EkonomiNews

Petani Abdya Keluhkan Harga Pala

BLANGPIDIE (popularitas.com) – Para petani di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) mengeluhkan murahnya harga buah pala sejak tiga bulan terakhir, sehingga mereka terpaksa bekerja di tempat lain untuk menambahkan pendapatan keluarganya.

“Harga pala basah sekarang ditampung agen pengepul Rp18 ribu/kilogram dan murahnya harga pala ini sudah berlangsung selama tiga bulan,” kata Samsuar petani kebun pala di pegunungan Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Abdya, Minggu, 24 November 2019.

Menurut Samsuar, harga buah pala basah Rp18 ribu/kg tersebut merupakan harga yang dibeli oleh agen pengepul di tingkat petani dan harga tersebut sudah berlangsung selama tiga bulan terakhir.

“Jika harga tersebut masih tetap murah, maka gairah petani menanam pala akan berkurang, karena tidak mampu lagi menutupi kebutuhan keluarga sehari-hari dari hasil panen buah pala di kebun,” katanya.

Murahnya harga buah pala basah di tingkat petani sejak tiga bulan terakhir juga diakui oleh M Hatta agen pengepul di Desa Kuta Bakdrien, Kecamatan Tangan-Tangan.

“Benar, harga buah pala basah yang sudah merah (tua) saya beli di tingkat petani Rp18 ribu/kg dan yang masih putih-putih (belum matang) itu harganya Rp17 ribu,” katanya.

Menurut Hatta, turunnya harga buah pala basah sejak tiga bulan terakhir karena harga minyak pala juga menurun dari Rp600 ribu/kg menjadi Rp540 ribu/kg.

“Kami membeli buah pala basah sesuai dengan harga minyak pala. Bulan lalu, harga minyak pala Rp585 ribu, kami agen membeli buah pala basah di tingkat petani Rp19 ribu/kg,” katanya.

Begitu juga dengan tiga bulan lalu, kata dia, ketika harga minyak pala tembus Rp600 ribu/kg, maka agen pengepul membeli buah pala basah pada petani rata-rata Rp20 ribu/kg.

“Sekarang sudah murah, karena harga minyak pala turun. Saya tidak mengetahui pasti penyebab murahnya harga minyak ini. Padahal minyak pala ini rata-rata diekspor ke manca negara,” katanya.

Kepada Pemerintah, Hatta berharap agar kembali menstabilkan harga komoditas tersebut seperti harga tiga bulan lalu, karena cukup banyak masyarakat petani di daerahnya bergantung hidup pada kebun pala.

“Kebun pala di Desa Kuta Bakdrien ini masih luas. Tiap hari ada panen buah pala basah rata-rata 500 kg/hari. Mereka rutin pergi kebun, hanya saja harganya terus merosot,” katanya.* (ANT)

Shares: