HeadlineNews

Mantan Bupati Aceh Tengah Angkat Bicara Soal Kopi Gayo Ditolak Eropa

Panen Kopi di Bener Meriah.

BANDA ACEH (popularitas.com) – Mantan Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin merespon dengan dingin terkait isu penolakan kopi arabika Gayo oleh buyer (pembeli) di Eropa.

Menurutnya, untuk menjamin mutu kopi, pada tahun 2014 lalu Pemerintah Daerah Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues dan Pemerintah Aceh telah mendaftarkan kopi arabika Gayo ke Uni Eropa. Dan sudah dilakukan penelitian ke dataran tinggi Gayo sebagai habitat tanaman kopi arabika.

Baca: Membendung Isu Miring Aroma Kopi Gayo

“Penelitian cukup detail meliputi tanah/lahan budidaya, daun kopi dan buah kopi hijau (yang masih di pohon). Alhamdulillah semua memenuhi persyaratan dan tahun 2016 Kopi Arabika Gayo mendapat sertifikat dari Uni Eropa dan serifikasi Indikasi Geografis (IG),” kata Nasaruddin melalui keterangannya, Minggu, 13 Oktober 2019.

Baca: Tim Kementan RI turun ke Gayo Teliti Isu Kandungan Kimia Pada Kopi

Menurutnya, dalam kasus isu penolakan kopi arabika Gayo yang mengandung zat kimia jenis glyphosate, perlakukan petani dalam hal budidaya kopi arabika Gayo pada saat sebelum mendapat sertifikat dari Uni Eropa dan IG, sampai saat ini tidak jauh berbeda, terutama dalam hal penggunaan bahan kimia. “Menurut hemat saya masih dibawah ambang yang diperkenankan,” ujarnya.

Baca: Meski Ditolak, Kopi Gayo Masih Berkualitas Terbaik di Internasional

Mengenai adanya penolakan tersebut, ia telah berkomunikasi langsung dengan Ketua Koperasi PT Ketiara, Rahmah, bahwa kopi yang ditolak oleh beberapa buyer ialah kopi yang tergolong konvensional (yang tidak terlalu jelas asal usulnya).

“Sedangkan kopi arabika Gayo organik yang diekspor oleh beberapa eksportir lainnya, termasuk yang diekspor oleh Ibu Rahmah ke berbagai negara tujuan sampai saat ini belum ada permasalahan,” kata Nasaruddin yang akrab disapa Pak Nas ini.

Nasaruddin menjelaskan, hingga saat ini volume ekspor kopi arabika Gayo 75 persen ke Amerika Serikat, 15-20 persen ke Uni Eropa dan lainnya ke Asia terutama Jepang dan beberapa negara lainnya.

Mengingat, kopi arabika Gayo adalah komoditi utama dalam perekonomian masyarakat di dataran tinggi Gayo dalam pemasukan devisa negara, makai a mengharapkan perhatian yang sungguh-sungguh dari berbagai pihak, baik unsur pemerintah, pelaku bisnis maupun Petani. (DRA/ril)

Shares: