Headline

Petambak Udang Vaname Meraup Untung Ditengah Pandemi

Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Zulfadhli, pemuda 41 tahun ini. Ditengah pandemi, Ia justru mampu meraup untung dengan terus melakukan kegiatan ekspor udang jenis Vaname.
Petambak Udang Vaname Meraup Untung Ditengah Pandemi
Zulfadli

AWAL 2020, kala wabah Pandemi Covid-19 melanda dunia, hampir semua lini bisnis dan usaha alami kelesuhan, dan tidak sedikit yang terpaksa gulung tikar. Aceh, sebagai salah satu wilayah yang ikut terdampak dari virus itu, juga ikut merasakan merosotnya perekonomian.

Sebagai daerah yang terdampak corona, provinsi Aceh, melakukan langkah pencegahan, untuk menimalisir penyebaran wabah Covid-19, dan kebijakan itu secara sistemik melumpuhkan berbagai sektor perekonomian di negeri berjuluk serambi Mekkah ini.

Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Zulfadhli, pemuda 41 tahun ini. Ditengah pandemi, Ia justru mampu meraup untung dengan terus melakukan kegiatan ekspor udang jenis Vaname.

Dilahan seluas 20 ribu meter persegi, Zulfadhli mengembangkan budidaya udang vaname, dan setiap tahunnya, dari tambak itu, Ia berhasil meraup omset Rp5,6 miliar. Dan pemanenan dilakukan setiap 140 hari, dengan total pendapatan Rp1,4 miliar. Dalam kurun waktu 12 bulan, ditambak milikny, pria yang juga bekerja sebagai ASN pada Dinas Peternakan Aceh ini, mampu melakukan pemanenan selama 6 kali.

Dari total luas lahan tersebut, terdapat 7 kolam dengan ukuran masing-masing 1.300 meter persegi, dan 2 kolam seluas masing-masing 1.700 meter persegi. Dan tiap kolam, ditutup dengan plastik hitam. Tambak milik Zulfadhli, terlihat bersih, dan dikelola secara profesional.

Menurut Zulfadhil, selama pandemi covid-19, permintaan ekspor udang tidak alami penurunan, bahkan meningkat, begitu juga harganya yang cenderung stabil. “Permintaan vaname selama corona tidak terpengaruh, dan bahkan alami peningkatan,” katanya, Minggu, 5 Juli 2020.

Zulfadli, saat panen udang di tambak miliknya, Minggu, 5 Juli 2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Suami dari Agustiana ini kemudian melanjutkan, budidaya vaname bisnis yang memberikan keuntungan yang lumayan besar, sebab mengingat permintaan dan harga jual yang tinggi. Namun, resiko gagal juga sangat besar. “High provit and high risk, atau besar untung, resiko rugi juga tinggi,” paparnya.

Untuk meminimalkan resiko, sambung ayah Naira Zafira ini, penggunaan teknologi yang tepat, perawatan yang intensif, serta jaminan pasokan listrik selama 24 jam, mutlak harus menjadi prioritas.

Lokasi tambak milik Zulfadhli terlihat dikelola dengan profesional, setiap kolam ditutupi dengan plastik tebal berwarna hitam, dan jarak antar kolam terdapat ruang pejalan kaki yang luas, dan juga selimuti terpal tebal.

Terlihat beberapa orang tengah mengeringkan salah satu tambak yang siap dipanen. Sementara dibeberapa sisi kolam lainnya, terdengar suara aliran air yang berasal dari kincir air apung yang ditempatkan pada setiap sudut. Tiap kolam memiliki 4 kincir Apung, dan pencahayaan seluruh areal tambak terang benderang.

“Setiap satu kolam berukurang 1200 meter persegi, kita tempatkan 4 kincir air apung,” kata Bang Zul menerangkan kemudian saat ditanya fungsi dari alat tersebut.

Hasil udang vaname miliknya, setiap kali masa panen, langsung diambil oleh pembeli atau buyer dari Medan, untuk tujuan ekspor. Dan umumnya, seluruh hasil tambak di Banda Aceh dibeli oleh pedagang besar dari Sumatera Utara, dengan untuk tujuan dikirim ke berbagai manca negara. “Hanya 5 persen saja hasil budidaya vaname untuk kebutuhan pasar lokal,” terangnya.

Untuk itu, Zulfadli mendorong para pemuda di Aceh, untuk aktif dan giat menjadi petambak udang vaname. Sebab, katanya, potensi lahan di Aceh masih sangat luas untuk menjadi pembudidaya vaname. Kendala dan tantangan untuk memulai usaha ini, tentu faktor permodalan. Tapi hal tersebut dapat diatasi dengan memulainya dengan areal sempit, dengan produksi maksimal, yaitu memanfaatkan teknologi.

Memulai usaha budidaya vaname, mesti dibarengi dengan kegigihan, jangan pernah mundur jika gagal sekali. Terus berusaha bangkit dan terus mencoba, dan percayalah, setiap usaha, akan membuahkan hasil yang manis.

Potensi laut Aceh yang subur, minimnya industri pengolahan yang mencemari laut, harga penjualan yang stabil, dan permintaan ekspor yang tinggi, serta didukung pola kemitraan yang kuat, maka menjadi petambak udang vaname adalah bisnis yang menjanjikan, dan bisa melahirkan pengusaha-pengusaha muda yang ikut berkontribusi pada upaya penyerapan tenaga kerja. “Ayo, mari kita menjadi petambak udang vaname,” kata Zul mengakhiri penjelasannya. (sky)

Shares: