Feature

Nurhayati Subakat, pengusaha Minang yang punya 10 ribu karyawan

PT Paragon Technology, milik Nurhayati Subakat,  perempuan asli Minangkabau kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, 27 Juli 1950 itu merintis usaha dari sebuah home industry sejak 1985.
Pemilik PT Paragon Technology, Nurhayati Subakat

POPULARITAS.COM – Siapa sangka, kosmetik dengan merek Putri, Wardah, Make Over, Emina, dan Kahf dirintis seorang wanita dari usaha rumahan, kini menjelma menjadi perusahaan raksasa kosmetik dengan  pasar internasional.

PT Paragon Technology, milik Nurhayati Subakat,  perempuan asli Minangkabau kelahiran Padang Panjang, Sumatera Barat, 27 Juli 1950 itu merintis usaha dari sebuah home industry sejak 1985.

Dibantu sang suami Hadi Subakat, keuletan Nurhayati berbuah manis, ia mengubah usaha produksi sampo rumahan menjadi perusahaan pelopor kosmetik raksasa di Indonesia.

Saat ini, perusahaan itu beroperasi di lahan seluas 20 hektare di kawasan industri Jatake, Tangerang, Provinsi Banten. Di dalamnya, ada Pusat Riset dan Inovasi dengan empat laboratorium, Pusat Distribusi Nasional, dan hunian karyawan. Perusahaan ini juga telah memiliki 40 kantor cabang distribusi di seluruh Indonesia dan Malaysia.

Dari semula mempekerjakan dua karyawan yang tak lain asisten rumah tangga, kini Nurhayati telah menggaji lebih dari 10 ribu karyawan yang disebutnya Paragonian. Saat ini, PT Paragon telah memproduksi  160 juta unit produk personal care dan make-up. Saat kecamuk Covid-19 membuat banyak perusahaan goyang dan patah, PT Paragon justru tetap eksis. Terbukti selama 2020, 53 kontainer produk kosmetik diekspor ke negeri Jiran Malaysia.

Anak pertamanya, Harman Subakat menduduki Chief executive officer (CEO) grup PT Paragon sejak 2002. Disusul pada tahun 2003 anak ke dua, Salman Subakat menjabat CEO. Sedangkan anak bungsunya Sari Chairunnisa ditunjuk sebagai kepala riset dan pengembangan.

Dalam live virtual dengan para peserta Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch II 2021 Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) pertengahan Agustus 2021 lalu, Nurhayati Subakat mengungkapkan menerapkan prinsip hidup bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat sebagai nilai inti dalam menggerakkan usaha.

“Dalam menetapkan target, saya kembalikan kepada mereka para karyawan. Seberapa besar dan luas manfaat yang ingin kita tebarkan,” kata Nurhayati.

Terapan itu didapatkan Nurhayati dari didikan ayahnya Abdul Muin Saidi dan sang ibu Nurjanah. Sejak kecil, ia bersama tujuh saudaranya telah ditanam nilai-nilai religi dan humanisme, kuat dalam iman dan takwa (Imtak), menguasai ilmu dan teknologi (Iptek). Ternyata ayahnya bukan orang biasa, Abdul Muin Saidi adalah saudagar, tokoh terpandang juga Ketua Muhammadiyah  Padang Panjang di era 60-an.

“Beliau inspirasi kami sampai saat ini. Beliau  sering menyampaikan kepada kami perihal pentingnya Imtak dan Iptek yang kelak kerap digaungkan Bapak Presiden BJ Habibi, ibu dan nenek saya juga mengajarkan kami moral kuat dan nilai-nilai kemanusian, dari mereka saya terapkan “Lima Nilai Inti” di Paragon,” ungkap Nurhayati.

Dalam menjalankan usaha, Nurhayati mengaku tidak selalu mulus, saat awal merintis dengan  PT Pusaka Tradisi Ibu, pabrik yang dibangun di Cibodas terbakar pada tahun 1990 dan usahanya musnah seketika. 25 karyawannya yang sudah dianggap keluarga nyaris menganggur.

Berkat nilai-nilai kemanusiaan yang sudah tertanam kuat dan berkat dukungan kuat sang suami, Nurhayati bangkit dan memulai kembali usaha dengan para karyawannya, yang kala itu bisa saja dirumahkan.

Niat baik dan yakin dengan pertolongan Allah membuat Nurhayati bangkit. Dia merasakan mendapat banyak pertolongan Allah, melalui tumbuhnya kepercayaan (trust) dan empati para relasi, termasuk Bank Indonesia kala itu.

Terapan Lima Nilai Inti, menjadi dasar falsafah Nurhayati dan Paragonian dalam menjalankan usaha. Lima Nilai Inti tersebut yaitu pertama: Ketuhanan, nilai Ketuhanan didasari pengalaman nyata sepanjang perjalanan hidup Nurhayati bersama keluarga, termasuk eksistensi PT Paragon jatuh bangun hingga bangkit dan berkembang besar.

Ke dua, Kepedulian, adalah nilai dasar yang ada dalam makhluk sosial, menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan kasih sayang terhadap sesama. Ke tiga, Kerendahan Hati, adalah attitude saling menghormati dan menghargai perbedaan yang ada demi kepentingan bersama; dan mau belajar kapan saja, di mana saja, dan dari siapa saja.

Ke empat, Ketangguhan (Grit), sikap pantang menyerah dalam menggapai tujuan; bertekad kuat, disiplin, dan ulet; dan penuh semangat untuk menghasilkan karya-karya terbaik. Ke empat, Inovasi, Paragonian yang visioner dan kreatif menciptakan terobosan baru.

Shares: