FeatureNews

Kisah Zian Empat Bulan Melawan Gelombang dan mendarat di Aceh

Tujuan utama Ia dan rombongan awalnya menuju Malaysia, namun karena dikarenakan lambung kapal bocor, selama empat bulan lebih kurang, mereka terombang ambing dilaut, dan dengan bekal yang ada mencoba bertahan hidup. Tidak kurang dari 15 penumpang lainya, telah meregang nyawa saat menempuh perjalanan panjang. Dan jasad yang meninggal itu mereka buang kelaut. "Ada 15 yang meninggal," ungkapnya.
Kisah Zian Empat Bulan Melawan Gelombang dan mendarat di Aceh
Pengungsi Rohingya saat berada di bibir pantai. (popularitas/Risky)

ZIAN Burrahman, begitu Ia memperkenalkan namanya. Bersama 99 warga Rohingya lainnya, lelaki yang lancar berbahasa melayu itu, menceritakan sepenggal kisah perjalanan rombongan mereka sebelum diselamatkan nelayan, dan mendarat di Lancok, Aceh Utara.

Tujuan utama Ia dan rombongan awalnya menuju Malaysia, namun karena dikarenakan lambung kapal bocor, selama empat bulan lebih kurang, mereka terombang ambing dilaut, dan dengan bekal yang ada mencoba bertahan hidup. Tidak kurang dari 15 penumpang lainya, telah meregang nyawa saat menempuh perjalanan panjang. Dan jasad yang meninggal itu mereka buang kelaut. “Ada 15 yang meninggal,” ungkapnya.

Terdapat lelaki, anak-anak, dan sebagian perempuang yang meninggal diatas kapal. Ada yang sakit, kelaparan, dan ada juga yang memilih mengakhiri hidup sebab tidak tahan penderitaan dan menahan lapar, tuturnya.

Hanya air dan langit yang menjadi pemandangan mereka setiap hari, dengan harapan dapat menemui daratan, hari-hari kami penuhi dengan untaian doa agar selamat sampai tujuan. “Niat kami awalnya ke Malaysia,” tutur Zian dengan bahasa melayu yang terbata-bata.

Mengenakan kaus biru, dan peci putih, lelaki berkulit hitam dan hidung mancung itu, mengungkapkan, saat kapal rombongan mereka rusak, dirinya dan semua penumpang kapal sudah pasrah, dan hanya berharap keajaiban, dan pertolongan Allah agar selamat dari ganasnya gelombang. “Kapal sudah masuk air, dan nyaris tenggelam, sampai kemudian kami bertemu dengan nelayan. Dan belakangan diketahui merupakan warga Aceh,” ujarnya.

Kondisi mesin mati, dan sebagian sudah terisi air karena bocor, membuat kapal terombang ambing dibawa angin dan ombak. Tidak ada tujuan, dan kami tidak tau ke arah mana kapal hanyut. Dan pertemuan dengan nelayan Aceh itulah bentuk pertolongan Allah kepada kami. “Ketika ketemu orang Aceh, baru saya tau sudah tiba di peraian Indonesia,” ungkapnya.

Kamis, 25 Juni 2020, Zian dan ratusan warga Rohingya, diselamatkan oleh nelayan Aceh. Saat kapal yang mereka tumpangi masih berada beberapa mil dilaut, awalnya pemerintah daerah, dan unsur keamanan, menginginkan agar rombongan kapal itu di dorong kembali ke lepas pantai. Namun, ratusan warga meminta agar WNA tersebut diselamatkan, dan dibawa turun ke darat. Setelah melalui proses negosisasi yang panjang, akhirnya, ke-100 warga provinsi Rakhine itu dibawa

 Kisah Zian Empat Bulan Melawan Gelombang dan mendarat di Aceh
Zian Burrahman, salah satu penumpang kapal pengungsi Rohingya. FOTO : Rizkita

Zian sendiri, merupakan kelahiran Bangladesh, dan sejak kecil telah bertempat tinggal di Rohingya bersama keluarganya. Dan dari ceritanya, dalam rombongan kapal yang mereka tumpangai, ada warga Myanmar, dan juga sebagian besar dari Rohingya. Dan saat ini, dirinya hanya pasrah kepada Allah tentang masa depannya. Sebab, katanya, tujuan utama Ia dan seluruh penumpang kapal adalah ke Malaysia.

“Tapi kini kami sudah ditanah Aceh, dan orang disini baik-baik,” sebutnya.

Dari cerita Zian, Ia sudah pernah ke Malaysia pada 2011, dan kembali ke negaranya pada 2018, dan pada tahun ini, dirinya hendak kembali ke negara itu guna bekerja dan mencari uang.

Saat ini, Ia dan seluruh rombongan hanya bisa berharap warga Aceh bisa menerima dirinya dan kawan-kawan lainnya. Sebab, yang paling penting, saat ini kamu semua selamat dari ganasnya gelombang. Soal bagaimana mencari kehidupan, itu masalah kedepannya yang harus dipikirkan. “Kami tak taulah, saat ini sudah selamat dan tiba di darat sudah bersyukur,” katanya.

Kini, Zian dan 99 rekannya, masih dalam pengawasan pihak imigrasi. Selama dalam penampungan, setiap harinya, tidak kurang ratusan warga yang berbondong mendatangi lokasi mereka ditempatkan, guna memberikan bantuan berupa makanan, pakaian, dan juga air minum. Selama dalam perawatan dan isolasi, bantuan logistik terus berdatangan dari masyarakat yang merasa prihatin dengan kondisi para pengungsi tersebut. (SKY)

Laporan Rizkita

Shares: