EdukasiNews

MILF Temui Wali Nanggroe Aceh Sharing Tentang Perdamaian

Moro Islamic Liberation Front (MILF) melakukan kunjungan ke Aceh. Dalam kunjungan yang dipimpin oleh Haji Murad Ibrahim tersebut, pihak delegasi MILF, bertemu dengan Wali Nanggroe Aceh, PYM Malik Mahmud Alhaytar, yang merupakan Perdana Menteri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), saat masih berkecamuknya perang di Aceh.

POPULARITAS.COM – Moro Islamic Liberation Front (MILF) melakukan kunjungan ke Aceh. Dalam kunjungan yang dipimpin oleh Haji Murad Ibrahim tersebut, pihak delegasi MILF, bertemu dengan Wali Nanggroe Aceh, PYM Malik Mahmud Alhaytar, yang merupakan Perdana Menteri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), saat masih berkecamuknya perang di Aceh.

Saat pertemuan dengan pihak MILF, Wali Nanggroe Aceh, turut didampingi sejumlah mantan pentolan GAM, diantaranya Muzakir Manaf, yang merupakan mantan Panglima GAM, yang saat ini menjabat sebagai Ketua umum Partai Aceh (PA), kemudia Kamaruddin Abubakar alias Aburazak, Adi Laweung, dan Khatibul Wali, Syaiba Ibrahim.

Sementara delegasi MILF, dipimpin Haji Murad, Chairman, dan anggotanya, Moali Alvarez Bolaweg, Mansor Blah Ibrahim, Abdullah Muhammad Hassan. Dan turut juga didampingi Kedutaan Besar Indonesia untuk Philipina.

Usai pertemuan, Chairman MILF, Murad Ibrahim kepada media ini menerangkan, tujuan kedatangan mereka ke Aceh, adalah untuk belajar dan sekaligus berbagi pengalaman dengan Aceh, yang telah membangun perdamaian di negeri ini yang didera konfik puluhan tahun.

Menurutnya, ada hubungan dan kesamaan antara konflik di Moro dengan konflik dahulunya, dan kini Aceh sudah berdamai, tentu pasti ada tantangan dalam proses perdamaian itu, seperti penerapan kesepakatan, dan juga implementasi dari kesepakatan yang di bangun antara kedua belah pihak. Secara keseluruhan, lanjutnya, ada ciri dan kesamaan antara Aceh dan Moro.

Saat ditanyakan, apakah Moro memiliki undang-undang khusus, seperti Aceh yang memiliki UU Pemerintahan Aceh atau UUPA, Murad menjelaskan bahwa saat ini, kongres Philipina sedang membahas hal itu, yakni merancang suatu UU di bawah Pemerintah negaranya yang secara khusus memberikan otonomi bagi bangsa Moro.

Dan saat kembali dicecar pertanyaan soal kondisi keamanan dan ketertiban di Moro, Murad secara tegas mengatakan, kondisi Moro dan sekitarnya relatif aman dan damai, dan tantangan terbesar bagi penciptaan perdamaian di kawasan Moro adalah munculnya ekstrimis grup, seperti kelompok Marawi dan juga ISIS.

Sementara itu, Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud, menerangkan, dirinya sebagai insiator perdamaian Aceh, memberikan masukan kepada pihak Moro dan juga perwakilan negara Philipina mengenai konsep dan model perdamaian yang pernah digagas dengan pemerintahan Indonesia. “Saya meminta kepada mereka untuk segera duduklah, mencari solusi yang terbaik,” tegas Malik Mahmud.

Reporter : Saky

Shares: