FeatureNews

Meugang di Tengah Corona: Jaga Jarak!

Harga Daging Sapi di Aceh Besar Stabil Jelang Idul Fitri
Pedagang daging Mak Meugang. (Munir)

BANDA ACEH (popularitas.com) – Meugang, sebuah tradisi bagi masyarakat Aceh untuk menyambut bulan suci ramadhan kini dihadapkan dalam situasi yang tidak seperti biasanya. Di tengah virus corona, tradisi ini diprediksi tidak akan seramai tahun-tahun sebelumnya.

Jika H-3 sebelum Ramadhan tiba, para penjual daging dadakan berjejer rapi dilokasi yang telah ditunjuk oleh pemerintah, kini jumlahnya berkurang.

Tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun itu, identik dengan makan daging sapi atau kerbau bersama, yang diolah dengan beraneka ragam masakan. Untuk mengikuti tradisi itu, warga tidak peduli dengan harga daging yang melambung tinggi hingga 50 persen dari harga normalnya.

Kemudian, jika biasanya setiap pemerintah daerah di Aceh berlomba-lomba untuk menerbitkan surat imbauan tentang jadwal meugang,  tiga sampai dua hari jelang Ramadhan, kini berbalik. sejumlah pemerintah daerah justru sudah mengeluarkan imbauan untuk tidak menggelar tradisi meugang.

Ataupun, meugang tetap digelar, tapi tidak seperti biasanya. Dari informasi yang dihimpun popularitas.com, beberapa daerah yang tidak menggelar meugang, ialah Kabupaten Aceh Barat, Aceh Barat Daya dan Kota Lhokseumawe. Alasan daerah tersebut, untuk mencegah kerumunan warga di pasar dan mengantisipasi penularan virus corona.

Safwan, penjual daging di Pasar Lambaro, Aceh Besar sudah merasakan jika tradisi meugang tahun ini tidak seperti yang ia bayangkan. Biasanya, sepekan jelang ramadhan daging miliknya sudah diburu, kini sepi pembeli.

Menurut Safwan, sepinya pembeli tidak terlepas dari wabah virus corona yang membuat warga enggan ke pasar maupun keluar rumah. “Sebagian orang malah takut ke pasar, takut corona, tapi besok akan tambah ramai,” kata Safwan, Senin, 20 April 2020.

Dari data Dinas Kesehatan Aceh jumlah orang terinfeksi virus corona sudah tujuh orang. Empat pasien yang tadinya positif sudah dinyatakan sembuh dan, telah di pulangkan ke rumah masing-masing. Sementara, dua orang masih dirawat di rumah sakit. Meski demikian, protokol kesehatan tetap dianjurkan untuk diterapkan.

Terkait tradisi meugang, Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah juga sudah mengambil kebijakan yang tegas soal pagelaran tradisi jual beli dan makan daging tersebut. Ia mengakui, tradisi meugang akan menyebabkan kerumunan massa.

Namun, Nova memberi angin segar bagi pedagang daging. Meugang tidak dilarang tapi harus memenuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak dan menggunakan masker. “Protokolnya sama saya pikir, tidak dilakukan meugang seperti biasanya,” ujar Nova Iriansyah.

Meskipun digelar, kata dia, pedagang dan pembeli harus betul-betul menjaga jarak dan menghindari kerumunan. “Ya sesuai protokol, jaga jarak, physical distancing dan tidak berkerumun,” ucapnya.

Pantauan popularitas.com di pasar daging dadakan di wilayah Beurawe, meski tidak seramai tahun sebelumnya, para pembeli daging masih banyak yang menghiraukan imbauan pemerintah, agar tidak berkerumunan dan menjaga jarak.

Kemudian ada juga warga yang masih mengabaikan penggunaan masker. Tidak ada terlihat petugas yang berjaga di titik-titik penjualan daging meugang. Yang biasanya, petugas selalu melakukan razia di tempat kerumunan pada malam hari.

Untuk itu pemerintah diminta harus membuat skema tentang jual beli daging meugang, agar tidak terjadi kerumunan warga di tengah wabah corona. Apalagi menjelang H-2 ramadan, jumlah pembeli daging bakal lebih banyak.

“Harusnya ada pemerintah atau petugas untuk mengatur warga biar tidak berdesak-desakan seperti ini,” ujar pedagang daging di Beurawe, Ibrahim, Selasa, 21 April 2020. (dani)

Shares: