HukumNews

Kuburan Massal Ditemukan di Dekat Pusat Krisis Rohingya

POPULARITAS.COM – Pasukan angkatan darat Myanmar mengklaim menemukan kuburan massal di Desa Inn Din, Kota Maungdaw, Negara Bagian Rakhine. Dikhawatirkan sejumlah jasad terkubur di sana adalah orang-orang etnis minoritas Rohingya, yang dihabisi serdadu atau kelompok Buddha militan, dengan kedok operasi menumpas gerombolan Tentara Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA).

Menurut Panglima Tentara Myanmar, Jenderal Min aung Hlaing, disampaikan melalui laman Facebook-nya penemuan lokasi kuburan massal terjadi Senin kemarin. Dia mengatakan kalau anak buahnya mendapat laporan dari penduduk kalau di pinggiran Desa Inn Din terdapat tempat buat mengubur sejumlah jasad.

Aung Hlaing mengatakan, lokasi kuburan massal itu berjarak sekitar 48 kilometer sebelah utara Ibu Kota Rakhine, Sittwe. Namun, dia tidak merinci berapa banyak jasad dikubur di tempat itu.

“Dari hasil penyelidikan kami menemukan sejumlah mayat terkubur di satu lubang di Desa Inn Din. Kami terus menyelidiki untuk mengungkap apa yang terjadi,” tulis Aung Hlaing dalam laman Facebook-nya, dilansir dari laman Reuters, Selasa (19/12/2017) seperti dikutip dari merdeka.com.

Sayang Juru Bicara militer Myanmar, Kolonel Myat Min Oo, menolak memberi keterangan lebih rinci. Desa itu adalah salah satu yang terdampak dalam kekerasan dan persekusi terhadap etnis Rohingya.

Kemarin, lembaga pegiat hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW) bermarkas di New York, Amerika Serikat, mengklaim punya bukti kalau pasukan Angkatan Darat Myanmar masih menghancurkan perkampungan etnis Rohingya, di sebelah utara Negara Bagian Rakhine. Temuan itu menimbulkan kekhawatiran di mana etnis Rohingya bakal tinggal nantinya, padahal akhir November lalu Myanmar dan Bangladesh sudah meneken perjanjian pemulangan bertahap sekitar 630 ribu pengungsi Rohingya dari penampungan di perbatasan.

Dilansir dari laman Associated Press, menurut catatan HRW ada 40 perkampungan Rohingya di Rakhine dibakar antara Oktober hingga November. Demi menguatkan pernyataannya, lembaga itu merujuk kepada citra satelit wilayah itu paling mutakhir. Menurut mereka, aksi pembakaran terus berlanjut dalam pekan sama saat perjanjian repatriasi ditandatangani perwakilan kedua negara.

“Tindakan pasukan Angkatan Darat Myanmar yang menghancurkan perkampungan Rohingya, hanya beberapa hari setelah perjanjian repatriasi ditandatangani, memperlihatkan niat baik buat memulangkan orang Rohingya cuma kedok,” kata Direktur Kawasan Asia HRW, Brad Adams.

Menurut Adams, pernyataan pemerintah Myanmar yang bakal menjamin keamanan orang Rohingya yang dipulangkan kembali berbanding terbalik dengan aksi pembakaran perkampungan yang terus berlanjut. Walau demikian, pemerintah Myanmar menyangkal klaim HRW.

“Saya belum bisa memberikan komentar karena saya belum melihat pernyataan itu, ataupun gambar dari satelit,” kata Juru Bicara Pemerintah Myanmar, Zaw Htay.

Opsir polisi perbatasan di Negara Bagian Rakhine, Sann Win, juga berkeras tidak terjadi pembakaran perkampungan Rohingya pada Oktober hingga November.

Menurut catatan pemerintah Myanmar, pada September lalu ada lebih dari 6,800 rumah di Rakhine hancur akibat pertikaian. Dari jumlah itu, sekitar 200 buat milik orang Rohingya. Konflik itu pecah sejak serangan dilakukan oleh kelompok Tentara Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) ke sejumlah pos polisi di Rakhine. Alhasil, pemerintah Myanmar membalas dengan mengirim pasukan dengan dalih menumpas ARSA. Namun, menurut pengungsi Rohingya, serdadu Myanmar justru menargetkan penduduk sipil. [acl]

Shares: