EkonomiHeadline

Peluang Ekspor Komoditi Ubi Kayu dari Aceh Terbuka Lebar

BANDA ACEH (popularitas.com) – Ubi kayu merupakan salah satu komoditi yang potensial untuk dikembangkan dalam komoditi pertanian selain padi, jagung atau sayur-sayuran. Di Indonesia, ubi kayu bahkan menduduki urutan ketiga sebagai bahan pangan yang dikembangkan masyarakat setelah padi dan jagung.

Demikian disampaikan Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah saat memberikan sambutan pada panen raya ubi kayu di Aceh Jaya program CSR Bank Indonesia, Kamis, 17 Oktober 2019.

Plt Gubernur Aceh menyebutkan sekitar 85 persen produksi ubi kayu di Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sementara sisanya diekspor dalam bentuk gaplek, chips, atau tepung tapioka. Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan yang kaya karbohidrat dan dapat disajikan sebagai pengganti beras.

Lebih lanjut, Nova mengatakan, secara bisnis, pertanian ubi kayu juga lumayan menguntungkan karena permintaan pasar yang cukup tinggi. Kendati harganya fluktuatif yaitu berkisar antara Rp 1.200 hingga Rp 1.700 per kg, tetapi secara bisnis harga itu sudah cukup ekonomis. Apalagi menurutnya biaya operasional untuk tanaman ini tidak terlalu besar.

“Jika satu hektar saja dapat ditanam 2.500 rumpun ubi, hasil yang diperoleh bisa mencapai 100 ton sekali panen. Dengan pasar yang cukup luas, Insya Allah petani akan mendapat keutungan cukup besar,” kata Nova.

Dengan perhitungan seperti ini, kata Nova, wajar kalau Bank Indonesia Perwakilan Aceh begitu antusias memberi dukungan untuk mengembangkan pertanian ubi kayu seluas 20 hektar di Gampong Tuwi Kareung, Kecamatan Pasi Raya ini. Dukungan ini merupakan bentuk tanggungjawab sosial BI dalam membantu pemberdayaan ekonomi warga melalui Program Corporate Social Responsibility (CSR).

“Yang lebih membanggakan lagi, Program CSR ini dikelola oleh Dayah Darul Nizam yang ada di Gampong ini, sehingga kegiatan ini sangat membantu mendukung program kemandirian dayah,” katanya lagi.

Nova mengatakan dukungan ini pantas disyukuri, sebab selain membantu ekonomi dayah guna memperkuat sistem pendidikannya, juga sangat mendukung program ketahanan
pangan Aceh. “Ubi kayu merupakan salah satu komoditas yang sangat cocok dikembangkan di daerah kita,” katanya.

“Dengan terbukanya jaringan Aceh menuju internasional, peluang ekspor komoditi ini juga akan terbuka lebar,” tambahnya lagi.

Setelah lebih dari delapan bulan menjalin kerjasama dengan Dayah Darul Nizam, hari ini petani ubi kayu binaan BI Perwakilan Aceh menyelenggarakan panen raya. Belum diketahui bagaimana hasil yang diperoleh dalam panen tersebut. Namun, Nova yakin panen ubi di daerah tersebut akan membuat para petani bahagia karena melihat suburnya tanaman yang ada.

“Kalau hasilnya memuaskan, tentu usaha yang dilakukan Dayah Darul Nizam ini layak kita perkuat. Bila perlu, kita melakukan ekstensifikasi agar lahan pertanian ubi kayu di wilayah ini lebih diperluas dengan melibatkan komunitas petani lainnya. Selanjutnya, kita perlu merencanakan pembangunan sektor hilirnya,” kata Nova.

Saat ini lahan pertanian ubi kayu di Aceh lebih banyak terdapat di wilayah Aceh Besar, Nagan Raya, Bireuen dan Pidie. Kabupaten Aceh Jaya berpeluang masuk dalam jajaran empat besar penghasil ubi kayu di Aceh, apalagi lahan cukup banyak tersedia di daerah ini.

“Peluang ini saya harap bisa direbut. Untuk itu saya meminta Bupati Aceh Jaya berkenan memberi perhatiannya bagi pengembangan sektor pertanian di daerah ini, termasuk untuk komoditi ubi kayu, dalam rangka mendukung upaya kita menjadikan Aceh sebagai lumbung pangan nasional. Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh juga saya minta untuk memantau kemungkinan peluang pasar ekspor, sehingga produk pertanian Aceh mampu menembus pasar nasional dan global,” pungkas Nova.* (RIL)

Shares: