru bicara Muhammad Saleh. Shaleh, sapaan akrabnya, mengatakan Pimpinan DPA PA bersama ketua dan anggota Tuha Peut Partai Aceh yang dipimpin PYM Malek Mahmud Al-Haytar, telah memutuskan Dahlan sebagai sosok yang tepat menjadi ketua dewan dari PA.

Menurut Shaleh, penetapan ini adalah hal biasa dan wajar dalam partai politik. Tentunya kebijakan itu dilakukan setelah mengkaji pengalaman, loyalitas dan dedikasi serta mampu membangun komunikasi dan konsolidasi secara internal dan eksternal sosok yang diusung.

Partai Aceh menganggap hal ini penting untuk menjawab berbagai persoalan Aceh ini dan masa depan. Apalagi PA menjadi partai politik peraih suara mayoritas di DPR Aceh. Hal inilah yang menuntut Partai Aceh untuk memiliki komitmen moral guna membawa Aceh ke arah lebih baik.

“Ini adalah bagian dari ikhtiar Partai Aceh dalam proses regenerasi serta sebagai partai kader yang terbuka bersama anggota KAB Jilid II. Semua itu semata-mata untuk memberi kontribusi terbaik bagi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan dan perekonian rakyat Aceh,” pungkas Shaleh saat itu. Harapan-harapan ini tentu menjadi pelecut bagi pemuda kelahiran Meuko Khutang tersebut. Kiprahnya di kursi ketua dewan juga bakal menjadi penentu bagaimana nasib partai dan Aceh di episode mendatang.* (BNA/DBS)

Shares: