NewsPolitik

Mengintip Kandidat Terkuat Pilkada Pidie Jaya

BANDA ACEH – Pengamat Politik dan Keamanan, Aryos Nivada menilai kontestasi Pilkada Pidie Jaya (Pijay) 2018 akan berlangsung dinamis sekaligus memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan daerah lainnya di Aceh.

Hal itu terjadi Pidie Jaya memiliki pengaruh politik yang besar bagi Partai Aceh yang dibuktikan dengan posisi perolehan suara di Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Pidie Jaya sebanyak sembilan dari total 25 kursi sehingga menjadi mayoritas.

“Jadi siapa yang paling kuat mengontrol usungan partai, itu akan menjadi satu modalitas utama, dan itu berlaku rumus baku politik bagi elite politik yang maju dalam Pilkada Pidie Jaya 2018 nanti, tentunya modal lainnya jadi penting seperti uang, kapasitas personal dan janji politik” kata Aryos Nivada, Kamis (02/11/2017) di Banda Aceh.

Manajer Riset Jaringan Survey Inisiatif (JSI) menambahkan, secara kewilayahan di Pidie Jaya yang memiliki jumlah populasi penduduk terpadat di Pijay ada di empat wilayah, yaitu Bandar Baru, Bandar Dua, Trienggadeng, dan Meureudu yang harus diperebutkan para kandidat. Para kandidat yang berasal dari wilayah itu sendiri juga memengaruhi pilihan para pemilih nantinya.

Kalau peta wilayahnya, sebutnya, misalnya Aiyub Abbas yang diusung PA berasal dari Bandar Baru, Said Mulyadi dan Sibral Malaysi dari Bandar Dua, dan Yusri Melon dari Meureudu.

Itu bisa dibilang ada perpecahan secara teritorial. Hanya Trienggadeng yang tidak mengalami perpecahan. Walaupun kalau hitung-hitungannya, Trienggadeng juga tidak bisa disepelekan, karena total pemilihnya mencapai 16.000 orang.

“Namun bila ada calon kandidat dari wilayah Trienggadeng otomatis akan terjadi pecah suara pemilih,” sebutnya.

Aryos memberikan catatan, jika Sibral maju, maka Bandar Dua akan pecah suaranya. Namun jika tidak maju akan solid tertuju ke paket pasangan Aiyub dan Said. Kecuali jika ada calon independen yang berasal dari wilayah Aiyub dan Said, maka berpeluang pecah, tapi tidak akan terlalu signifikan pecah suara pemilihnya.

Dari sisi personal para kandidat, Dosen FISIP Unsyiah, Jurusan Politik menjelaskan, seperti Aiyub Abbas merupakan politikus PA yang memiliki jiwa nasionalisme, karena pernah mengikuti pendidikan Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) RI dan kerap menjadi inspektur upacara (irup) setiap acara 17 Agustusan. Sedangkan Said Mulyadi merupakan seorang birokrat yang sudah berpengalaman dalam hal tatakelola pemerintahan.

Tentunya, kata Aryos, hal ini merupakan kolaborasi yang bagus antara Aiyub Abbas sebagai seorang politikus dan Said Mulyadi sebagai birokrat sebagai kandidat calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pilkada Pijay 2018 nanti.

“Sedangkan Yusri Melon juga merupakan sosok politikus, namun masih minim pengalaman dalam tatakelola pemerintahan karena belum pernah menjabat di pemerintahan. Wakilnya, Saifullah memiliki pengalaman di dunia militer sehingga punya pengalaman birokrasi karena birokrasi pemerintahan sipil dan militer tak jauh berbeda,” sebutnya.

Sementara, kandidat lainnya, Sibral merupakan sosok yang memiliki latar belakang pembisnis, sehingga minim pengalaman politik praktis. Sedangkan untuk calon wakilnya sendiri, menurut Aryos hingga saat ini belum diketahui siapa sosok yang diandalkan oleh Sibral.

Terkait usungan partai, Aiyub-Said diusung oleh PA dan juga berkemungkinan diusung oleh PAN, PKS, dan Gerindra. Pasangan Yusri-Saifullah diusung oleh Nasdem.

Sedangkan Sibral, jika memang jadi maju sebagai kandidat cabup, berdasarkan amatan Aryos, beberapa partai yang sudah dijalin komunikasi oleh Sibral yaitu PPP, Golkar, dan Demokrat. Tidak menutup kemungkinan Demokrat dan Golkar akan berlabuh ke pasangan yang berpotensi menang, walaupun tidak memiliki kursi.

“Belum lagi merambat isu yang berkembang sosok Sibral tidak maju. Tapi tidak menutup kemungkinan Sibral akan mundur dari bursa pencalonan karena faktor relasi personal dan bisnis yang baik dengan Said Mulyadi. Selain itu, karena latar belakangnya sebagai pebisnis, Sibral tak akan jor-joran dalam Pilkada nanti karena kalkulasi untung-ruginya. Jadi kalau dia tidak maju nanti bisa masuk ke Said Mulyadi sebagai pendukung. Itu akan menjadi hitung-hitungan tersendiri nantinya,” terangnya.

Kata Aryos, head-to-head yang berpeluang besar bertarung dalam kontestasi Pilkada Pijay 2018 nanti adalah pasangan Aiyub-Said dan Yusri-Saifullah.

Sementara kuda hitamnya bisa jadi Sibral atau akan muncul kandidat lain lagi yang menggunakan jalur independen. Itu pun jika Sibral maju, namun bila terjadi head to head antara Aiyub Abbas/Said Mulyadi dengan Yusri Melon/Saefullah. Berpeluang besar secara hitungan di atas kertas kemenangan ada pada pasangan Aiyub dan Said.

Aryos menegaskan meskipun faktor kewilayahan dan tempat lahir para kandidat memiliki pengaruh yang besar, namun tetap tidak menjadi tolak ukur utama.

“Faktor kapasitas, intensitas interaksi dengan masyarakat, dan kepribadian yang bagus menjadi penilai pemilih sebelum menentukan sikap mengarahkan dukungannya kepada para kandidat di Pilkada, plus modal uang yang besar” ujarnya.[acl]

Shares: