FeatureNews

Manfaatkan pasar online strategi bertahan Taufik Perak selama Pandemi

ERA Pandemi Covid-19 membuat omset usaha Taufik Perak turun drastis, hal tersebut dikarenakan pembatasan wisatawan ke Aceh sebagai akibat corona. Sebab itu, untuk bertahan, Taufiq, nama pemilik usaha perajin perak di Banda Aceh itu, meninggalkan pola pemasaran konvensional dan beralih berdagang secara online.
IKM Aceh bertahan dan bangkit dalam badai Pandemi
FOTO: Pengerajin perak, Taufik mengerjakan perhiasan perak di tokonya di Jalan Elang, Ateuk Pahlawan, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Senin (23/8/2021). (Muhammad Fadhil/popularitas.com)

ERA Pandemi Covid-19 membuat omset usaha Taufik Perak turun drastis, hal tersebut dikarenakan pembatasan wisatawan ke Aceh sebagai akibat corona. Sebab itu, untuk bertahan, Taufiq, nama pemilik usaha perajin perak di Banda Aceh itu, meninggalkan pola pemasaran konvensional dan beralih berdagang secara online.

Sebelum Pandemi, usaha Taufiq Perak kerap dibawa ikuti ajang Pameran oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh. Namun, dalam kurun waktu dua tahun terakhir, nyaris sama sekali tidak ada kegiatan tersebut.

Taufik, 48 tahun, merupakan salah satu perajin Perak di Banda Aceh, Ia mendirikan tempat usahanya di Jalan elang, Ateuk Pahlawan, Kecamatan Baiturrahman. Ditempat itu, segala jenis kerajinan perak dibuatnya, seperti gelang, kalung, cincin dan berbagai jenis perhiasan lainnya.

Saat popularitas.com datang ke toko miliknya, pria itu terlihat tengah serius bekerja. Dengan memegang sebuah alat yang tampak seperti las , kaki lelaki itu terlihat pula menginjak pedal. “Fungsi pedal ini, untuk memompa agar sumbu api tetap menyala,” kata Taufik usai mengakhiri pekerjaanya dan menjawab pertanyaan media ini.

FOTO: Perhiasan perak di toko Taufik Perak, Jalan Elang, Ateuk Pahlawan, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Senin (23/8/2021). (Muhammad Fadhil/popularitas.com)

 

Sembari membenarkan posisi duduknya, Taufik menceritakan bahwa, sudah hampir 20 tahun dirinya bekerja sebagai perajin perak. Dari proses mendesain model, mencetak produk dan bahkan pemasaran dilakukannya sendiri. “dulu ada pekerja, tapi saat ini belum sanggup kita bayar oran kerja,” ujarnya.

Dilanjutkannya, dirinya telah menekuni kerajinan perak sebak 2002, dan sebelumnya Ia merupakan perajin emas sejak 1993.

Saat ini, lanjut Taufik, usahanya telah mendapatkan izin dari pemerintah, dan merupakan salah satu perajin yang menjadi binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh.

Dengan menjadi binaan Disperindag Aceh, Taufik dilibatkan dalam berbagai kegiatan, seperti pameran dan lain sebagainya. Produknya kemudian mulai dikenal di kancah nasional.

“Kelebih jadi binaan ya dulu ada bantuan alat kerja, bisa ke pameran dan biaya dari pemerintah. Namun, selama corona tidak ada pameran apa-apa,” tutur Taufik.

Kerajinan perak yang ditawarkan Taufik kepada pembeli ada beragam macam, seperti pintu Aceh, cincin, bros, dan segala jenis ukiran khas Aceh.

“Jenis-jenis khas Aceh, ada bungong naleung, pintu Aceh, bungong ue, dan lain-lain,” sebut Taufik.

Produk-produk tersebut, lanjut Taufik, telah berhasil masuk ke pasar tingkat lokal, nasional dan beberapa negara, salah satunya Malaysia. Khusus untuk lokal, selain bisa didapatkan di tokonya, produk Taufik juga bisa ditemui di tempat-tempat wisata, salah satunya Sabang.

“Kita juga ada menjual eceran, seperti di Sabang,” tutur Taufik.

Pandemi Covid-19 menyebabkan usaha Taufik meredup. Kondisi ini pula memaksakan Taufik pindah lapak penjualan dari kawasan Lampineung ke Ateuk Pahlawan. 

“Karena kalau di Lampineung nggak cukup untuk ongkos sewa toko pun,” sebut Taufik.

Sebelum pandemi, lanjut Taufik, produk kerajinan perak mendapat sambutan bagus di kalangan masyarakat, terutama wisatawan dan ibu-ibu rumah tangga. Pembatasan-pembatasan akibat Corona menyebabkan tingkat penjualan turun drastis.

“Sebelum Corona sangat Alhamdulillah. Satu bulan termasuk bahan baku, omzet sekitar Rp15 hingga 20 juta. Kalau sekarang jalan di tempat, karena tidak ada wisatawan, juga karena tidak banyak pesta perkawinan.”

“Barang kita ini kebanyakan untuk ibu-ibu pergi ke acara-acara pesta. Sekarang acara pesta tidak ada lagi, walaupun ada hanya beberapa, jadi pembeli perak berkurang dratis,” jelas Taufik.

Beralih ke Penjualan Online

Tingkat penjualan menurun drastis membuat Taufik mencari cara lain, ia kini beralih ke sistem penjualan online. Memanfaatkan facebook dan instagram, Taufik mempromosikan produknya melalui dunia maya.

Meskipun tidak begitu maksimal, Taufik bersyukur produknya tetap laku, meski hanya beberapa.  Apabila ada pembeli yang memesan via online, Taufik siap mengirim ke mana pun.

“Cara inisiasi ya lewat online, melalui facebook, instagram. Untuk sementara ini memang jalan di tempat. Ada satu dua yang laku,” kata Taufik.

Taufik berharap pandemi Covid-19 cepat berlalu dan usahanya normal kembali. Dia juga ingin pameran-pameran yang sempat digelar pemerintah sebelum Covid-19, terlaksana kembali jika kondisi sudah membaik nantinya.

“Semoga Corona cepat selesai dan kondisi kembali pulih, sehingga ekonomi masyarakat hidup kembali,” demikian Taufik.

Luncurkan Sejumlah Program

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Aceh terus menyokong agar industri kecil dan menengah (IKM) di Bumi Serambi Mekkah tak menyerah di tengah pandemi Covid-19. IKM harus tetap aktif meski perlahan.

Kabid Pengembangan Industri Menengah dan Aneka Disperindag Aceh, Nila Kanti mengatakan, pihaknya telah meluncurkan sejumlah program untuk mendukung dan menguatkan agar IKM di Aceh agar tetap eksis di tengah pandemi.

“Kita telah meluncurkan sejumlah program seperti pojok kreatif, pelatihan digital marketing, pelatihan kemasan produk IKM, fasilitasi merek, dan sertifikasi halal,” kata Niken, sapaan akrab Nila Kanti, Kamis (26/8/2021).

Niken menjelaskan, program pojok kreatif merupakan penyedian space (ruang) di setiap café maupun lokasi wisata, untuk memajang hasil kerajinan serta ide-ide kreatif lokal yang bisa dipasarkan kepada para pengunjung.

Program pojok kreatif tersebut, lanjut Niken, merupakan hasil kerjasama Dekranasda Aceh dengan Disperindag Aceh. Di saat pagelaran launching perdana pojok kreatif di ARB Café, dipajang sejumlah hasil kerajinan asal Dataran Tinggi Gayo (DTG).

Niken menyampaikan bahwa launching pojok kreatif telah dilaksanakan di sejumlah tempat di antaranya Café ARB di Takengon, Dayah Kupi Kecamatan Syamtalira, Aceh Utara, Café Alur bathin Blang Kejeren dan di Rose Café Kutacane.

Sedangkan program pelatihan digital marketing, lanjut Niken, dilakukan bekerjasama dengan Tekomsel. Dalam Pelatihan ini diajarkan kepada para pelaku IKM untuk memasarkan produknya melalui internet.

“Selama pelatihan para peserta diajarkan teknik dalam membuat iklan produk yang dipasarkan agar dapat menarik calon konsumen untuk membeli produk,” papar Niken.

Sementara pelatihan kemasan produk IKM, Niken menjelaskan bahwa penyelenggara pelatihan ini adalah UPTD Rumah Kemasan. Pelatihan telah dilaksanakan di Kabupaten Nagan Raya, dalam pelatihan ini peserta IKM diajarkan cara mengemas dan memilih kemasan yang cocok pada produk IKM.

“Hal ini dilakukan agar tampilan produk dari para pelaku UKM bisa memiliki nilai jual produk yang lebih tinggi,” ucap Niken.

Kemudian, lanjut Niken, Disperindag Aceh juga memfasilitasi para pelaku IKM untuk mendaftarkan merek produknya secara gratis. Di tahun 2021 ada 174 IKM yang difasilitasi merek gratis. 

“Harapannya agar IKM yang bisa mendapatkan sertifikat merek, maka nama produknya tidak dapat ditiru serta akan terlindungi dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,” jelas Niken.

Selain itu, kata Niken, Disperindag Aceh juga memfasilitasi sertifikasi halal bagi 25 produk IKM. Ia berharap, kegiatan ini dapat bermanfaat bagi IKM dalam menjamin kehalalan produknya sehingga konsumen pun terlindungi.

“Sehingga konsumen yakin untuk mengkonsumsi produk yang dibelinya,” kata Niken.

Adapun program terakhir adalah bimbingan teknis. Niken menjelaskan, bimbingan teknis ini dilakukan oleh Bidang Pengembangan Industri Menengah dan Aneka (PIMA) Disperindag Aceh. Bimbingan teknis ini dalam rangka meningkatkan kapasitas pelaku IKM di Aceh.

Niken merincikan, pada 2020 ada dua bimbingan teknis yang digelar Disperindag Aceh, yakni bimbingan teknis desain pakaian Muslim untuk IKM fesyen Kota Lhokseumawe di Banda Aceh dan bimbingan teknis olahan makanan ringan.

“Pada tahun 2021 ada bimbingan teknis modifikasi dan diversifikasi finishing produk kerajinan logam dan bimbingan teknis hilirisasi minyak atsiri,” tutur Niken.

Dalam kesempatan itu, Niken menyampaikan bahwa Disperindag Aceh berharap kepada para pelaku IKM Aceh di tengah pandemi Covid-19 ini tetap semangat dalam menjalani usaha.

“Tetap menjalani protokol kesehatan dalam melayani pembeli dan perluas wawasan bisnisnya melalui kesempatan pelatihan yang ditawarkan secara tatap muka maupun online,” demikian Niken. (***)

Shares: