HeadlineNews

Kini Ibuprofen Bisa Jadi Kunci Obat Virus Corona

Kini Ibuprofen Bisa Jadi Kunci Obat Virus Corona
Ilustrasi. Klikdokter

BANDA ACEH (popularitas.com) – Badan Kesehatan Dunia (WHO) sempat melarang penggunaan ibuprofen pada pasien virus corona. Namun kini, obat tersebut dikatakan dapat menjadi kunci dalam mengatasi penyakit COVID-19.

Juru bicara WHO, Christian Lindmeier memang sempat mengatakan penggunaan ibuprofen sebaiknya digantikan dengan parasetamol untuk menanggulangi gejala virus corona.

Hal tersebut pun turut diamini oleh, profesor Parastou Donyai dari University of Reading, Inggris.

Menurutnya, beberapa penelitian yang telah dilakukan berasumsi bahwa penggunaan ibuprofen untuk mengobati infeksi saluran pernapasan justru bisa memperberat penyakit atau memicu komplikasi.

Namun saat ini, terdapat sebuah temuan baru yang mengatakan ibuprofen berpotensi menjadi obat yang efektif untuk mengatasi infeksi virus corona.

Suatu bentuk ibuprofen yang disebut flarin sedang dipelajari di Inggris. Ini untuk membuktikan senyawa tersebut efektif untuk mengobati gejala gangguan pernapasan akibat COVID-19.

Flarin juga dikenal dengan sebutan lipid ibuprofen. Senyawa ini diketahui memiliki efek antiradang dan dirancang untuk melindungi perut dari iritasi saat dikonsumsi.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menguji flarin pada 230 orang yang telah dirawat di rumah sakit akibat mengalami COVID-19 dengan gejala gagal napas akut.

Pasien-pasien yang terlibat dalam penelitian adalah mereka yang telah berusia 18 tahun atau lebih dan diketahui tidak memiliki reaksi hipersensitivitas pada obat-obatan golongan NSAIDs (non-steroid anti-inflamation drugs).

Profesor neuroimaging dan psikofarmakologi yang juga direktur Centre for Innovative Therapeutics di Kings College London, Mitul Mehta, mengatakan tujuan dari penelitian tersebut melihat ibuprofen benar-benar dapat mengurangi masalah pernapasan pada pasien virus corona.

Ia juga menekankan bahwa percobaan tersebut ditujukan pada pasien COVID-19 yang dirawat inap. Bukan untuk pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala (OTG).

“Jika dapat mengurangi gejala yang dialami pasien, waktu yang dibutuhkan untuk rawat inap akan lebih sebentar. Ini karena mereka bisa pulih dengan cepat dan kembali ke rumah,” kata Metha.

“Kami juga mungkin mengurangi tingkat keparahan gangguan pernapasan sehingga pihak rumah sakit dapat lebih mudah mengatasinya tanpa harus pergi ke ruang ICU. Itu bisa menjadi hasil yang fantastis,” sambungnya.

Dalam uji coba nantinya, tim peneliti mengatakan bahwa setengah dari pasien akan mendapatkan ibuprofen di samping perawatan yang biasa diberikan. Percobaan tersebut akan menggunakan formulasi ibuprofen yang disajikan secara khusus.

Studi yang sebelumnya dilakukan pada hewan, menemukan ibuprofen dapat mengobati sindrom gangguan pernapasan akut yang terjadi akibat infeksi coronavirus. Khususnya, untuk pasien yang mengalami sakit berat.

“Kita perlu melakukan uji coba untuk membuktikan bahwa hasilnya sesuai dengan harapan,” ujar Metha.

Benarkah Ibuprofen Punya Khasiat Anti-inflamasi?

Manfaat ibuprofen untuk mengobati pasien COVID-19 memang masih belum terbukti sepenuhnya.

Meski demikian, obat ini memang tergolong bisa untuk mengatasi gangguan kesehatan yang berhubungan dengan peradangan.

“Infeksi virus atau bakteri memang bisa membuat tubuh mengalami peradangan. Dengan adanya obat anti-inflamasi (antiradang), diharapkan peradangannya bisa menurun. Biasanya peradangan di tubuh ditandai dengan demam dan rasa nyeri,” ujar dr. Devia Irine Putri dari KlikDokter.

“Penelitiannya itu pakai flarin (lemak kapsul ibuprofen), bukan tablet ibuprofen biasa. Jadi, bisa atau tidaknya senyawa tersebut mengobati COVID-19, masih butuh dipastikan dengan penelitian lanjutan,” sambungnya.

Meski belum pasti, kabar bahwa ibuprofen berpotensi mengobati COVID-19 adalah angin segar bagi seluruh masyarakat dunia. Semoga saja, para ilmuwan bisa segera menemukan penangkal sekaligus obat yang dapat secara pasti dalam mengatasi pandemi virus corona.[acl]

Sumber: klickdokter

Shares: