News

Jurnalis Lhokseumawe Kecam Opini Kemal Fasya

LHOKSEUMAWE (popularitas.com) – Jurnalis kota Lhokseumawe dan Aceh Utara mengecam opini berjudul “Parasit Demokrasi”  yang ditulis Kemal Fasya, kepala UPT Kehumasan Universitas Malikussaleh. Mereka menilai opini tersebut menyudutkan profesi jurnalis.

Pernyataan sikap tersebut disampaikan sejumlah jurnalis dalam konferensi pers di QBO Kupi, Lhokseumawe, Jumat, 5 Juli 2019 pagi. Mereka menilai, tulisan yang ditayangkan pada salah satu media cetak di Aceh pada edisi Kamis, 4 Juli 2019 tersebut mengandung unsur pidana, karena men-generalkan pekerjaan pewarta.

Sejumlah penggalan kalimat dalam opini tersebut yang dinilai menyudutkan antara lain, “Wartawan Bodrex lebih banyak berkerumun pada momen-momen meugang puasa dan meugang lebaran,” dan “Banyak wartawan, amplopnya diambil, berita tak pernah ditulis.”

“Opini saudara Kemal Fasya itu jelas-jelas menyudutkan profesi kami. Bila disebutkan ada wartawan yang meminta uang meugang, mana bukti dan siapa orangnya, siapa juga yang menerima amplop tidak menulis berita?” kata Rahmad YD, Wakil Ketua DPP Persatuan Wartawan Aceh mempertanyakan.

Ia menilai, penggalan kalimat dalam opini tersebut melukai perasaan pewarta, khususnya di Lhokseumawe dan Aceh Utara, yang selama ini telah menjalankan tugas dan fungsi jurnalis dengan baik.

“Ini masalah serius karena menyangkut profesi kami,” katanya lagi.

Sementara Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe, Agustiar, menyebutkan opini “Parasit Demokrasi” kurang bijak. Menurutnya, di satu sisi Kemal Fasya menyanjung pewarta yang memegang teguh idealisme jurnalis. Namun di sisi lain, kata Agustiar, Kemal malah menyudutkan dengan menyediakan amplop untuk jurnalis, bahkan menitipnya melalui seorang anggota AJI.

“Kemal Fasya kurang bijak, padahal dia seorang akademisi dan kerap menjadi sumber berita. Di satu sisi, dalam tulisan itu ingin mengapresiasi wartawan anti amplop, di sisi lain  justru  memalukan karena yang bersangkutan menyediakan amplop untuk seorang wartawan dan dititipkan melalui seorang wartawan senior yang notabene anggota AJI,” kata Agustiar.

Hal senada juga disampaikan perwakilan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Aceh, Deni Andepa. Ia berharap, ke depan hal tersebut tidak terulang walau beropini di media dibenarkan dan diapresiasi. Namun, menurut Deni, jangan sampai opini tersebut melukai pihak tertentu,  merusak kehormatan pihak lain, dan  harus beretika.

“Kita sangat menghargai opini seseorang di media, namun jangan sampai berbenturan dengan etika dan kehormatan orang lain,” ujarnya singkat.

Ketua Umum DPP PWA, Maimun Asnawi juga menyayangkan opini Kemal. Dia mengatakan tidak seharusnya Kepala UTP Kehumasan Unimal itu berpendapat di media tentang “Parasit Demokrasi” dengan menjelek-jelekan profesi wartawan. Karena sangat banyak sudut pandang lain bisa dijadikan argumen yang lebih menarik untuk ditelaah.

Di akhir konferensi pers itu, para jurnalis mensomasi Kemal Fasya untuk segera meminta maaf secara tertulis dan dimuat di media yang menerbitkan opini tersebut. Mereka juga mendesak Rektor Unimal agar mencopot jabatan Kemal Fasya sebagai Kepala UPT Kehumasan.

Saat dihubungi terkait somasi tersebut, Kemal Fasya menampik telah melecehkan profesi jurnalis di Lhokseumawe dan Aceh Utara dalam tulisan opininya. Bahkan sebaliknya, dia menyebut opini tersebut merupakan bentuk apresiasi dirinya secara pribadi terhadap sosok jurnalis antiamplop.

“Saya tidak mengerti, opini saya dipenggal-penggal dan dinilai sebagai pelecehan. Coba sebutkan dimana saya melecehkan jurnalis. Malah saya mengapresiasi ada jurnalis yang masih bekerja dengan baik, memegang teguh prinsip-prinsip jurnalisme. Saya juga heran aksi protes itu apakah untuk melindungi oknum wartawan bodrek yang saya anggap bukan wartawan?” katanya.

Terkait  kalimat wartawan “Bodrex”, Kemal hanya ingin menyampaikan pengalaman selama menjabat sebagai kepala Kehumasan. Menurutnya, banyak sekali oknum yang mengaku wartawan dan meminta-minta di saat hari besar, seperti meugang Lebaran dan Ramadan.

Ia menerangkan, aksi protes oleh sejumlah jurnalis itu timbul setelah dirinya mempersoalkan seorang pewarta yang menjelek-jelekkan namanya di grup WhatsApp. Dia menilai tulisan wartawan itu telah mencemarkan nama baiknya.

Saat ditanya, apakah wartawan itu akan dilaporkan ke polisi seperti yang disebutkan dalam sebuah grup WA, Kemal mengatakan, “Saya minta klarifikasi dulu.”(C-004)

Shares: