EditorialNews

Peringatan IDI Aceh dan Ledakan Kasus Covid-19

Harga Vaksin Covid-19 Kisaran Rp 200 Ribu
Botol kecil berlabel stiker "Vaksin COVID-19" dan jarum suntik medis, terlihat dalam ilustrasi yang diambil pada 10/4/2020. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/pri.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, pada April 2020 mengingatkan semua pihak, bahwa kasus infeksi virus corona dapat meledak di provinsi Aceh.

Peringatan itu disampaikan Ketua IDI Aceh, dr Safrizal Rahman saat berkunjung ke kantor PWI Aceh beberapa bulan yang lalu.

Kala itu, dokter lulusan Unsyiah tersebut mengatakan, kebijakan pelonggaran aturan dan sikap abai dan acuh masyarakat terhadap protokol kesehatan, akan menjadi pemicu kasus Covid-19. Akan meledak dan meningkat tajam di Serambi Makah.

Pernyataan itu sudah terbukti. Berdadarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh. Pada tanggal 22 Mei 2020 lalu, kasus terinfeksi Covid-19 hanya sebanyak 22 kasus. Hingga awal Agustus 2020, lonjakan kasus menjadi 430 orang terinfeksi positif Covid-19, atau naik lebih dari 2.000 persen.

Kenaikan drastis pasien terkonfirmasi corona ini, dimulai sejak ditemukannya kasus transmisi lokal di Kota Lhokseumawe dan Aceh Besar. Sejak itu, rentetan warga yang terinfeksi Covid-19, terus mengalami kenaikan.

Bukan tidak mungkin, jika mencermati grafik kenaikan ini, provinsi Aceh selama ini merupakan daerah terendah kasus corona, akan menjadi wilayah paling tinggi terinfeksi Covid-19 nantinya.

Deretan kasus demi kasus yang terus terjadi, seolah membenarkan peringatan yang disampaikan IDI Aceh empat bulan yang silam. Tentu saja, ini merupakan tanggungjawab semua pihak, Pemerintah, lembaga legislatif, kampus, elemen masyarakta dan organisasi lainnya untuk secara terus menerus mengkampanyekan dan memberikan edukasi kepada masyarakat tetang pola dan perilaku hidup sehat, demi mencegah penularan Covid-19 lebih meluas.

Mengutuk satu pihak dan menyalahkan elemen lain, bukanlah jalan keluar yang bijak saat ini. Sebab, persoalan Covid-19 merupakan masalah global, dan dibutuhkan kebersamaan semua elemen untuk bersatu padu melawan virus yang saat ini sudah menjadi ancaman dunia.

Kita terus mendorong pemerintah, untuk pro-aktif dengan terus membangun sebanyak mungkin fasilitas kesehatan dan ruang rawat inap, serta sarana isolasi lainnya dan mencegah penularan corona terus meluas.

Belajar dari banyak negara, seperti Vietnam, Korea Selatan, dan daerah lainnya, dapat dijadikan contoh, berapa kebersamaan semua elemen adalah kunci untuk dapat keluar dari situasi serangan wabah ini.

Kita percaya, Pemerintah Aceh senantiasa terus bekerja untuk memikirkan langkah dan strategi guna menyelamatkan nyawa rakyat Aceh. Sembari terus membangun perekonomian masyarakat, guna menjamin keberlangsungan hidup rakyat di tengah situasi pandemi saat ini.

Ulama, tokoh masyarakat, pimpinan Ormas, LSM dan semua pihak, juga harus membantu pemerintah Aceh, untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, untuk taat dan patuh para protokol kesehatan yang telah ditetapkan.

Penegakan hukum juga menjadi kunci, yakni agar masyarakat patuh dan tidak berbuat sesuka hati, yang dampak dari perbuatan itu, akan menyebabkan pihak-pihak lain terimbas dan terpapar virus yang belum ditemukan vaksinnya ini.

Intinya adalah kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan, agar penyebarluasan kasus covid-19 dapat dicegah. Karena itu, jika memiliki riwayat berpergian dari luar kota, atau kontak fisik dengan pasien covid-19, sebaiknya melaporkan diri kepada petugas.

Tentu saja, protokol penting yang tidak boleh diindahkan, adalah memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, dan senantiasa membawa hand sanitizer atau pembersih tangan kemanapun berpergian.

Semoga Provinsi Aceh Allah berikan perlindungan dari wabah iniPemimpin Aceh, petugas kesehatan sebagai garda terdepan dalam ‘perang’ melawan wabah Corona diberikan kekuatan, kesehatan, untuk tiada bosan dan putus asa, guna memberikan pengobatan kepada masyarakat yang telah terpapar Covid-19. [RED].

Shares: