HeadlineIn-Depth

Misteri Kepergian Lia di Krueng Barona Jaya

Kabar kematian Lia Yulfira (LY) mengejutkan warga Meunasah Papeun Aceh Besar. Mahasiswi asal Nagan Raya ini ditemukan meninggal tergantung di kusen rumah kost dengan sehelai selendang merah. Padahal korban dikabarkan hendak menikah di pertengahan akhir Agustus 2019.

DIA orangnya agak pendiam. Sama saya tidak begitu akrab. Palingan dengan anak-anak kecil di sini aja akrabnya,” kenang tetangga LY (25), perempuan yang diduga bunuh diri di Lorong Teungku Diteupin, Dusun Puklat, Gampong Meunasah Papeun, Krueng Barona Jaya, Aceh Besar.

Tetangga LY itu seorang perempuan paruh baya. Dia enggan menyebutkan nama, tetapi ketika saya bertanya tentang kejadian bunuh diri LY, cerita yang keluar dari mulutnya mengalir lancar. Begitu pun suaminya.

Saat saya jumpai menjelang tunggang gunung, Rabu, 21 Agustus 2019, perempuan itu bersama anak dan suaminya tengah duduk di beranda rumah. Wajah mereka masih membekas guratan terkejut.

“Saya untung sudah duluan tahu tadi di depan. Kalau misalnya tadi tidak tahu, mungkin saya sudah pingsan pas masuk ke lorong rumah ini,” kata suami si perempuan. Saat korban ditemukan dalam kondisi gantung diri, dia sedang berada di Sibreh.

Pukul 2 siang dia pulang ke rumah. Nyaris jantungnya copot ketika melihat ratusan orang sudah menyemut di lorong masuk ke rumahnya. “Ada apa ini, ada apa? Saya tanya begitu, kan. Saya pikir orang rumah ada kenapa-kenapa begitu,” ujarnya.

Sang istri, malah jauh lebih terguncang batin. Saat itu ia baru pulang menjemput anak sekolah dan menemukan orang sudah ramai di pekarangan rumah.

“Saya lihat orang sudah ramai-ramai di sini,” katanya, seraya menunjuk halaman rumah mereka.

Halaman rumahnya luas. Tampak tumbuh beberapa pohon penghasil buah; diantaranya kelapa dan mangga. Di halaman rumah mereka juga berdiri kandang kambing yang cukup besar.

Dia bercerita, selama tinggal di sana baru kali ini dihadapkan dengan peristiwa orang bunuh diri. “Saya sudah jantungan tadi, dek. Terpaksa harus minum air gula,” katanya.

Sepengetahuannya, kost yang ditempati LY dihuni empat perempuan. Waktu kejadian, dua orang lainnya sedang berada di kampung. Sementara Putri Eliza (19) yang belakangan menjadi saksi pertama menemukan LY terkulai di daun pintu kamar kost, malam itu tidur di asrama kampus.

“Kemarin-kemarin (Putri) pagi dia pulangnya. Tapi hari ini agak siang. Pas azan Zuhur. Katanya mau nyuci baju. Begitu dia cerita tadi,” ungkap perempuan itu.

Usai pintu terbuka, Putri kaget bukan kepalang melihat LY tergantung kaku dengan seutas tali. Dia lantas memanggil orang sekitar. “Orang-orang datang. Lalu dipanggil Ketua Pemuda. Habis itu dihubungi polisi. Lalu ditelpon Pak Muchtar ini,” katanya menunjuk seorang laki-laki yang turut berada bersama kami.

Muchtar (69) adalah pemilik Indekost tersebut. Dia ada di sana saat saya sambangi Tempat Kejadian Perkara (TKP). Sore itu, bersama seorang laki-laki lainnya, dia ikut nimbrung bercerita.

Muchtar mengatakan, tiga rumah kost dengan bentuk bangunan berderet tersebut disewakan kepada penghuni perempuan saja.

“Duanya lagi itu kosong. Cuma satu yang ada penyewa. Karena penyewanya pertama perempuan, jadi saya rencananya mau perempuan semua yang sewa kalau ada. Kalau laki-laki duluan, ya laki-laki semua. Nggak bisa campur begitu,” katanya.

Sebagai induk semang, Muchtar tidak tinggal di sekitar kost-kostan, melainkan di kawasan Lampriet.

Berdasarkan keterangan Muchtar, korban LY merupakan penyewa yang masuk terakhir di sana. “Kurang lebih udah satu tahun mereka sewa. Korban itu yang terakhir masuknya (menyewa).”

Kepada Muchtar, keempat perempuan itu mengaku masih punya hubungan tali saudara.

“Merekanya bilang saudara begitu, kan. Tapi apa betul saudara apa enggak saya nggak tahu juga,” ujarnya.

Dia baru mengetahui kejadian bunuh diri di indekost miliknya itu tatkala dihubungi Putri melalui telpon. “Saya pun nggak begitu tahu persis, begitu sampai di sini tadi nggak boleh masuk, sudah ramai pun yang datang,” ungkapnya.

Sementara itu, berdasarkan keterangan Kapolsek Krueng Barona Jaya, Iptu M Hasan menyampaikan, penemuan korban berawal dari salah seorang saksi yang merupakan teman satu kosnya.

Kata Hasan, saksi pada saat itu ingin mencuci pakaian. Setiba di rumah kost, saksi melihat korban dalam kondisi tidak bernyawa.

“Saksi membuka pintu rumah yang dalam keadaan terkunci, dan langsung melihat korban dalam keadaan tergantung di kusen kamar korban,” katanya.

Di TKP, tambah Hasan, korban turut meninggalkan secarik kertas berisi kata-kata berulang kali permohonan maaf kepada sang ibu. Selain itu, menurut informasi yang diperoleh Hasan dari keterangan saksi, korban akan melangsungkan pernikahan pekan ini.

Soal secarik kertas tersebut; mulai dari tetangga, pemilik kost, dan kepolisian yang saya mintai keterangan, semuanya membenarkan ada secarik kertas peninggalan LY dengan kepala surat “Mama Maafin Lia”.

Isinya adalah bentuk penyesalan sekaligus permintaan maaf korban kepada keluaga. Dalam isi surat, turut pula korban menyebut-nyebut nama ‘bang Hendra’ yang diduga sebagai calon suami korban.

Baca: “Mama Maafin Lia”

Kini surat beserta barang bukti lainnya, telah diamankan pihak kepolisian. Garis police line tampak telah merintang di rumah kost-kostan berwarna kuning pucat itu.

Apa yang sebenarnya melatar belakangi hingga LY, perempuan yang semustinya sebentar lagi menjemput kebahagiaan lewat pernikahan, harus meregang nyawa secara tak lazim begitu?

Sejauh ini semua masih misteri. Namun Kapolsek Krueng Barona Jaya, Iptu M Hasan memastikan, pihaknya tidak menemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.* (ASM)

Shares: