EkonomiNews

Pahitnya Gula Ditengah Wabah Covid-19

Pahitnya Gula Ditengah Wabah Covid-19
Pedagang menunjukkan gula pasir yang dijual (ANTARA/Zubaidah)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Harga gula pasir sebulan terakhir ini terus melambung tinggi. Sehingga membuat pedagang dan masyarakat kelimpungan. Jika situasi normal, harga tebus komoditi tersebut di tingkat pengecer Rp12,500 dan pada level grosir hanya Rp 11 ribu perkilogramnya.

Seorang pedagang grosir di Peunayong, Banda Aceh, Ramli (53) mengaku, naiknya harga di pasaran tidak terlepas berhentinya pasokan dari provinsi Sumatera Utara. “Pasokan dari Medan berhenti, jadi harga melonjak tinggi,” kata Ramli, Kamis (26/3/2020).

Kata Ramli, Aceh masih sangat ketergantungan pasokan gula dari Medan, Sumatera Utara. Ia memperkirakan, kondisi tingginya harga gula ini akan bertahan lama, lantaran puasa dan lebaran sudah didepan mata.

Ramli meminta kepada Pemerintah Aceh untuk segera turun tangan, mengatasi kelangkaan gula di pasaran Banda Aceh saat ini, yang harganya semakin ‘pahit’.

Kenyataan tingginya harga gula, tidak hanya terjadi di Banda Aceh. Seorang pedagang di pasar tradisional Lueng Putu, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya, Taufik menyebutkan, untuk saat ini harus menebus gula pasir seharga Rp 1 juta per sak. Padahal, sebelumnya hanya Rp 650 ribu.

Tingginya harga gula pasir di Aceh membuat pemerintah harus bergerak cepat. Kadin Aceh sendiri, melalui Ketua umumnya meminta agar Badan Pengelolaan Kawasan Sabang (BPKS) untuk melakukan langkah antisipatif, guna menekan kelangkaan komoditas manis tersebut.

Ketua Umum Kadin Aceh, Makmur Budiman mengharapkan agar BPKS dapat melangkah cepat, dengan mempermudah izin dan pengurusan impor gula ke Sabang, di tengah situasi harga yang semakin pahit dirasakan oleh masyarakat.

“Kasihan masyarakat, sudah terimbas dampak corona, masih harus dihadapkan pada kelangkaan bahan pokok, seperti gula,” katanya Kamis (26/3/2020).

Menurut Makmur, dampak yang paling dirasakan oleh tingginya harga gula adalahl industri kecil dan menengah. Tidak tertutup kemungkinan, jika harga terus tak terkendali, akan memaksa para pelaku usaha kecil untuk menutup usahanya.

Karenanya, sebut Makmur, BPKS harus segera memproses pengusaha yang ingin mengajukan izin impor gula ke kawasan Sabang. Bagaimana teknis agar gula tersebut dapat sampai ke Banda Aceh, dan didistribusikan ke daerah lainnya, itu adalah persoalan yang nantinya akan dipikirkan setelahnya.

“Kita harus bergerak cepat, kasihan ini masyarakat kecil,” tegasnya.

Makmur Budiman juga mengharapkan, agar Forkopimda Aceh dapat memanggil pihak Kanwil Bea dan Cukai provinsi Aceh, guna mencari solusi secara cepat, agar gula yang ada di Sabang, saat ini dapat dimasukkan ke Banda Aceh, tanpa melalui proses perizinan yang rumit.

“Harus segera dicarikan langkah darurat, kasihan masyarakat,” ujarnya.

Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, segera merespon persoalan ini, dengan mengirimkan surat kepada Menteri Perdagangan RI, guna meminta proses percepatan distribusi gula dan penambahan kuota untuk provinsi ujung pulau sumatera ini.

Surat bernomor 5512/5365, tertanggal 24 Maret 2020, Plt Gubernur, menjelaskan perihal kelangkaan dan tingginya harga gula di Aceh, sebagai akibat minimnya ketersediaan bahan pokok tersebut. Dan untuk itu, Nova Iriansyah meminta kepada Mendag, agar melonggarkan izin impor, guna menstabilkan harga.[acl]

Shares: