FeatureNews

Pemasaran online, cara IKM ASA Kopi bertahan di masa Pandemi

Pandemi Covid-19 tak hanya sebabkan jutaan kematian. Kebijakan pembatasan sosial, dan upaya global melokasir penyebaran virus dengan lockdown dan pembatasan sosial, telah menyebabkan kehancuran sendi perekonomian dunia.
Pemasaran online, cara IKM ASA Kopi bertahan di masa Pandemi
Bethseba, pengelola ASA Kopi di kawasan Peunayong, Kota Banda Aceh. Foto: Muhammad Fadhil/popularitas.com

POPULARITAS.COM – Tak banyak aktivitas yang dilakukan Bethseba hari itu. Duduk di kasir tokonya, ia hanya mengetik di depan komputer. Tokonya yang terletak di Peunayong, Kota Banda Aceh itu tampak sepi. Hanya beberapa orang yang lalu-lalang.

Sudah lebih satu tahun, Bethseba dipercaya sebagai pengelola ASA Kopi di Banda Aceh. Perempuan asal Salatiga, Jawa Tengah ini bertugas memasok kopi untuk lokal dan nasional dalam jumlah di bawah satu ton.

“Toko ini berdiri sejak kurang lebih tiga tahun lalu. Kalau saya fungsinya di sini sebagai pengelola untuk memajukan penetrasi orginal Gayo Coffee untuk daerah lokal,” kata Beth, sapaan akrab Bethseba, saat ditemui di tokonya kawasan Peunayong, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Kamis (17/3/2022).

ASA Kopi adalah milik Armiyadi, pengusaha kopi asal Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Dia dikenal sebagai salah satu pengusaha kopi sukses di Tanah Gayo. Memulai karir sejak 2006, produknya kini menjadi langganan pecinta kopi di berbagai belahan dunia, terutama Amerika Serikat.

“Aktivitas Bapak Armiyadi sekarang dia sebagai eksportir yang memasok ke beberapa negara; Amerika dan Asia,” kata Beth.

Amriyadi menghabiskan banyak waktu di Takengon. Selain sebagai seorang pengusaha, ia juga menjadi mentor coach di bidang pembibitan, perawatan sampai pengolahan kopi menjadi siap saji.

“Jadi dari hulu sampai hilir, Pak Armiyadi itu sangat menguasai dan paham,” jelas Beth.

Apabila pengiriman di atas satu ton, kata Beth, itu langsung ditangani langsung oleh Armiyadi. Biasanya, pengiriman dalam jumlah ini dilakukan ke luar negeri.

“Kalau yang misalkan yang kecil-kecil untuk pembeli di bawah satu ton itu berarti masuknya ke sini, ke Banda Aceh, terutama untuk rosbin sama brown. Brown itu bubuk,” tutur Beth.

Dalam kesempatan itu, Beth menjelaskan, selain di Takengon, proses penggilingan dan pengemasan juga dilakukan di Banda Aceh. Dalam beberapa kesempatan, ia juga menerima pengemasan untuk produk-produk kopi UMKM lainnya.

“Ada yang dilakukan itu di Takengon, ada juga yang kita lakukan di sini, tergantung kebutuhan sih. Karena kita di sini mengelola UMKM, jadi kalau teman-teman minta tolong dikemasin di sini, kita kemasin juga,” ucap Beth.

Produk ASA Kopi di toko kawasan Peunayong, Kota Banda Aceh, Kamis (17/3/2022). Foto: Muhammad Fadhil/popularitas.com

Adapun jenis kopi yang dipasarkan adalah robusta dan arabica. Kedua jenis kopi ini sama-sama diminati oleh pasar internasional. Untuk jenis robusta misalnya, dilepas ke pasar Jepang dan Korea.

“Diekspor keluar tergantung negaranya, kalau negaranya kayak Jepang dan Korea itu mereka cenderung robusta. Tetapi kalau ke Amerika dan Eropa itu arabika,” tutur Beth.

70 Persen Pasar Online

Pandemi Covid-19 merusak berbagai sektor, salah satunya ekonomi. Pembatasan-pembatasan membuat wisatawan sulit masuk ke Indonesia, terutama Aceh.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sudah 14 bulan lebih provinsi paling barat Indonesia itu tak dikunjungi wisatawan asing. Hal ini akibat pembatasan, terutama di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Aceh Besar.

Dalam mengatasi hal tersebut, ASA Kopi terus melakukan inovasi agar tetap hidup meski di tengah pandemi. Proses pemasaran kopi pun dialihkan menjadi online.

Transformasi digital yang dilakukan Beth ternyata membuahkan hasil. Di saat usaha-usaha lain terpuruk, ASA Kopi tetap bertahan berkat pemasaran online.

“Saya dari awal sudah tahu, kalau kita tidak melakukan explore di online, parah, nah kami di online aja. Karena di online itu menguasai sekitar 70 persen pasar,” ucap Beth.

Beth menekankan, pemasaran di online tidak boleh serta merta. Menurutnya, perlu trik-trik khusus dalam menerapkan sistem online, supaya pelanggan tidak kabur ke produk lainnya.

“Misal, kita dapat customer online ini, kita tidak kenal orangnya kan, kalau kita tidak melakukan engagement (hubungan), tidak melakukan follow up dengan people skill, tentunya akan kabur juga.”

“Jadi ya online ya memang 70 persen, tetapi setelah dia masuk, kita harus melakukan pendekatan, baru dia akan menjadi customer kita, terus menjadi pelanggan tetap, reseller dan seterusnya. Sejak kita pegang, Alhamdulillah omzetnya ada, net working-nya jalan,” kata Beth.

Shares: