Dinas Kebudayaan dan Pariwisata AcehFeature

Kanji Rumbi hidangan khas ramadhan di ujung barat Sumatra

Aceh, daerah paling ujung barat pulau Sumatera, memiliki keragaman budaya, bahasa, dan juga masakan tradisional yang menjadi khas. Ragam kuliner yang tersedia disini, memperlihatkan kekayaan khasanah sejarah provinsi ini dahulunya.
Kanji Rumbi hidangan khas ramadhan di ujung barat Sumatra
Warga Gampong Beurawe, saat memasak Kanji Rumbi di Masjid Al Furqan. FOTO : popularitas.com/Riska Zulfira

POPULARITAS.COM – Aceh, daerah paling ujung barat pulau Sumatera, memiliki keragaman budaya, bahasa, dan juga masakan tradisional yang menjadi khas. Ragam kuliner yang tersedia disini, memperlihatkan kekayaan khasanah sejarah provinsi ini dahulunya.

Nah, salah satu kuliner yang kita ulas pada kesempata kali ini adalah, Kanji Rumbi, panganan bercita rasa tinggi, kerap dijadikan santapan dan lebih banyak dijumpai saat umat muslim di daerah ini menjalankan ibadah puasa.

Bulan Ramadhan, tidak sulit untuk mendapatkan kanji rumbi, sebab hampir disetiap sudut kota, dan sentra penjualan iftar puasa, pasti kuliner itu mudah ditemui.

Kanji rumbi sendiri, adalah bubur nasi yang di masak dengan santan, kaldu daging, dan puluhan jenis rempah nusantara, seperti cengkeh, kapulaga, kayu manis, jintan, jahe dan merica.

Proses pembuatan kanji rumbi sendiri, sebagai besar masih dilakukan secara tradisional, yakni di masak dengan kayu bakar.

Nah, selain di perdagangkan, kanji rumbi juga kerap di masak oleh warga di masjid-masjid di Aceh, dan untuk kemudian dibagikan kepada warga, dan juga musafir yang hendak berbuka puasa.

Masjid yang saban tahun, setiap hari memasak kanji rumbi untuk dibagikan kepada warga, adalah Masjid Al Furqan Gampong Beurawe, di Kota Banda Aceh. Saat popularitas.com, Sabtu (9/4/2022) berkunjung ke tempat ini, kesibukan masyarakat terlihat di bagian belakang rumah ibadah itu, tampak dua belanga besar, dan beberapa pemuda memegang sendok panjang tengah mengaduk kanji rumbi.

Aroma khas rempat menyengat, menggugah selera, yang berasal dari kanji rumbi yang tengah di aduk oleh dua pemuda. Asap yang keluar dari kanji rumbi yang aduk-aduk itu, semakin menambah sensasi rasa, berharap waktu segera berbuka agar segera dapat menyantapnya.

“Di Gampong Beurawe sendiri, bubur kanji rumbi selalu disediakan selama Ramadhan, sejak 24 tahun lalu tradisi ini masih melekat di sini, “ terangnya bang Agam, juru masak kanji rumbi, di Masjid Al Furqan, kepada popularitas.com.

Kanji Rumbi di halaman belakang Masjid Al Furqan. FOTO: Riska Zulfira/popularitas.com

Pria itu, sesekali tampak menyeka wajahnya yang dipenuhi keringat, hawa panas dari belanga besar di depannya membuat sekujur tubuhnya basah. 

Tidak lupa sesekali Bang Agam memasukkan kayu bakar ke dalam tungku agar api tetap menyala. Memasak bubur kanji ini dibutuhkan waktu yang agak lama, lebih dari dua jam untuk menghasilkan kualitas dan cita rasa yang nikmat, sebutnya pria itu tadi.

“Habis zuhur kita persiapkan bahan-bahannya terlebih dahulu, terus langsung dimasak, kalau dihitung selama dua jam proses memasaknya,” terangnya kemudian.

Dalam kurun waktu dua jam untuk menunggu masakan khas itu matang, masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang tua akan berdatangan dengan menenteng wadah masing-masing untuk menampung kanji tersebut. Nantinya bubur kanji akan dibagikan menjelang shalat asar. 

Selain memiliki rasa yang lezat, kanji rumbi juga memiliki khasiat yang cukup baik bagi tubuh, karena kanji rumbi sendiri terbuat dari berbagai rempah seperti beras yang bahan utamanya kemudian dicampur santan, udang, wortel, daun sop, jahe dan berbagai bumbu racikan lainnya.

Sekdes Gampong Beurawe, Muhammad Kausar yang terlibat dalam memasak kanji rumbi di Masjid Al Furqan menambahkan, di daerah ini, tradisi memasak kani rumbi telah berlangung sejak 1998.

“Setiap hari, dua belanga besar di masak, biayanya sedekah warga, dan kemudian di bagi-bagi kepada masyarakat sekitar,” terangnya.

Jadi, lanjutnya Pak Sekdes itu, setiap harinya, dua belanga kanji rumbi yang di masak, selain di bagikan kepada warga, juga kepada masyarakat lain di luar kampung itu.

Sementara itu, dana diperoleh dari donatur serta sumbangan masyarakat Gampong Beurawe. Menurut Kausar, dana yang dibutuhkan sebesar Rp 800 ribu per belanga.

“Satu belanga menghabiskan Rp 800 ribu yang dirincikan dari beras dua sak, udang empat Kilogram per belanga dan berbagai rempah-rempah lainnya yang dibutuhkan. Dananya itu dari donatur tetap serta swadaya masyarakat yang ikut menyumbang menjelang Bulan Ramadhan,” jelas Kausar. 

Artinya masyarakat Beurawe selalu berpartisipasi untuk pembuatan Kanji maupun takjil untuk berbuka di Masjid Al- Furqan. 

Untuk diketahui, kanji rumbi di Gampong Beurawe dibagikan secara gratis kepada seluruh masyarakat setempat dan bagi para musafir.

Kausar berharap, tradisi kanji rumbi bisa mengakar hingga kedepannya dan Masjid yang ada di Banda Aceh, hal itu agar menumbuhkan rasa semangat kepada jemaah untuk melakukan ibadah. “Semoga tradisi ini tidak hilang, sampai kapan pun harus tetap ada di masjid ini,” tutupnya.

 

Editor : Hendro Saky

Shares: