KesehatanNews

Kemenkes Sebut Corona Varian R.1 Belum Ada di Indonesia

Direktur FBI Amerika Serikat tuding virus Covid-19 berasal dari China
Peneliti mempublikasikan penampakan 3D bagian luar virus corona SARS-CoV-2 yang tampak berbintik dan aktif bergerak. (Solodovnikov A. & Arkhipova V. via Wikimedia Commons (CC BY 4.0))

POPULARITAS.COM – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengklaim mutasi virus SARS-CoV-2 R.1 belum teridentifikasi di Indonesia hingga saat ini. Varian R.1 diketahui pertama kali ditemukan di panti jompo di Kentucky, Amerika Serikat pada Maret lalu.

Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menegaskan hasil pemeriksaan spesimen menggunakan metode Whole Genome Sequence (WGS) yang dilakukan pemerintah sejauh ini belum menunjukkan adanya sebaran varian R.1 di Tanah Air.

“Belum ada ya [varian R.1] sampai saat ini,” kata Nadia, Jumat (24/9/2021).

Nadia mengatakan pemerintah saat ini terus berupaya mengawasi pintu masuk di udara dan laut guna meminimalkan persebaran varian-varian baru ke Indonesia. Ia menyebut pemerintah juga bakal memperkuat pemeriksaan WGS guna lekas mengidentifikasi varian baru yang kemungkinan beredar di Tanah Air.

Nadia sekaligus memastikan bahwa pemerintah terus berupaya membidik beberapa sampel yang ‘diincar’, seperti mereka yang hasil Cycle Threshold (CT) dari PCR swabnya menunjukkan angka di bawah 30, hingga sampel milik mereka yang masih terpapar covid-19 meski sudah lengkap mendapatkan vaksin.

“Memperkuat pintu masuk negara, karena potensi varian masuk selalu ada ya, yang penting protokol kesehatan tetap dipatuhi seperti karantina 8-14 hari, dan harus tes RT PCR dua kali, baru bisa meneruskan perjalanan,” kata dia.

Varian R.1 diketahui masuk dalam kategori Alerts for Further Monitoring alias varian yang tengah dipantau perkembangannya oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sejak 7 April 2021 lalu.

Nadia sekaligus menginformasikan bahwa sejauh ini varian ‘berbahaya’ yang dipantau dan diidentifikasi di Indonesia sesuai dengan penggolongan kriteria varian oleh WHO yakni varian Alfa, Beta, Delta, dan Gamma yang merupakan ‘variant of concern’. Namun varian Gamma diketahui belum teridentifikasi di Tanah Air.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes sejauh ini telah mengidentifikasi sebanyak 2.720 kasus varian Delta B1617.2 di Indonesia. Sementara untuk varian B117 Alfa 65 kasus dan varian B1351 Beta 22 kasus.

“Namun tetap kita waspada terhadap adanya mutasi atau varian baru ini,” ujar Nadia.

Baru-baru ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan dari total 199 pasien dan perawat panti jompo di Kentucky, Amerika Serikat, ada sekitar 26 pasien dan 20 perawat yang positif terinfeksi Covid-19. Sebanyak 28 spesimen yang diteliti terjangkit Covid-19 varian R.1.

Sementara itu, sekitar 90 persen penghuni panti jompo dan 52 persen staf fasilitas itu telah merampungkan dua dosis vaksiN Covid-19. Namun, di antara mereka yang telah divaksin, sebanyak 25,4 persen pasien dan 7,1 persen perawat tetap terinfeksi Covid-19.

Menurut analisis CDC, data tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa antibodi vaksin Covid-19 tidak begitu efektif melawan varian R.1. Adapun menurut Outbreak.info, per 22 September sudah ada 10.567 kasus R.1 yang dilaporkan terdeteksi di seluruh dunia.

Di AS, kasus R.1 tercatat 2.259, sementara di Jepang sebanyak 7.519 kasus. Sejauh ini dua negara tersebut memimpin sebagai negara dengan kasus varian R.1 terbanyak.

Sumber: CNN

Shares: