HeadlineOlahraga

Persiraja Semakin Menjauh dari Zona Merah

Ilustrasi, Persiraja Banda Aceh berhasil mengamankan satu poin setelah bermain imbang dengan Bhayangkara Fc dalam laga perdana Liga 1 musim 2020 di Stadion Harapan Bangsa, Sabtu (29/2) malam. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 0-0. (Ist)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Bermain imbang 0-0 antara Madura United-Persiraja Banda Aceh pada laga pekan kedua Liga 1 2020 di Stadion Gelora Madura Ratu Pamelingan (SGMRP) Pamekasan, Senin (9/3/2020) malam. Telah menjauhkan Laskar Rencong dari zona merah lantaran mengoleksi dua poin dari dua pertandingan.

Sedangkan hasil imbang membuat Madura United menempel ketat Persib Bandung yang berada di puncak klasemen e Liga 1 2020. Manajer-pelatih Madura United Rahmad Darmawan menyesalkan, anak asuhnya yang mengikuti tempo Persiraja Bandah Aceh yang bermain dengan tempo lambat

“Jujur memang tadi memang memgawali permainan dengan tempo yang tanda kutip mengikuti lawan. Lawan bermain dengan tempo lambat dan banyak juga menunda pertandingan,” kata RD dilansir liga-indonesia.id.

Mantan Pelatih Persija Jakarta ini juga melihat Fachrudin W Aryanto dan kolega hilang kesabaran. Menurutnya, kondisi tersebut membuat terburu-buru mengalirkan bola ke depan, namun tidak efektif.

“Anak-anak hilang kesabaran. Beberapa kali terkesan terburu-buru bola ingin cepat sampai di depan, tapi akhirnya hilang,” lanjut RD.

Sementara itu Pelatih Kepala Persiaja, Hendri Susilo tetap merendah dengan hasil imbang melawan Madura United. Baginya hasil imbang tersebut merupakan sebuah keberuntungan bagi Persiraja.

“Hasil imbang ini berkat kerja keras seluruh tim dan juga keberuntungan,” kata Hendri Susilo dilansir persiraja.id.

Meski berstatus klub promosi, Persiraja mampu membuktikan bahwa mereka bukan tim yang bisa dipandang sebelah mata. Terbukti dua klub yang bertabur bintang berhasil ditahan imbang Adam Mitter dan kawan-kawan yakni Bhayangkara FC dan Madura United.

Dalam dua kali pertandingan, Persiraja belum sekalipun kebobolan. Dengan hasil seri tersebut, Persiraja berada di posisi ke 12 klasemen sementara dengan poin 2.

Sebelumnya Persiraja Banda Aceh sukses menahan imbang tim bertabur bintang Bhayangkara FC dalam dalam laga perdana Liga 1 2020 di Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh, Sabtu, 29 Februari 2020 malam.

Pelatih Persiraja, Hendri Susilo mengaku sangat bangga dengan permainan Bruno Dibal Cs. Bahkan ia menilai pasukan Laskar Rencong sudah bermain habis-habisan. Selain itu, intruksi tim pelatih juga dilajalankan dengan sempurna.

“Saya nggak bisa komentar banyak ya, artinya saya sangat respek dengan pemain saya, apa yang saya bicarakan sebelumnya, saya percaya sama kalian, kalian bisa main dan jawab ia, apapun yang diperlihatkan anak-anak sangat luar biasa,” ujar Hendri dalam jumpa pers usai pertandingan.

Pelatih asal Sumatera Barat itu menyebutkan bahwa ia tak mempermasalahkan hasil imbang yang diraih. Karena, Hendri juga sadar tim yang dihadapi tersebut merupakan klub bertabur bintang.

“Apa yang ditampilkan anak-anak malam ini luar biasa menurut saya dengan lawannya Bhayangkara, ingat ya lawannya Bhayangkara,” sebut Hendri.

Baca: Persiraja Kehilangan Agus Suhendra Usai Lawan Bhayangkara

Bagi publik di Aceh, siapa yang tidak mengenal Persiraja. Klub legendaris ini didirikan tanggal 28 Juli 1957 telah banyak melahirkan pemain-pemain handal. Seperti Irwansyah, sang kapten pernah dipercaya memperkuat tim nasional. Irwansyah kemudian meninggal dunia setelah gempa dan tsunami menerjang Aceh 26 Desember 2004 lalu.

Sejak pertama kali berdiri. Persiraja dikenal dengan si jago kandang. Joke sering dilontarkan, siapapun yang bertanding melawan Persiraja di Stadion H Dimurthala tetap tak bisa dikalahkan, Barcelona sekalipun bila bermain di sana tetap belum tentu bisa mengalahkan Lantak Laju.

Wajar saja banyak publik yang menaruh harapan untuk Persiraja. Lebih 12 tahun publik Aceh tak bisa menyaksikan pertandingan bergengsi Liga 1 Indonesia. Publik berharap agar bisa mengembalikan kejayaan sepakbola era sebelumnya yang pernah ditores.

Era keemasan Persiraja sekitar tahun 1970-1980-an, nama Persiraja sempat berkibar menjadi klub sepak bola diperhitungkan di kancah sepak bola nasional. Bahkan sempat menjuarai beberapa kompetisi.

Sebut saja di antaranya Persiraja pernah menjuarai Piala Perserikatan pada tahun 1980, setelah mengalahkan Persipura Jayapura dengan skor 3-1 dalam laga final di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Dalam pertandingan itu gol Persiraja dicetak Rustam Syafari dan Bustamam.

Pada Liga Indonesia tahun 1994/1995 sampai 2007, Persiraja masuk sebagai salah tim yang ikut berkompetisi di Divisi Utama yang merupakan kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Saat itu Persiraja cukup diperhitungkan, terutama saat berlaga di kandang sendiri yang belum pernah kalah hingga sekarang.

Di balik nama besar Persiraja dan para pendukung fanatiknya bernama Suporter Kutaraja Untuk Lantak Laju atau SKULL. Persiraja pada era keemasannya memiliki sejumlah pemain andal dan dikenang sepanjang sejarah, karena skill mereka yang mumpuni sehingga disegan lawan dan dielu-elukan rakyat Tanah Rencong.

Musim 2010-2011 Persiraja sempat bermain di Divisi Utama Liga Indonesia. Lalu terjadilah dualisme kompetisi di Indonesia. Saat itu Lantak Laju memutuskan mengikuti kompetisi resmi dari PSSI, yaitu Indonesian Premier League pada Musim 2011/2012.

Perjalanan Persiraja sempat terseok-seok. Musim 2014-2015 lalu Persiraja mengalami perselisihan internal. Karena ada pejabat Pemerintah Kota Banda Aceh terlibat dalam klub. Tentunya ini telah melanggar Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011: melarang pejabat menjabat/menggunakan dana APBD ke Klub Sepak Bola dan Politik dilarang dalam sepak bola.

Imbasnya Persiraja bergabung dalam grup 1 Divisi Utama. Pada 8 April 2014 secara resmi mengumumkan tidak mengikuti kompetisi Divisi Utama 2014 yang dihelat 15 April 2014 akibat perselisihan internal antara Pemkot Banda Aceh dan Persiraja.

Perselisihan ini tentu berdampak besar kepada pemain. Pemain tidak mendapatkan gaji dan klub kekurangan sponsor. Persiraja krisis keuangan hingga pemain tidak mendapatkan kepastian masa depan mereka. Persiraja pun nyaris bubar.

Angin segar mulai berembus 2017 lalu. Meskipun gagal masuk ke Liga 1 Indonesia setelah kalah dari PSMS Medan di akhir musim. Persiraja hanya mampu bertahan di kasta kedua Liga Indonesia.

Setelah Nazaruddin Dek Gam, menantu Walikota Banda Aceh mengambil alih saham, Persiraja mulai bergeliat. Klub dikenal si jago kandang ini mulai mengukir prestasi di Liga 2. Meskipun tahun pertama Dek Gam menjadi Presiden Persiraja gagal melaju ke Liga 1 Indonesia.

Lalu musim kompetisi 2019. Presiden klub Persiraja menggelontorkan dana Rp 8 miliar lebih untuk mempromosikan klub Jago Kandang yang bermain di Stadion H.Dimurthala, Banda Aceh. Alhasil, Persiraja musim 2020 mendatang kembali berlaga di kompetisi sepakbola terbesar di Indonesia.

Presiden Persiraja, Nazaruddin Dek Gam mengaku banyak yang memperkirakan Pesiraja hanya menumpang lewat di Liga 1 musim 2020 mendatang. Namun tekad Dek Gam ingin membuktikan bahwa Persiraja bisa meraih kesuksesan di sepakbola kasta tertinggi di Nusantara ini.

“Saya sebagai orang Aceh, Persiraja tidak hanya numpang lewat di Liga 1 2020 nanti, banyak yang memprediksikan hanya numpang lewat,” kata Dek Gam.

Dek Gam mencontohkan PSMS Medan, Kalteng Putra, Sriwijaya FC mereka hanya menumpang lewat di Liga 1 sebelumnya. Tetapi Dek Gam menargetkan Persiraja harus berprestasi di Liga 1 nantinya. Ini harus ada dukungan penuh publik Aceh dan juga Pemerintah Aceh.

“Target kita papan atas,” ucapnya.

Persiraja Rekrut Pemain Asing yang Baru

Untuk meraih prestasi d Liga 1 Indonesia. Pengurus Persiraja tak tanggung-tanggung. Presiden Persiraja telah berkomitmen akan menghadirkan pemain-pemain asing yang berkualitas. Tentunya akan dicari pemain baru yang belum pernah berlaga di Indonesia.

Dengan akan diperkuat pemain asing, sebutnya, Persiraja akan bisa bersaing nantinya dengan klub sepakbola lainnya yang berlaga di Liga 1 Indonesia.

Kendati demikian, Dek GAM mengaku tetap akan memprioritas pemain lokal. Terutama pemain sekarang yang telah berjasa menghantarkan Laskar Rencong ke Liga 1 Indonesia.

“Kita akan pertahankan 80 persen pemain sekarang dan lokal, selebihnya kita cari pemain asing yang baru, tentu yang berkualitas,” ucapnya.

Pada acara penyambutan itu, Dek GAM juga menantang seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh untuk memberikan bonus kepada pemain. Dirinya mengaku sudah memberikan bonus sebesar Rp 200 juta.

Untuk persiapan Persiraja berlaga di Liga 1 Indonesia. Dek Gam mengaku, bila ingin Persiraja berada di klasemen teratas. Maka Persiraja membutuhkan dana Rp 40 miliar. Bila setengah dari itu, Laskar Rencong diperkirakan hanya mampu bertahan di liga kasta tertinggi di Nusantara.

Menyangkut dengan stadion H Dimurthala, Lampineung yang belum memenuhi syarat untuk berlaga Liga 1. Dek Gam mengaku akan berkoordinasi dengan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah untuk meminjamkan stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh.

Stadion Lhong Raya yang dibangun 1997 lalu milik Pemerintah Aceh berkapasitas 45.00 tempat duduk. Stadion ini sudah memenuhi syarat untuk berlaga Liga 1, meskipun rumput harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum dipelgunakan.

Paska tsunami, stadion ini sempat rusak dan mendapat kucuran dana dari FIFA unutk direnovasi. Stadion ini juga sempat menjadi salah satu stadion termegah di Indonesia tahun 2000 lalu. Setelah Aceh dihantam gempa dan tsunami julukan termegah sempat hilang karena perawatan yang minim.

Kendati demikian stadion ini telah beberapa kali direnovasi pada tahun 2011 dan 2017 lalu. Dilakukan perbaikian ini saat perhelatan laga Internasional World Aceh Solidarity Cup yang diikuti oleh beberapa negara di kawasan Asia.

“Kalau pun pemerintah Aceh tidak memberi izin pakai, saya akan sewa itu stadion, agar Persiraja bisa bermain di Aceh,” ungkapnya.

Ia berharap kepada seluruh warga Aceh, agar membeli tiket saat menonton setiap laga. Dengan membeli tiket, sedikit bisa membantu pembiayaan Persiraja selama berompetisi di Liga 1 Indonesia.

“Seluruh anggota DPRK Banda Aceh nanti saya wajibkan membeli tiket terusan tribun VIP,” kelakar Dek Gam. Disambut tepuk tangan dari seluruh tamu undangan pada acara penyambutan pemain Persiraja kembali ke Banda Aceh.

Stadion H Dimurthala Akan Direnovasi

Sementara itu Walikota Banda Aceh, Aminullah Usman mengaku akan membicarakan untuk renovasi stadion tersebut. Pihak eksekutif dan legislatif akan rembuk bersama agar Persiraja bisa bermain di stadion yang dianggap ‘keramat’.

Setiap lawan yang bertanding di stadion H Dimurthala ini dibuat bergetar, karena belum pernah sama sekali Laskar Rencong terkelahkan bermain di sana. Ini bisa disebabkan penonton dengan pemain yang sedang merumput sangat berdekatan, seperti stadion di eropa jarak pamain hanya selemparan batu.

“Selain bonos saya tambah Rp 50 juta, jadi Rp 150 juta. Kita akan berupaya untuk meronovasi stadion ini,” kata Aminullah Usman.

Aminullah sempat bercerita bahwa dirinya orang yang paling ‘gila’ dengan sepakbola. Sehingga dia memiliki julukan ‘Reberto Carlos’. Tendangan kaki kirinya sampai sekarang masih cukup mumpuni. Walikota Banda Aceh ini juga bekas pemain bola saat dirinya masih muda.

“Saya ini pemain bola, penonton bola dan juga sekarang dewan penasehat Pesiraja, jadi saya lengkap,” selorohnya.

Bila nantinya disepakati stadion ini direnobasi, sebut Amin, maka ini menjadi aset Pemerintah Kota Banda Aceh. Bukan menjadi milik manajemen perusahaan Persiraja dan ini akan dibicarakan dengan berbagai pihak.

Rencana renovasi stadion ini diaminkan oleh Ketua DPRK Banda Aceh, Farid Nyak Umar. Pada serimoni penyambutan pemain Persiraja. Dia juga menyampaikan komitmennya untuk memperjuangkan hal tersebut.

“Nanti akan kita bahas, yang jelas stadion ini akan diupayakan untuk direnovasi,” ucapnya.

Persiraja kini sudah berada di kasta tertinggi sepakbola Indonesia. Dukungan dari berbagai pihak cukup dibutuhkan. Apa lagi di Aceh hanya Persiraja satu-satunya yang lolos di Liga 1 Indonesia. Good luck Laskar Rencong.[acl]

Shares: