EdukasiNews

‘Night Bus’ Film Kisah Konflik Aceh Sabet Piala Citra 2017

Film Night Bus menyabet kategori film terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 2017 yang berlangsung di Kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (11/11/2017) malam. Film ini berhak memperoleh Piala Citra 2017.

Film Night Bus menyabet kategori film terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 2017 yang berlangsung di Kota Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (11/11/2017) malam. Film ini berhak memperoleh Piala Citra 2017.

Darius Sinathrya selaku produser Night Bus mengaku tak menyangka bisa meraih Piala Citra untuk kali pertama. Film ini menyingkirkan empat pesaingnya yakni Cek Toko Sebelah, Kartini, Posesif dan Pengabdi Setan.

“Kami semua enggak nyangka bisa meraih (penilaian) sebagai film terbaik. Buat kami (inui) sebuah hal yang besar,” kata Darius pada konferensi pers usai menerima Piala Citra di Grand Kawanua International City, Manado, Sabtu malam

Sebelumnya, Ketua Bidang Penjurian FFI 2017 Riri Riza mengatakan, kelima film ini mewakili keberagaman tema atau genre. Selain itu, kelimanya sudah memiliki gagasan dan tema yang unggul dibanding film-film lainnya.

Selain kategori film terbaik, ajang penghargaan yang telah ditaja sejak tahun 1955 itu juga memberikan apresiasi kepada 21 kategori lainnya antara lain sutradara terbaik, penulis skenario asli terbaik, pemeran utama pria terbaik, pemeran utama wanita terbaik, film pendek terbaik.

Night Bus adalah film besutan sutradara Emil Heradi atas naskah adaptasi tulisan Rahabi Mandra. Selain menampilkan aktor Teuku Rifnu Wikana dan Darius Sinathrya sendiri, film ini juga menampilkan aktor senior seperti Toro Margens, Tyo Pakusadewo, Lukman Sardi, Tino Saroengallo.

Film Night Bus berkisah tentang sebuah bis malam yang mengangkut beberapa penumpang menuju Sampar, sebuah kota di Aceh yang terkenal kaya akan sumber daya alam, namun dirundung konflik berkepanjangan.

Sampar dijaga ketat aparat pemerintah pusat yang siaga melawan pasukan Samerka (Sampar Merdeka), para milisi pemberontak yang menuntut kemerdekaan atas tanah kelahiran mereka.

Awalnya, para penumpang dengan berbagai tujuan berpikir bahwa perjalanan mereka ke Sampar adalah perjalanan biasa. Tak ada yang menyadari bahwa di antara mereka ada penyusup yang membawa pesan penting yang harus disampaikan ke Sampar.

Ternyata penyusup ini adalah orang paling dicari oleh kedua pihak yang bertikai dengan perintah sama: Temukan hidup atau mati! Situasi berubah menegangkan ketika seluruh penumpang harus bertahan hidup di antara desingan peluru.

Para penumpang juga menghadapi pihak yang tidak menginginkan konflik berakhir karena pihak tersebut hanya bisa hidup dari konflik. Kesadisan mereka samakin meneror para penumpang bus yang tidak seorang pun tahu siapa akan mati atau bertahan hidup.

Aksi Teuku Rifnu Wikana dalam film itu berhasil membantu membius hati dewan juri sehingga menetapkan Night Bus sebagai Film Terbaik. Rifnu juga mendapat Piala Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik 2017.

Dengan raihan ini, Night Bus sukses memborong enam piala pada ajang FFI 2017. Selain Film Terbaik, film ini juga memenangi kategori Penata Busana Terbaik, Penata Rias Terbaik, Penyunting Gambar Terbaik, Penulis Skenario Adaptasi Terbaik, dan Pemeran Utama Pria Terbaik.[acl]

Sumber : tribunnews.com / Foto by tribunnews.com

Shares: