HeadlineKesehatan

Menyangkal COVID-19 di Aceh

Menyangkal COVID-19 di Aceh
Annisa Nurhikmat Al Basith, asisten laboratorium SMK-SMTI Banda Aceh sedang meracik hand sanitizer

“Video tutorial saya cara membuat hand sanitizer diblok oleh facebook, karena dianggap kontennya bisnis,” kata Heriyanto, Kepala Sekolah Menengah Kejuaran (SMK) Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) Banda Aceh. Ia berniat ingin membagikan tips cara membuat pembersih tangan kepada masyarakat untuk mengatasi kelangkaan di pasaran.

Hand Sanitizer sangat dibutuhkan ditengah pandemi Coronavirus disease (COVID-19) untuk memutus mata rantai penyebaran. Heriyanto menyebutkan, masyarakat sebenarnya dapat membuat sendiri pembersih tangan yang mengandung alhokol itu.

Melalui video yang diunduh di facebook itu, masyarakat dapat mencontoh cara membuat hand sanitizer. Tetapi facebook menganggap itu bisnis, hingga tutorial yang ia bagikan tak dapat diakses publik.

Padahal niatnya agar masyarakat bisa membuat secara mandiri, sehingga kelangkaan hand sanitizer selama pandemi COVID-19 dapat teratasi.

Karena pembersih tangan ini cukup diperlukan, agar bakteri atau virus corona menempel di tangan dapat diminimalisir tidak tertular, karena sudah dimatikan oleh cairan hand sanitizer itu.

Aceh memang belum terdapat pasien yang positif. Namun Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh saat ini hanya merawat 6 Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Pasien tersebut memiliki gejala seperti terinfeksi virus corona. Mereka dirawat di ruang isolasi rumah sakit setempat.

Direktur RSUZA, Azharuddin belum bisa menyimpulkan apakah pasien itu negatif atau positif corona. Namun, kondisi mereka saat ini mulai membaik. Keenam pasien itu memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri. Saat balik ke Aceh, mereka memeriksa kesehatannya yang mengalami batuk dan pilek ke rumah sakit.

Kendati masih belum ditemukan yang positif. Menyangkal COVID-19 penting dilakukan dengan berbagai upaya. Salah satunya membiasakan penggunaan hand sanitizer setelah beraktivitas atau memegang sesuatu benda di area publik.

Langkah itulah yang hendak diambil oleh SMK SMTI Banda Aceh dengan memproduksi hand sanitizer secara massal. Kata Heriyanto, hasil produksinya nanti akan dibagikan secara gratis kepada yang membutuhkan.

Niat ini berangkat dari kelangkaan hand sanitizer di pasaran sekarang. Kalau pun ada, harganya dapat dipastikan melambung tinggi. Bahkan nyaris tak terjangkau dibeli oleh kalangan menengah ke bawah. Dengan diproduksi hand sanitizer di SMK SMTI Banda Aceh, sedikit membantu untuk menghentikan penyebaran virus mematikan itu.

Heriyanto menungkapkan, menyangkal COVID-19 di bumi Serambi Makah butuh keterlibatan semua pihak. SMK-SMTI Banda Aceh siap mengisi ruang tersebut, agar penyebaran corona di Aceh dapat diatasi.

“Setidaknya teratasi dengan ada hand sanitizer ini,” sebutnya.

Lonjakan penanganan COVID-19 kian tak terbendung di Nusantara. Setiap hari terus mengalami peningkatan pasien yang dinyatakan positif dan juga meninggal dunia akibat COVID-19.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona, Achmad Yurianto menegaskan, hingga 19 Maret 2020, pukul 16.27 WIB, terdapat 25 pasien meninggal akibat penyakit COVID-19 di Indonesia. Para pasien, baik sedang dirawat maupun meninggal dunia tersebar di tujuh rumah sakit di Indonesia.

Sekarang sudah 309 kasus positif COVID-19 masih dalam perawatan, dinyatakan 15 orang sembuh dan bisa dipulangkan, sisanya di rawat di rumah sakit. Penambahan signifikan atas jumlah penderita COVID-19 yang meninggal itu didasarkan pada perbaikan pendataan dari seluruh rumah sakit di Indonesia yang merawat pasien yang terinfeksi SARS CoV-2.

Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kasus infeksi penyakit dan kematian yang disebabkan COVID-19 yang terjadi di seluruh dunia telah melampaui dan angka terjadi di China sebagai sumber pertama penularan virus corona tipe baru.

Berdasarkan laporan situasi harian per 16 Maret 2020 yang dikutip dari laman resmi WHO di Jakarta, Selasa, total kasus positif COVID-19 di 151 negara secara global mencapai 86.434 kasus dengan 3.388 orang meninggal, sementara di China total kasus sebanyak 81.077 dengan total kematian 3.218 jiwa.

Kasus baru virus corona tipe baru di dunia semakin menembus angka tertingginya yaitu 13.874 per hari, dan COVID-19 merenggut 848 jiwa pada Senin (16/3/2020). Sementara di China bertambah 29 kasus dan 14 kematian baru di hari yang sama, dengan angka pasien yang terjangkit fluktuatif antara belasan hingga kurang dari 30 kasus baru per harinya.

Angka terbanyak pasien terjangkit COVID-19 di Italia dengan total 24.747 kasus (3.590 kasus baru) dengan angka kematian mencapai 1.809 jiwa (368 kematian baru). Kasus terbanyak selanjutnya di Iran dengan total 14.991 kasus (2.262 kasus baru) dan total kematian 853 jiwa (245 kematian baru).

Korea Selatan total 8.236 kasus (74 kasus baru) dengan 75 kematian tanpa ada angka kematian baru.

Korea Selatan sebelumnya menjadi negara paling banyak terjadi kasus setelah China, namun pemerintahnya berhasil menekan kasus hingga di bawah 100 kasus per hari yang tadinya lebih dari 500 kasus per hari.

Benua Eropa menjadi episentrum penularan karena banyak negara-negara di benua tersebut yang memiliki kasus di atas 1000, yaitu Spanyol 7.753 kasus (2000 kasus baru), Prancis 5.380 kasus (911 kasus baru), Jerman 4.838 (1043 kasus baru), Swis 2.200 (841 kasus baru), Inggris 1.395 (251 kasus baru), Belanda 1.135 (176 kasus baru), Belgia 1.085 (396 kasus baru), Norwegia 1077 (170 kasus baru). Sedangkan Amerika Serikat terdapat 1.678 kasus dan 41 orang meninggal.

Sementara data terbaru dari Otoritas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China melaporkan tidak ada pasien baru COVID-19  untuk pertama kalinya sejak wilayah itu jadi pusat penyebaran virus pada akhir tahun lalu, tetapi jumlah kasus penularan dari luar negeri meningkat drastis.

Banyaknya kasus baru, berasal dari penularan luar negeri (imported case), yang banyak ditemukan di ibu kota China, Beijing, membuat otoritas setempat memperketat pemeriksaan ke para pendatang di sejumlah titik masuk.

Komisi Kesehatan Nasional China, Rabu (18/3/2020), melaporkan 34 kasus baru penularan COVID-19, naik dua kali lipat dari 13 kasus pada hari sebelumnya. Dari 34 pasien itu, 21 di antaranya ditemukan di Beijing. Jumlah itu jadi angka tertinggi yang pernah dilaporkan Beijing dalam satu hari.

Alhasil, total pasien COVID-19 di China daratan sebanyak 80.928 jiwa, demikian keterangan dari otoritas kesehatan setempat dalam pernyataan tertulis, Kamis (19/3/2020).

Jumlah pasien meninggal dunia mencapai 3.245 jiwa per Rabu (18/3/2020), atau naik sebanyak delapan orang dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Otoritas di Provinsi Hubei juga melaporkan delapan kasus kematian baru, sementara di Kota Wuhan ada enam kasus kematian baru.

Sementara Wuhan tidak lagi melaporkan kasus baru penularan virus, El Salvador dan Nikaragua baru melaporkan kasus pertama pasien positif COVID-19.

Presiden El Salvador, Nayib Bukele, dalam pengumuman yang disiarkan televisi, Rabu, mengumumkan, pasien pertama itu memiliki riwayat perjalanan ke Italia.

Di Nikaragua, pemerintah setempat melaporkan kasus pertama penularan COVID-19 yang ditemukan pada seorang pria berusia 40 tahun. Presiden Nikaragua, Rosario Murilo, dalam pengumuman yang disiarkan televisi nasional, Rabu, mengatakan pasien itu memiliki riwayat perjalanan ke Panama.

Menyikapi keresahan itu. Produksi hand sanitizer di SMK-SMTI Banda Aceh sebelumnya untuk kebutuhan internal. Lalu pihak sekolah tergerak untuk memproduksi secara massal demi menjaga agar Aceh dapat terbebas dari serangan virus corona.

Heriyanto mengaku, kendala yang dialami sekarang selain pendanaan dan juga bahan baku mulai menghilang di tanah rencong. Mereka sangat kesulitan mendapatkan bahan dasar pembuatan hand sanitizer tersebut.

Terutama mereka kesulitan memperoleh alkohol yang menjadi bahan baku pokok dan terpenting dalam membuat hand sanitizer. Tanpa alkohol, kata Heriyanto, hand sanitizer tidak berfungsi apapun bila diproduksi. Karena alkohollah yang dapat mematikan bakteri yang ada di tangan.

Bahan baku yang mulai langka sejak ditetapkan pandemi COVID-19 seperti alkohol, H2O dan aloevera. Sehingga pihaknya mengalami kesulitan untuk memproduksi hand sanitizer yang cukup dibutuhkan ditengah penyebaran virus corona sekarang.

“Bahan baku untuk membuat hand sanitizer menghilang sekarang di Aceh. Kita sangat mengalami kesulitan,” kata Heriyanto.

Menurutnya, aloevera itu untuk mengikat alkohol yang cepat menghilang. Selain itu juga guna memperlembut hand sanitizer saat dipergunakan. Karena aloevera menjadi langka, maka pihaknya menggantikan dengan lidah buaya.

Masalahnya lidah buaya juga sulit didapatkan sekarang di Banda Aceh. Kata Heriyanto, pihaknya sudah berusaha mencari di pasar-pasar tradisional, tapi juga tidak didapatkannya.

Selama ini hand sanitizer yang diproduksi di SMK SMTI Banda Aceh, sebutnya, untuk kebutuhan di sekolah. Pihak sekolah selama penyebaran COVID-19 menyediakan hand sanitizer untuk dipergunakan siswa, guru maupun karyawan di sekolah tersebut.

Adapun kapasitas peralatan yang ada di SMK SMTI Banda Aceh, sebutnya, mampu memproduksi 1000 botol ukuran 30-50 ml, diproduksi selama 3 hari kerja. Nantinya akan melibatkan 50 orang tenaga laboratorium dan dibantu siswa di sekolah tersebut.

Agar rencana tersebut dapat direalisasi. Mereka membutuhkan bantuan dari pemerintah daerah. Terutama saat mengurus perizinan memproduksi secara massal. Apa lagi sekarang sudah ada perusahaan yang hendak membantu sekolah secara pendahaan dan bahan baku yang sulit didapatkan sekarang.

“Makanya kita butuh dukungan pemerintah. Agar kami bisa mendapatkan bahan baku yang cukup,” sebutnya.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK), Banda Aceh, Farid Nyak Umar juga hadir menyaksikan demontrasi pembuatan hand sanitizer produk lokal. Pada kesempatan itu, dia akan membantu agar produksi hand sanitizer lokal ini dapat diprosuksi secara massal.

“Kita siap mendukung, kita harus berdayakan SDM (Sumber Daya Manusia) lokal, tentu tujuan kita bukan bisnis, tapi untuk sosial,” tukasnya.

‘Bahan Baku Membuat Hand Sanitizer Menghilang di Aceh’

Proses Pembuatan

Annisa Nurhikmat Al Basith, asisten laboratorium SMK-SMTI Banda Aceh tampak sibuk mempersiapkan peralatan. Pagi itu, dia mendomentrasi cara membuat hand sanitizer.

Satu persatu bahan dan peralatan diletakkan di meja yang memanjang sekitar 5 meter. Tapi dia hanya menggunakan satu petak berukuran setengah meter. Beragam alat peracik hand sanitizer sudah disediakan. Lalu dia pun memulai meracik cairan pembersih tangan itu.

Bahkan dia sempat menuju ke papas tulis sekitar 5 meter dari meja tadi. Lalu dia menulis rumus campuran yang hendak diracik hand sanitizer. Pagi itu dia meracik sebanyak 100 ml dengan campuran alkohol 70 persen.

Setelah semua bahan sudah siap. Annisa pun langsung mencampur semua bahan baku yang telah dipersiapkan sebelumnya. Setelah semua tercampur, lalu diaduk dengan mesin khusus hingga merata. Setelah itu hand sanitizer itu siap dipergunakan.

Sembari meracik, Annisa menjelaskan agar efektif membunuh bakteri di tangan alkohol dicampur 70-80 persen. Bila kurang atau lebih dari takaran itu tidak lagi efektif.

“Yang paling penting itu alkohol,” sebutnya.

Sedangkan aloevera itu hanya untuk pelembut dan perekat alkohol. Selain itu, dalam cairan hand sanitizer juga dicampur sedikit pengawangi. Disarankan, gunakan hand sanitizer itu setelah pegang sesuatu. Terutama saat memegang suatu benda yang berada di ruang publik.[ant/kawalcovid19]

Penulis: A.Acal

Shares: