NewsParlementaria DPR Aceh

Ketika Pasar Janda Diharap Jadi Solusi

Wakil Ketua DPRA Teuku Irwan Djohan saat memaparkan ide mendirikan Pasar Janda di Aceh | Foto: Boy Nashruddin Agus

SUARA Cut Raisita Devi tiba-tiba terputus. Dia sedikit terbata-bata sesaat menceritakan kesulitan hidupnya di ruang Serba Guna DPR Aceh, Banda Aceh, Rabu, 7 Agustus 2019. Di ruangan itu ada beberapa perempuan yang hadir. Ikut pula beberapa orang pria dari berbagai latar belakang, termasuk Wakil Ketua DPRA Teuku Irwan Djohan.

Devi, demikian perempuan berusia 40 tahun ini kerap disapa, merupakan seorang janda. Selama ini Devi mengaku kesulitan mencari pekerjaan setelah usahanya di Pasar Aceh bangkrut. Devi berkeinginan bekerja di salah satu perusahaan swasta di Banda Aceh, tetapi umur yang tak lagi muda menjadi penghalang.

Devi yang mendengar ide Teuku Irwan Djohan untuk mendirikan Pasar Jajanan Serba Ada alias Pasar Janda kemudian tertarik ikut memberi masukan, di pertemuan yang digelar di ruang Serba Guna petang tadi.

Tak hanya Devi, hal senada juga disampaikan Zahriati yang akrab disapa Bunda. Perempuan yang tak lagi muda ini juga seorang janda pensiunan PNS. Namun, uang pensiun yang ditinggalkan almarhum suaminya relatif kecil jika dibandingkan kebutuhan sehari-hari keluarganya. Belum lagi ada anak Bunda yang sedang mengenyam pendidikan di bangku kuliah.

Bunda sebenarnya memiliki penghasilan dari menjual nasi uduk. Namun tak berapa lama berdagang dia jatuh sakit. Modal nasi uduknya habis. Bunda sempat mengusulkan kredit untuk modal usaha, tetapi lembaga keuangan tempat dia menggantung harapan tidak menyetujui usulan kredit yang diajukan. Bunda berharap ada solusi yang dapat diberikan kepadanya sebagai seorang janda.

Keluhan-keluhan seperti inilah yang kerap diterima Teuku Irwan Djohan saat mengunjungi warga pada saat reses. Dia mencoba membantu sebisanya, tetapi kemudian terkendala karena permasalahan tersebut tak hanya ditemui dari satu atau dua individu saja. Rata-rata Irwan mendengar keluhan senada dari perempuan paruh baya di daerah pemilihannya, terutama bagi mereka yang berstatus janda ditinggal mati oleh sang suami.

Teuku Irwan Djohan mengakui kesulitan yang dialami perempuan lebih kompleks dibandingkan kaum laki-laki. Hal ini tentu tidak bisa dipungkiri kendati emansipasi wanita sedang digadang-gadang, baik di dalam maupun luar negeri. Dia kemudian mencontohkan adanya peluang kerja ojek online berbasis syariah yang ternyata juga digeluti oleh kaum hawa di Banda Aceh. Namun, tentu saja yang menjalani profesi seperti ini adalah kaum perempuan berusia muda. Lantas bagaimana dengan mereka yang sudah berumur?

“Berbagai kendala seperti inilah yang memacu saya untuk mencari solusi. Saya kemudian mencari informasi peluang kerja yang dapat menjawab segudang masalah yang dihadapi kaum perempuan tersebut,” ungkap Teuku Irwan.

Dari penelusurannya, dia kemudian tertarik dengan konsep pasar janda yang ada di Arab Saudi. Berdasarkan keterangan Teuku Irwan, di pasar tersebut dijual berbagai jenis barang dagangan. Namun, tempatnya sedikit kumuh dan diduga tidak mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Alhasil pasar yang semula dihuni oleh pedagang perempuan yang berstatus janda itu malah jadi rebutan antara sesama.

Meskipun demikian, Teuku Irwan tertarik dengan konsep pasar ini jika diwujudkan di Banda Aceh. Dia berharap dengan adanya Pasar Janda ini dapat membantu para ibu dari keluarga tidak mampu untuk dapat membantu perekonomian keluarga.

Lalu kenapa harus Pasar Janda? Tentang hal ini, Teuku Irwan Djohan pasti memiliki alasan tersendiri. Jauh-jauh hari sebelum pertemuan di ruang Serba Guna digelar, putra almarhum Mayjen TNI (Purn) Teuku Djohan ini pernah membuat status di media sosial yang mendapat sorotan dari publik di Aceh. Status tersebut berisi tentang keinginan Teuku Irwan Djohan menghadirkan Pasar Janda seperti yang ada di Arab Saudi ke Aceh.

“Kebanyakan, para janda kesulitan untuk bisa memperoleh penghasilan guna membiayai kehidupannya dan anak-anaknya. Mau buka usaha, mereka tidak punya modal. Mau memperoleh pekerjaan, mereka tidak bisa karena faktor usia. Persoalan hidup mereka sehari-hari, ditambah lagi dengan stigma publik yang cenderung negatif pada mereka, semakin membuat hidup mereka terpuruk,” ujar Irwan Djohan.

Politisi NasDem ini berharap nantinya para pedagang yang diperbolehkan di Pasar Janda ini hanyalah para janda yang tidak mampu atau mereka yang tidak memiliki pekerjaan. Diharapkan lapak yang dibangun di Pasar Janda ini nantinya juga dapat diberikan secara gratis kepada para perempuan janda yang tidak mampu tersebut.

Dalam pertemuan di ruang Serba Guna DPRA, Teuku Irwan kemudian memperlihatkan konsep pembangunan lapak-lapak untuk Pasar Janda yang dimaksud. Dia kemudian memutar slide yang menunjukkan bangunan-bangunan kecil beratap rumbia di salah satu distrik di Thailand, yang menurutnya juga merupakan kompleks Pasar Janda. Lapak-lapak seperti itulah yang diharapkannya dibangun di Aceh. Tidak mewah, tetapi juga tidak kumuh.

“Lapak beratap rumbia dengan jalan-jalan yang ditimbun kerikil untuk mencegah becek di musim hujan,” kata Teuku Irwan.*(BNA)

Shares: