News

Ketiadaan Ayah dan Ibu kokohkan Semangat Amar Jadi Penghafal Alquran

Bernama asli Maha Satria, pelajar asal Simpang Kelamping, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah ini, menempuh pendidikan di Mah'ad As-Sunahtidak kurang dari 4 tahun. Dari keterangan Nogar, abang kandungnya, yang juga menempuh pendidikan yang sama di lembaga itu, kedua orang tuanya telah meninggal. "Ayah dua tahun yang lalu pergi meninggalkan kami semua, dan enam bulan kemudian ibu menyusul," kata Nogar.
Ketiadaan Ayah dan Ibu kokohkan Semangat Amar Jadi Penghafal Alquran
ket foto : Amar Abu Abdirrahman, saat menyetorkan hafalan Alquran 30 juzz dihadapan para ustadz penguji di Ma'had As-Sunah Lampeneurut,Senin, 24 Agustsus 2020 [FOTO : Hendro Saky/popularitas.com]

AMAR Abu Abdirrahman, begitu sapaan karib santri Mah’ad As-Sunah Lampeneurut tersebut. Menempuh pendidikan melalui program tahfiz pada lembaga pendidikan agama islam itu, Senin, 24 Agustus 2020, dihadapan para ustadz penguji, Ia menyetorkan 1 hingga 30 juzz hapalan alquran selama masa menempuh pendidikan.

Bernama asli Maha Satria, pelajar asal Simpang Kelamping, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah ini, menempuh pendidikan di Mah’ad As-Sunahtidak kurang dari 4 tahun. Dari keterangan Nogar, abang kandungnya, yang juga menempuh pendidikan yang sama di lembaga itu, kedua orang tuanya telah meninggal. “Ayah dua tahun yang lalu pergi meninggalkan kami semua, dan enam bulan kemudian ibu menyusul,” kata Nogar.

Proses setoran hafalan Alquran Amar Abu Abdillah sendiri, telah berlangsung sejak subuh, dan selesai hingga bakda Isya. Dihadapan para santri yang berkumpul menyimak setoran hafalan Alquran dari Amar, terlihat Ia dengan lancar membaca kalamullah melalui pengeras suara yang telah dihafalkannya dihadapan Ustad Taufik, dan sejumlah ustadz yang bertindak sebagai penguji lainnya.

Nogar melanjutkan, ayahnya bernama Mahyuddin, dan ibunya Sulastri. Dan selama hidup keduanya berusaha memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya, hingga mereka di masukkan ke pondok Tahfiz Mah’ad As-Sunah. “Jika ayah dan ibu masih hidup, pasti mereka bangga melihat Amar menyelesaikan hafalan Alqurannya hari ini,” ujarnya.

Nogar sendiri, berencana menyelesaikan hafalan Alqurannya beberapa waktu kedepan, dan InsyaaAllah dirinya akan menyusul adiknya, Amar Abu Abdirrahman. Dilanjutkannya, selama dirinya menempuh pendidikan di Mah’ad As-Sunah, para ustadz pengajar memberikan metode pembelajaran yang baik, sehingga para santri lebih mudah menghafal.

Selain metode dan proses pembelajaran, kata Nogar, tentunya proses pendidikan di Mahad Assunah juga ditekankan perihal akidah, akhlak, dan kesemua materi pelajaran tersebut, diajarkan dengan proses yang mudah di pahami dan dicerna. “Saya dan adik, sangat senang belajar di sini,” ujarnya.

Ustadz Syauki atau karib di sapa Ustadz Jhon, salah seorang staf pengjar di Mah’ad As-Sunah yang mengikuti proses syahadah atau setoran hafalan Amar Abu Abdillah, dari juzz 1 hingga juzz 30, santri tersebut hanya melakukan beberapa kesalahan bacaan. Dan toleransi setiap muridnya dinyatakan lulus hanya jika melakukan salah bacaan kurang dari 10 kali. “Dan Alhamdulillah, sepertinya Amar dapat dinyatakan lulus nantinya,” terangnya.

Mudir Mah’ad As-Sunah Lampeneurut, Ustad Azhari Abdirrahman, menambahkan, sejak Mahad Assunah berdiri, lembaga pendidikan hafiz Alquran ini telah banyak menamatkan para santri sebagai penghafal Alquran. Dan sebagian besar diantaranya, telah diterima di perguruan tinggi Universitas Islam Madinah, di Madinah Almunawarah, Arab Saudi.

Mah’ad As-Sunah, sambungnya, berkomitmen tinggi, untuk sebanyak mungkin mencetak dan melahirkan anak-anak Aceh yang belajar ditempatnya, sebagai para penghafal Alquran, dan hal tersebut terus dibuktikan dengan semakin banyaknya lahir generasi qurani dari lembaga ini. “Kami ingin terus berbuat yang terbaik untuk Aceh, sesuai dengan semangat Mahad Assunah untuk terus melahirkan para penghafal Alquran,” katanya.

Amar Abu Abdirrahman, setelah usai melakukan proses syahadah, tidak henti-hentinya mengucapkan Alhamdulillah, dan tentu, apa yang Ia peroleh hari ini, merupakan karunia Allah, dan atas dorongan kedua almarhum orangtuanya.

“Alhamdullillah, dan setelah ini saya ingin melanjutkan kuliah memperdalam Alquran di Universitas Islam Madinah,” ujarnya.

Laporan : Hendro Saky

 

Shares: