HeadlineNews

Permintaan Bubuk Kopi Tradisional Menurun Drastis di Aceh Barat

Permintaan Bubuk Kopi Tradisional Menurun Drastis di Aceh Barat
Sejumlah pekerja mendinginkan biji kopi setelah proses penyangraian untuk pengolahan bubuk kopi tradisional di Desa Suak Sigadeng, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Minggu (29/3/2020). (ANTARA/Syifa Yulinnas)

MEULABOH (popularitas.com) – Pengusaha bubuk kopi tradisional di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, sejak sepekan terakhir mengeluh akibat menurunnya permintaan bubuk kopi oleh pemilik warung kopi dan konsumen di daerah itu.

Kondisi ini terjadi setelah adanya instruksi penutupan warung kopi, kafe dan objek wisata di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Aceh, pada malam hari untuk mencegah sebaran virus Corona (COVID-19).

“Kalau dari segi penurunan juga lumayan banyak, biasanya setiap hari kami mampu menjual bubuk kopi paling sedikit mencapai 60 kilogram, kini menurun menjadi 40 kilogram per hari,” kata Faisal, seorang pengusaha bubuk kopi racikan di kawasan Desa Ujong Kalak, Meulaboh, Selasa (31/3/2020).

Dari segi pendapatan, kata dia, juga mengalami penurunan dari omset per hari rata-rata diperoleh berkisar antara Rp4 juta hingga Rp5 juta per hari, kini menurun menjadi Rp3 juta hingga Rp3,5 juta per hari.

Menurut dia, pemberlakuan jam malam dan penutupan sejumlah tempat usaha makanan dan minuman pada malam hari juga menyebabkan pengusaha terpaksa mengurangi jam kerja bagi kalangan pekerja.

Hal ini berdampak terhadap pendapatan yang akan diperoleh tenaga kerja, karena produksi kopi tradisional harus dikurangi untuk menyesuaikan kebutuhan dan daya beli konsumen.

Saat ini harga jual bubuk kopi tradisional yang dijual berkisar antara Rp65 ribu hingga Rp85 ribu per kilogram tergantung jenis dan ukuran bubuk kopi, seperti bubuk kopi kasar dan bubuk kopi halus.

“Kami berharap wabah corona ini dapat segera berakhir, sehingga geliat produksi bubuk kopi kembali berjalan lancar dan meningkatkan perekonomian masyarakat,” harap Faisal.[ANT]

Shares: