Dinas Kebudayaan dan Pariwisata AcehFeature

Kuah Beulangong masakan khas Aceh Besar warisan Sultan

Khasanah kuliner Aceh sangat beragam, salah satunya kuah beulangong. Disebut beulangong, karna masakan tersebut dimasak dalam kuali besar, yang dalam bahasa di daerah ujung barat Sumatara tersebut beulangong.
Kuah Beulangong masakan khas Aceh Besar warisan Sultan
Fauzi, salah satu penjual kuah belangong di Aceh Besar. Pria ini membuka usahanya di Desa Rukoh, Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. FOTO : popularitas.com/Riska Zulfira

POPULARITAS.COM – Khasanah kuliner Aceh sangat beragam, salah satunya kuah beulangong. Disebut beulangong, karna masakan tersebut dimasak dalam kuali besar, yang dalam bahasa di daerah ujung barat Sumatara tersebut beulangong.

Nah, kuah beulangong sendiri, bermakna daging sapi atau kambing yang dimasak dalam kuali besar, dan proses memasaknya tergolong unik. Soal rasa jangan ditanya, sebab aneka rempah dicampur menjadi satu.

Masing-masing daerah di Aceh, punya ciri khas dalam menyiapkan kuah beulangong, nah kali ini, popularitas.com, menyajikan Kuah Belangong Khas Aceh Rayeuk, yang disebut-sebut merupakan masakan warisan kesultanan Aceh.

Salah satu tempat yang dikunjungi popularitas.com, adalah Warung makan milik Rinaldi. Lelaki itu membuka usahanya persis di pinggi jalan nasional Medan-Banda Aceh, tepatnya di kilomter 19.

Saat berkunjung ke rumah makan itu, Rinaldi terlihat tengah sibuk mengaduk berbagai jenis sayur yang dicampurnya dengan daging. Sesekali tampak menambah kayu bakar. “Untuk memasak Kuah Beulangong, butuh waktu berjam-jam,” katanya mengawali pembicaraan kepada popularitas.com, Jumat (25/3/2022).

Aroma wangi rempah yang berasal dari masakan Rinaldi sangat menggoda. Apalagi kepulan asap yang berasal dari Kuali besar itu, menambah sensasi berbeda, rasa lapar tiba-tiba menyeruak. “Ini merupakan khas Aceh Besar, kalau di daerah lain rasanya tidak sama,” terang Rinaldi kemudian.

Kuah Beulangong. FOTO: Dok. Kemendikbud

Lelaki itu kemudian bergeser dari tempat Ia memasak, dan kemudian mengambil kursi dan mendekat kepaa popularitas.com. Nah, ujarnya lagi, untuk memasak kuah beulangong itu tidak sulit kok.

Pertama, siapkan daging kambing atau daging sapi, selanjutnya di potong dengan ukuran kecil-kecil berbentuk persegi. Setelah itu, daging-daging itu dimasak terlebih dulu. Sambil menunggu daging masak, kita siapkan bumbunya, yaitu cabai, lengkuas, serai, daun salam, cengkeh, daun temurui, kapulaga, dan rempah lainnya. Semua rempah itu digiling untuk dihaluskan.

Untuk menambah cita rasa agar rasanya lebih nikmat, kita dapat menambahkan potongan nangka, ataupun pisang muda. “Butuh tiga jam untuk tersaji Kuah Belangong yang sedap,” katanya.

Untuk kebutuhan daging, kita bisa memilih untuk kebutuhan berapa orang yang makan, nah dari hitungan itu kita bisa memilih kuali. Jika mau masak 20 kilogram, kita pakai kuali besar, namun jika hanya dagingnya 10 kilogram, pakai kuali kecil saja, terangnya lagi.

Di Aceh Besar, masakan Kuang Beulangong, selain dijual di rumah makan, juga disajikan untuk acara-cara tertentu, seperti pesta pernikahan, maulid, ataupun syukuran.

Memasak kuah belangong di Aceh Besar sudah menjadi tradisi, dan hal tersebut berlangsung turun menurun, dan bahkan dari literasi sejarah, makanan itu warisan Kesultanan di Aceh.

Warung makan kedua yang juga menyediakan kuah belangong yang didatangi popularitas.com, adalah milik Fauzi. Pria itu membuka usahanya tak jauh dari Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh.

Saat popularitas.com mendatangi warungnya, Fauzi juga terlihat sibuk dan cekatan mencampur beragam rempah ke dalam daging yang sudah di masak terlebih dahulu. “Pelanggan saya kebanyakan mahasiswa,” ucapnya.

Dia menjelaskan, selama berjualan di dekat kampus, setiap hari masakannya habis terjual, sebab rata-rata para mahasiswa sangat menyukai hidangan kuah beulangong.

“Kuah beulangong nyan jeut takheun leumak mabok, maksud jih mangat di ateuh mangat [kuah beulangong itu bisa dibilang lemak mabuk, maksudnya enak di atas enak atau sangat enak],” kata Fauzi dalam logat Aceh Rayeuk yang khas.

Berbeda dengan zaman kesultanan, kuah beulangong saat ini juga dapat dinikmati sebagai lauk hari biasa. Rahma salah satunya, Millenial asli Aceh Tengah ini mengaku sangat menyukai kuah beulangong.

“Saya suka kuah beulangong, pertama saya makan itu ketika diundang ke pesta teman saya di Aceh Besar, di sana ada kuah beulangong dan rasanya sangat beda,” katanya.

Bahkan setelah beberapa kali mencicipi kuah belangong ia sangat setuju jika di Aceh disediakan kuah belangong ketimbang rendang dalam perayaan hari-hari besar, terlebih hal ini menjadi salah satu upaya menjaga kuliner daerah.

 

Editor : Hendro Saky

Shares: