Headline

Kapolda Aceh bangga anggotanya makamkan jenazah pasien covid-19

Kapolda Aceh, Irjen Pol Wahyu Widada, mengungkapkan rasa haru dan bangganya, atas dedikasi yang dilakukan oleh dua anggotanya, dalam prosesi pemakaman jenazah pasien covid-19, yang meninggal di RSUZA Banda Aceh, dan ditolak masyarakat saat hendak dikebumikan dilahan perkuburan yang telah disiapkan.
Mantan Kapolda Aceh Wahyu Widada raih jabatan baru sebagai Kabaintelkam Polri
Kapolda Aceh Irjen Pol Wahyu Widada. Antara Aceh/M Haris SA

BANDA ACEH (popularitas.com) : Kapolda Aceh, Irjen Pol Wahyu Widada, mengungkapkan rasa haru dan bangganya, atas dedikasi yang dilakukan oleh dua anggotanya, dalam prosesi pemakaman jenazah pasien covid-19, yang meninggal di RSUZA Banda Aceh, dan ditolak masyarakat saat hendak dikebumikan dilahan perkuburan yang telah disiapkan.

Kepada popularitas.com, Kamis, 18 Juni 2020, jenderal bintang dua ini mengatakan, mengurus, mensholatkan, dan memakamkan jenazah sesama muslim adalah hukumnya wajib. Dan apa yang telah dilakukan oleh anggota saya dari Polresta Banda Aceh itu, sebagai wujud pengabdian Polri kepada masyarakat. Karena itu, selaku pimpinan dirinya mengapresiasi langkah tersebut.

Proses pemakaman yang dilakukan oleh anggota saya sesuai dengan protokol penanganan jenazah pasien covid-19 tersebut, kiranya Allah berikan balasan berlipat ganda. “Semoga Allah membalas ribuan kebaikan kepada seluruh personil yang terlibat dalam prosesi pemakaman itu,” ujar Kapolda.

Diketahui, dua personil Polresta Banda Aceh dari satuan Intelkam Polresta Banda Aceh, Aipda Azhari, dan Bripka Muksal, yang dipimpin langsung Kompol Hyrowo, selaku Kasat, ikut serta dalam prosesi pemakaman jenazah SU, pasien covid-19 yang meninggal, dan jenazahnya ditolak oleh warga untuk dimakamkan di kawasan Blang Bintang, Aceh Besar.

Dan bahkan, Aipda Azhar, dan Bripka Muksal, ikut serta dalam proses penggalian lubang kubur dan menguburkan jenazah, dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan protokol penanganan jenazah covid-19.

SU merupakan pasien covid-19, asal Sumatera Utara, sempat mendapatkan perawatan Respiratory Intensif Care Unit (RICU) RSUZA Banda Aceh, dengan gejala pheneumonia, dan penyakit lainnya, pria 63 tersebut, akhirnya meninggal, dan hasil uji RT-PCR yang bersangkutan terkonfirmasi positif covid-19. Namun malangnya, jasad lelaki yang hendak dikuburkan pada 17 Juni 2020, ditolak oleh warga sekitar lokasi pemakaman.

Aipda Azhar sendiri, kepada popularitas.com, saat wawancara, Kamis, 18 Juni 2020, mengatakan, Ia tidak paham dan mengetahui dasar penolakan warga terhadap jenazah pasien covid-19. Sebab, awalnya pihak rumah sakit RSUZA dan Pemerintah Aceh, telah melakukan prosedur penanganan jasad pasien corona sesuai protokol kesehatan. Namun, upaya dan prosesi penguburan yang akan dilakukan pada tanah milik negara, di kawasan Blang Bintang tersebut, mendapat penolakan keras dari masyarakat sekitar. “Atas dasar masalah inilah, hati kami terpanggil,” ungkapnya.

Pemakaman jenazah pasien corona. (Dok. Polresta Banda Aceh)

 

 

 

 

 

 

Menggali lubang kubur, dan menguburkan jenazah, adalah pengalaman pertama kali bagi Aipda Azhar. Sebab, selama ini, Ia mengaku ketika ada peristiwa kematian, dirinya hanya hadir ke rumah duka dan ikut ke pemakaman. “Saya tidak pernah menggali kubur, apalagi turun keliang kubur,” ungkapnya.

Usai menguburkan jenazah tersebut, Aipda Azhar mengungkapkan rasa syukur dan bahagianya. Sebab, katanya, Ia merasa kehadiran dirinya dapat memberikan manfaat bagi orang lain. “Ini satu kebahagiaan yang tidak dapat saya lukiskan,” ujarnya.

Hal yang sama juga disampaikan Bripka Muksal. Bertugas pada kesatuan yang sama di Sat Intel Polresta Banda Aceh, pria kelahiran Kota Sabang 34 tahun lalu itu, ikut merasakan kebahagiaan serupa. “Saya tergerak melakukan ini, sebab mendengar jasad oraang ditolak dikubur, dan itu membuatnya sedih,” tuturnya.

Apa yang dirasakan keluarga pasien yang meninggal tersebut, dapat Ia rasakan. Betapa tidak, jika kita bayangkan yang meninggal itu adalah saudara kita, orang tua kita, tapi kala hendak dikuburkan ditolak oleh masyarakat. Tentu tiada kesedihan yang lebih menyedihkan saat orang yang kita kasihi tidak dapat dimakamkan.

“Hari ini mungkin keluarga yang lain kena musibah bisa saya bantu dan besok mungkin keluarga saya sendiri yang mengalaminya,” katanya. (Hendro Saky dan Muhammad Fadhil)

Shares: