Headline

Karut Marut Proyek Pengerukan Kolam Pelabuhan Ulee Lheue

PELABUHAN penyebrangan penumpang Ulee Lheue Banda Aceh Selasa, 17 September 2019 siang, tampak lengang. Tidak terlihat ada aktivitas kapal penumpang, baik jenis kapal cepat dan jenis roll-on-roll of (RoRo), yang melayani rute Banda Aceh-Sabang-Banda Aceh.
Pelabuhan Penyebrangan penumpang Ulee Lheue Banda Aceh. FOTO: Boy Nashruddin Agus

PELABUHAN penyebrangan penumpang Ulee Lheue Banda Aceh Selasa, 17 September 2019 siang, tampak lengang. Tidak terlihat ada aktivitas kapal penumpang, baik jenis kapal cepat dan jenis roll-on-roll of (RoRo), yang melayani rute Banda Aceh-Sabang-Banda Aceh.

Di dermaga itu hanya ada KMP Express Bahari mengapit kapal cepat lain bersama seperti KMP Pulo Rondo Lhokseumawe. Selebihnya ada kapal orange bernama KN SAR Kresna dengan nomor 232. Kapal milik Basarnas ini lego jangkar di sayap kiri dermaga bersama kapal kecil milik nelayan.

Baca juga : Proyek Milik Dishub Aceh Senilai Rp12 Miliar Lebih Terancam Gagal

Di dekat KN SAR Kresna juga ada KMP Peunaso, moda transportasi andalan baru milik Pemkab Aceh Besar yang melayani rute Ulee Lheue-Pulo Nasi.

Pada sayap kanan pelabuhan ada satu unit alat berat lainnya yang terparkir, alat tersebut direncanakan digunakan untuk mengeruk kolam pelabuhan Ulee Lheue. Clamshell, begitu jenis alat itu dinamakan.

Clamshell, adalah alat gali yang mirip dengan dragline yang hanya tinggal mengganti bucket nya saja. Clamshell terutama digunakan untuk mengerjakan bahan-bahan lepas, seperti pasir, kerikil, lumpur dan lain-lainnya.

Kedatangan alat ini, sehubungan dengan pekerjaan milik Dinas Perhubungan Aceh, yakni pengerukan kolam pelabuhan penyebrangan Ulee Lheue. Paket proyek senilai Rp12,6 miliar ini, dalam proses tendernya, dimenangkan oleh PT Bohana Jaya Nusantara.

Gambar ini adalah ilustrasi proses pengerukan pelabuhan. Dalam proses pengerukan secara teknis, harus terdapat jenis alat, berupa clamshell, hopper barges, kapal tandu, dan kapa pembawa clamshell. Secara fakta, sampai saat ini, pada lokasi proyek baru terdapat satu jenis alat saja, yakni Clamsheel

Sesuai dengan dokumen pelaksanaan proyek, semestinya, pekerjaan pengerukan kolam pelabuhan ini, telah dikerjakan oleh perusahaan tersebut, terhitung pada Juli 2019. Namun, hingga berakhirnya September, tidak ada aktivitas pekerjaan yang dilakukan.

Proyek ini sendiri, sebenarnya telah dianggarkan pada tahun 2018, namun pada saat itu, proses pekerjaannya gagal, dan pada saat ini kembali dianggarkan. Melihat kemajuan pelaksanaan proyek, dan berakhirnya tahun anggaran, kegiatan ini juga berpotensi gagal kembali.

Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Junaidi, dalam pernyataannya yang dilansir di harian Serambi Indonesia, 27 Agustus 2019 silam, Ia mengatakan bahwa, kapal keruk yang akan digunakan untuk melakukan pengerukan di Pelabuhan Penyebrangan Ulee Lheu, diperkirakan akan tiba dalam waktu tiga hari.

Namun, sejak pernyataan tersebut, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda kegiatan pengerukan pelabuhan tersebut.

Aroma tak sedap, terkait dengan tertundanya pelaksanaan kegiatan proyek tersebut, diduga adanya praktik jual beli proyek. Dan dari informasi yang diperoleh, perusahaan pemenang tender, tidak mendapatkan dukungan peralatan untuk pekerjaan pengerukan kolam tersebut.

Kabid Laut Dinas Perhubungan Aceh, Makyus, saat dikonfirmasi media ini, Selasa, 17 September 2019, mengatakan, saat ini, satu alat telah tiba di lokasi pekerjaan, yakni clamshell. Dan beberapa alat pendukung lainnya, yakni Hopper berges, akan tiba beberapa hari mendatang.

Clamshell, milik perusahaan, yang rencana akan digunakan dalam pekejaan proyek. FOTO : Boys Nashrudin Agus

Hopper bergers, adalah sejenis alat berupa kapal, yang mirip seperti tongkang. Secara teknis, pasir dan lumpur laut yang dikeruk menggunakan clamsheel, ditempatkan pada alat ini untuk selanjutnya dibuang kedaratan.

Yang masih menjadi tanda tanya kemudian, secara teknis, alat clamsheel ini, harus ditempatkan pada kapal tugboat, atau sejenis kapal tandu, yang berfungsi untuk membawa clamsheel ke lokasi titik pekerjaan area pengerukan yang tertuang dalam dokumen kontrak.

Dari pantauan dilokasi pekerjaan, wartawan popularitas, tidak mendapati sama sekali keberadaan kapal jenis tersebut.

Namun , Makyus optimis, pekerjaan pengerukan kolam ini akan dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal akhir proyek, yakni pada akhir November 2019, sehingga pada Desember ditahun yang sama, hasilnya telah dapat bermanfaat dalam pelayanan aktivitas penyebrangan pelabuhan. “Kita optimis pekerjaan selesai sesuai kontrak, dan wajib diselesaikan,” katanya. (BNA/SKY)

Shares: