Dinas Kebudayaan dan Pariwisata AcehFeature

Menjajal Rujak U Groh, camilan unik khas Aceh Besar

Menjajal Rujak U Groh, camilan unik khas Aceh Besar
Jurnalis popularitas.com, Riska Zulfira menjajal camilan rujak U Groh di Indrapuri, Aceh Besar, Sabtu (20/8/2022).

POPULARITAS.COM – Provinsi Aceh dikenal kaya akan kuliner tradisional yang mampu menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain kuliner tradisional, daerah yang berjuluk Serambi Makkah ini juga terdapat ragam kuliner unik lainnya.

Menelusuri jalan di Kecamatan Indrapuri, tepatnya di Desa Reukih, kita akan menemukan kuliner yang dijajakan di tepi jalan Banda Aceh-Medan. Dengan latar belakang persawahan yang hijau, berdiri beberapa kafe sederhana, atau lebih tepatnya pondok berlantai kayu yang beratapkan rumbia.

Tidak terlalu jauh dari pusat kota, berjarak 23,5 kilometer, pengunjung hanya dapat menempuh perjalanan sekitar 45 menit. Desa Reukih ini dapat diakses dari berbagai arah, pengunjung bisa juga mengambil jalan dari arah Medan.

Di salah satu pondok kayu tersebut, ada jenis kuliner yang sangat unik, bahkan diperkirakan tidak terdapat di daerah lain. Ya, tak lain dan tak bukan adalah Rujak U Groh.

Berasal dari dua padanan kata, dalam bahasa Aceh rujak disebut “Lincah” sedangkan kata “U Groh” memang berasal dari Bahasa Aceh, namun dalam bahasa Indonesia diartikan batok kelapa.

Rujak ini berbeda dari biasanya. Yang sering dijumpai rujak yang berbahan dasar aneka ragam buah-buahan dengan bumbu cabai, kacang dan gula merah.

Namun, rujak U Groh ini tegolong unik, pasalnya bahan dasar yang digunakan adalah batok kelapa dari kelapa yang masih sangat muda dan umbut (bagian dalam pucuk pohon kelapa) yang bewarna putih dan berasa sangat gurih.

Ini yang membuat Rujak U Groh di Desa Reukih ini menjadi berbeda. Umbut kelapa dengan rasa yang masih gurih itu membuat rujak U Groh makin memberikan sensasi yang luar biasa.

Begitu pula dengan bumbunya, bumbu yang digunakan cukup sederhana namun mampu memberikan rasa yang mengigit, yaitu hanya menggunakan cabai rawit, dan gula merah, garam serta ditambahkan sedikit perasan jeruk nipis.

Dengan campuran bahan seperti itu, jadilah kolaborasi rasa manis, pedas, asam, dan gurih.

Kala popularitas berkunjung, terlihat banyaknya tumpukan kelapa yang masih sangat muda, serta ada lima umbut kelapa yang berjejer rapi di depan pondok.

Banyaknya pengunjung yang silih berganti masuk ke dalam pondok dan siap untuk menikmati rujak unik ini.

Sambil menikmati pemandangan sekitar berupa hamparan sawah dan hembusan angin sepoi-sepoi menambah sensasi kala mencicipinya.

Dipadukan dengan es kelapa muda, tentu akan membuat semakin lengkap, apalagi disantap saat cuaca panas.

Adapun Pondok rujak U Groh milik Suwardi merupakan pondok Rujak U Groh yang pertama kali ada di Aceh Besar, pondok ini namakan “Rujak U Groh Aneuk Garuda”.

Dinamakan Aneuk Garuda, menurut cerita Suwardi berawal dari lokasi kerja sebelumnya. Menurut pengakuannya, sebelum bencana Tsunami, Suwardi pernah bekerja di Lapangan Blang Padang atau yang kerab disebut Garuda pada zaman dahulu.

Akibat bencana Tsunami, ia kembali ke kampung halamannya, dan akhirnya ia mendirikan pondok rujak yang bernama Aneuk Garuda.

“Kami pertama berjualan rujak disini pada tahun 2004, saat itu tiga bulan setelah Tsunami,” katanya kepada popularitas.com, belum lama ini.

Rujak U Groh di Indrapuri, Aceh Besar. Foto: Riska Zulfira/popularitas.com

Adapun ide rujak U Groh ini, menurut Suwardi atas pemikirannya untuk tetap mengembangkan makanan orang zaman dahulu.

“Karena ini makanan orang zaman dulu, namun kita kembangkan yang pernah ada, yang sudah lama tidak ada, sekarang kita tampakkan kembali,” ucapnya.

Selain bahannya unik dan cukup sederhana, menurut Suwardi, rujak U Groh ini bisa dijadikan sebagai obat, yakni obat diabetes.

Proses pembuatannya rujak U Groh ini tergolong mudah, awalnya kelapa muda dipisahkan dari termpurungnya yang masih lunak dengan kulit dan airnya, lalu diiris-iris sekitar 5 cm. Kemudian dicampurkan dengan bumbu rujak.

“Kelapa yang digunakan harus kelapa yang masih berusia dua bulan, agar batok di dalamnya masih bisa kita pisahkan dan tidak keras kalau dimakan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Suwardi mengatakan rujak U Groh ini bukan hanya dicicipi dari masyarakat lokal saja, namun banyak juga dari penikmat kuliner dari negara luar juga ikut mencicipi.

“Dari minat masyarakat sendiri terbilang sangat banyak, bahkan pecinta kuliner dari negara lain juga ikut mencicipinya, seperti Malaysia, China, Jepang, Jerman, Arab dan beberapa negara lain,” imbuhnya.

Untuk harganya sangat murah, per porsi dibanderol dengan harga Rp 13 ribu. Kini, rujak U Groh ini diserbu dari berbagai kalangan, baik muda maupun tua.

“Satu porsi, kita menghabiskan tiga kelapa muda,” lanjutnya.

Bagi yang ingin mencoba, penikmat kuliner bisa mengunjungi pondoknya yang dibuka mulai pukul 10.00 hingga 18.00 sore.

Shares: