HeadlineIn-Depth

Pabrik Garam Canggih Miliaran Rupiah Terbengkalai di Pijay

Pabrik Garam Canggih Miliaran Rupiah Terbengkalai di Pijay
Masyarakat Grong-Grong Capa, Ulim sedang membongkat meja kristal dan tanel proyek PUGAR DKP Pidie Jaya. Nurzahri | popularitas.com

PIDIE JAYA (popularitas.com) – Proyek Produksi Usaha Garam Rakyat (PUGAR) di Kabupaten Pidie Jaya (Pijay) bukan manfaat yang diterima. Masyarakat justru dirugikan akibat pabrik canggih itu tak dapat dipergunakan.

Proyek dari Dinas Kelautan dan Perikanan Pidie Jaya ini sudah terbengkalai sejak awal 2020 lalu. Bahkan ada sebagian PUGAR mulai dibongkar warga karena dianggap tidak produktif.

“Mengenai PUGAR ini sebenarnya bukan rahmat yang diberikan ke masyarakat. Kalau kita lihat yang dikasih (proyek PUGAR) ratusan juta sudah sangat hebat, sudah tertampung tenaga kerja. Ini tambak orang sudah terbengkalai, kecewa orang,” kata Sekretaris Desa (Sekdes) Gampong Grong-Grong Capa, Kecamatan Ulim, Saifuni (47) kepada popularitas.com.

Sebagian pabrik garam yang terintegrasi sistem geomembran bantuan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 mulai dibongkar. Karena warga menganggap tidak bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian mereka.

Ada sejumlah persoalan muncul setelah proyek miliaran rupiah itu dikerjakan. Selain tidak ada pelatihan pengoperasian pabrik garam yang ditargetkan mampu memproduksi 6 ribu ton per tahun. Hingga sejumlah fasilitas tidak dilengkapi, sehingga pabrik canggih tersebut tidak dapat beroperasi.

Saifuni menunjukkan contoh fasilitas yang kurang. Seperti tampat penampungan pertama hingga kedua tidak dilengkapi pipa penghubung. Seharusnya ada pipa saluran yang dialirkan ke meja kristal untuk dijemur agar menjadi garam.

Dalam proyek produksi garam terintegrasi dengan tekonogi geomembran tersebut dari 300 lebih meja krital, atau lahan yang terpasang plastik hitam berukuran sekitar 4X25 meter. Hanya dipasang 7 tunnel atau atap dengan plastik putih untuk menutupi meja kritas tersebut.

Meja kristal itu berfungsi sebagai penampug air. Kemudian air tersebut menjadi garam setelah dijemur. Setelah beberapa tahap perpindahan air dari tempat penampung hingga ke meja kristal.

Selain itu, dalam pengembangan PUGAR yang disebut-sebut akan dijadikan sebagai salah satu daerah untuk kebutuhan nasional khususnya sumatera, penerima manfaat juga tidak dibekali dengan pelatihan mengolah garam dengan teknologi geomembran tersebut.

Padahal untuk pengembangan proyek tersebut Kementerian Keluatan dan Perikanan (KKP) RI mengucurkan anggaran Rp 8 miliar ke Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pidie Jaya.

Penelusuran popularitas.com, pada Sistem Informasi Rencana Umum (SiRUP) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) tender proyek bersumber APBN tersebut dibagi dalam 10 paket.

Paket pertama dengan judul ‘Pengadaan Tunel Garam’ dengan anggaran Rp 568.600.00, melalui E-Purchasing. Peket kedua diberi nama ‘Rekonsiliasi/Intergrasi Pegaraman Desa Cot Lheu Reng’ Trienggadeng dengan biaya Rp 695.000.000.

Untuk yang ketiga Rekonsiliasi/Intergrasi Pegaraman Desa Paru Cot Kecamatan Bandar Baru dengan biaya Rp 622.000.000. Paket keempat Rekonsiliasi/Intergrasi Pegaraman Desa Cut Nyong, Kecamatan Bandar Baru, dengan anggaran Rp 670.000.000.

Kelima Rekonsiliasi/Intergrasi Pegaraman Desa Grong-Grong Capa, Kecamatan Ulim dengan anggaran Rp 718.000.00. Keenam Rekonsiliasi/Intergrasi Pegaraman Desa Peurade, Pante Raja Rp 695.000.000.

Ketujuh Rekonsiliasi/Intergrasi Pegaraman Desa paru Keude, Bandar Baru Rp 382.000.000. Kedelapan Pengadaan Truck Pengangkut Garam’ Rp 420.000.000. Sembilan kembali untuk Pengadaan Tunel Garam Kecamatan Ulim dan Bandar Baru Rp 152.600.000, dan paket terakhir dengan nama Pembangunan Pagar Keliling Kawat Berduri Gudang Garam Nasional Rp 85.761.000 pengadaan langsung.

“Waktu pertama mereka bilang, waktu mereka turun kami merasa tidak akan ditipu. Tapi hari ini sudah bukan lagi ditipu, seperti sudah merencana,” ungkapnya bernada kesal.

Pabrik Garam Canggih Miliaran Rupiah Terbengkalai di Pijay

Lahan Desa Juga Terbengkalai

Kerugian ekonomi tak hanya dirasakan oleh masyarakat. Mirisnya lagi, lahan gampong Grong-Grong Capa sebelumnya ada pemasukan untuk Pendapatan Belanjad Gampong (PAG) sebesar Rp 20 juta per tahun.

Namun setelah lahan tersebut dialihkan untuk pembangunan proyek PUGAR tidak lagi produktif. Tidak ada lagi PAG yang diterima gampong tersebut setiap tahunnya.

Padahal menurut Ketua Kelompok PUGAR Gampong Grong-Grong, Zulbahri mengaku, sebelumnya hasil sewa lahan tersebut dapat membangun meunasah (surau). Namun sejak dialihkan menjadi lahan PUGAR, selain terbengkalai akibat tidak dapat difungsikan pendapatan desa juga hilang.

Katanya, masyarakat Grong-Grong Capa menyetujui lahan itu sebagai PUGAR disebabkan angan-angan yang disampaikan pihak pemerintah sangat menggiurkan.

“Iming-iming yang diberikan oleh pihak dinas PUGAR ini akan sukses. PUGAR ini hebat, tapi setelah pembangunan proyek selesai, pihak dinas tidak pernah lagi ke lapangan,” ungkapnya.

Zulbahri mengaku beberapa kali pihaknya pernah menyampaikan keluhan lahan PUGAR terbengkalai ke pihak dinas, namun tidak pernah digubris. Hingga sekarang lahan tersebut tidak dapat difungsikan.

Keuchik Gampong Grong-Grong Capa, Kecamatan Ulim, Pidie Jaya, Syarbaini menyebutkan, dampak tidak berfungsinya PUGAR masyarakat yang menyerahkan lahannya banyak yang protes.

“Namanya saja lahan integrasi, kalau intergrasi kan saling terhubung, dari titik pertama hingga ketitik pembuatan garam (meja kristal) tersambung dia,” jelasnya.

Selain itu, program sebelumnya pemasangan meja kristal maupun tunel di dalam tambak sama sekali tidak ada. Sehingga bila musim hujan, pabrik garam tersebut tidak dapat beroperasi, karena minimnya tunel.

“Buat lahan itu bukan di dalam tambak penampungan air dia, tapi lahan kosong,” ujarnya.

Bahkan dalam tahap pengerjaan sama sekali tidak lagi berkoordinasi dengan dirinya yang merupakan ketua kelompok sebelum menjadi kepala desa setempat.

Pabrik Garam Canggih Miliaran Rupiah Terbengkalai di Pijay

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pidie Jaya, Yulizar membenarkan total anggaran yang dikucurkan Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pogram PUGAR tahun 2019 sebesar Rp 8 miliar.

Yulizar berdalih, tidak beroperasinya PUGAR dan terbengkalai saat ini akibat musim penghujan, sehingga tidak dapat diproduksi.

“Tunnel itu sebenarnya tidak boleh, tapi setelah kami menjelaskan ke pusat terkait cuaca di Pidie Jaya, baru dibolehkan dengan ketentuan 10 persen tunnel untuk setiap titik,” paparnya.

Sedangkan untuk menghubungkan ke penampungan yang tidak terintegrasi dengan pemasangan pipa. Yulizar mengaku sudah menyerahkan mesin pompa dapat dipergunakan untuk menyalurkan air dari penampungan ke meja kristal.

Kendala terhentinya produksi saat ini. Yulizar mengaku akibat wabah Covid-19 serta serta musim penghujan. Sehingga pabrik garam tersebut terkendala dalam memproduksi.[acl]

Reporter: Nurzahri

Shares: