Dinas Kebudayaan dan Pariwisata AcehFeature

Menjual Pariwisata Aceh ke Malaysia

PULUHAN pengusaha travel, pemilik hotel, dan awak media, Kamis, 4 Juli 2019, melangsungkan pertemuan dengan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, di rumah dinasnya. Acara yang berlangsung akrab dan ramah itu, merupakan bagian dari upaya Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru, untuk mempromosikan Aceh di negeri jiran tersebut.

“Aceh memiliki begitu banyak potensi pariwisata yang Allah anugerahkan, tetapi belum dikelola dengan baik oleh pemerintah, dan juga masyarakatnya,” kata Zainul Idris Yunus, pelaksana fungsi KJRI Johor Bahru, Malaysia, kepada media ini.

Tujuan pihaknya membawa pengusaha, media, dan asosiasi Travel, dari Johor Bahru dan Negeri Sembilan, Malaysia ini, adalah untuk memperkenalkan destinasi pariwisata Aceh, agar dapat dilihat secara langsung, dan dipromosikan kepada warga negara di kawasan ini, dan juga secara umum kepada masyarakat negeri jiran tersebut.

Saat ini, katanya, sudah ada akses pesawat langsung dari Malaysia ke Aceh, dengan jarak tempuh hanya 45 menit. Animo masyarakat juga sangat tinggi untuk berkunjung ke provinsi ujung pulau Sumatera ini.

“Karena itu, para pengusaha, travel agen, dan juga media massa asal Malaysia, kita bawa keliling Aceh, untuk mengunjungi spot pariwisata darat dan air, agar informasi tentang pariwisata Aceh dilihat secara langsung oleh para pelaku, dan juga diberitakan secara positif,” ujarnya.

Saat ini, katanya, berdasarkan data Kementrian Pariwisata RI, ada peningkatan 17 persen wisatawan asal Malaysia ke Indonesia, atau 2,5 juta warga negeri jiran itu, setiap tahunnya menghabiskan liburannya ke Indonesia. Dan pihak KJRI, kata Zainul, sangat berkeinginan dari angka tersebut, sebagian besarnya dapat mengunjungi Aceh.

Nah, sambungnya, dengan mengajak para pelaku pengusaha hotel, travel, dan media massa ini, pihaknya berharap dapat menjadikan sarana promosi yang efektif bagi warga Malaysia.

Di Johor Bahru sendiri, ungkap Zainul, juga banyak warga Aceh yang sudah menjadi warga Malaysia, ingin sesekali waktu pulang ke kampung halamannya. Menurutnya potensi ini sangat besar. “Di Keude runcit sendiri, masih banyak warga Aceh yang sudah menetap puluhan tahun,” ungkapnya.

“Dukungan kita terhadap perkembangan kepariwisataan Aceh sangat serius, hal ini mengingat bahwa Aceh, selain pintu gerbang Indonesia di ujung barat, juga secara geografis sangat dekat dengan Malaysia. Biaya ke Aceh ini dari Malaysia sangat murah, ditambah lagi potensi alamnya juga luar biasa, ini kelebihan daerah ini yang harus ditonjolkan,” sebutnya.

Namun selama ini, kata dia, informasi soal Aceh sangat minim bagi warga negeri jiran. Sebab itu, kata dia, dengan membawa pengusaha langsung, dan asosiasi travel, pihaknya ingin meretas informasi yang baik tentang Aceh, yang selama ini masih sangat kurang diterima oleh warga Malaysia.

Dengan pesona keindahan pantai yang luar biasa, kata Zainul, peran pemerintah juga sangat penting dalam mengedukasi masyarakat agar menjaga kebersihan. “Faktor kebersihan juga harus menjadi catatan bagi pemerintah daerah Aceh,” ujarnya.

Contohnya, saat Ia membawa rombongan ke Malaysia. Pihaknya melihat sendiri bagaimana kebersihan pantai, dan juga lokasi di pinggir pantai yang tidak dijaga dengan baik. Dia menyebutkan sampah berserakan, kamar mandi yang tersedia sangat tidak layak. “Nah, hal-hal seperti ini yang harus jadi perhatian,” katanya.

Hal-hal seperti itu, menurutnya, tidak hanya menjadi tugas pemerintah, tapi juga masyarakatnya yang diharapkan dapat bersama-sama menjaga kebersihan. Selain itu, dia berharap adanya fasilitas yang layak di setiap rumah makan, atau cafe yang ada. “Aceh ini barangnya sudah sangat bagus, tapi kemasannya belum baik,” sindirnya.

Menyahuti soal kebersihan tersebut, Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah mengakui hal itu. Dikatakannya, kebersihan dan higienitas masih menjadi problem besar bagi Aceh. “Soal kebersihan ini memang masih kendala besar bagi kami, dan ini akan terus kita perbaiki,” katanya.

Untuk itu, upaya edukasi bagi masyarakat terus dilakukan pihaknya, agar senantiasa menjaga kebersihan. Terutama bagi masyarakat yang bersentuhan langsung dengan kepariwisataan.

Saat ini, kata Nova, dari catatan pihaknya, terdapat 200 ribu wisatawan asal Malaysia dan Thailand Selatan yang berkunjung ke Aceh setiap tahunnya. Dari dua negara itu, prosentasi lebih besar berasal dari negeri jiran.

“Kita akui, dukungan infrastruktur dan promosi wisata Aceh, jauh di atas Indonesia dan Malaysia,” katanya.

Namun, kata Nova, pihaknya akan terus berbenah agar daerah ini dapat menjadi pasar potensial bagi kunjungan wisatawan asal negeri itu.

Pemerintah Aceh sendiri, sebut Nova, menargetkan Malaysia dan Thailand selatan sebagai bagian upaya dalam peromosi dan meningkatkan kunjungan wisatawan asing. Sebab, pihaknya mengaku bahwa, target itu tidak muluk-muluk, mengingat secara geografis kedua negeri ini sangat berdekatan. “Bahkan, Aceh telah memiliki program Sapula atau Sabang Phuket Langkawi,” ujar Nova. (SKY)

Shares: