News

Jadi Termiskin di Sumatera, Bea Cukai: Orang Aceh Suka Jalan Sendiri-sendiri

Seminar yang digelar pengurus wilayah Persatuan Insinyur Indonesia (Rapimwil PII) Aceh di gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Banda Aceh, Kamis (25/2/2021). (Muhammad Fadhil/popularitas.com)

POPULARITAS.COM – Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Aceh, Safuadi menilai, salah satu penyebab Tanah Rencong menjadi provinsi termiskin di Pulau Sumatera adalah karena kurangnya kekompakan antar stakeholder. Menurutnya, pemangku kepentingan di Aceh suka jalan sendiri-sendiri.

“Hal yang perlu dilakukan sekarang oleh pemerintah kita di seluruh tataran, baik tingkat 1 dan 2 adalah integrasi, sinkronisasi dan sinergitas. Jadi jalannya harus serentak, jadi kalau jalannya tidak serentak, artinya masing-masing, maka kekuatannya tidak sempurna, nah ini yang terjadi sekarang,” ujar Safuadi.

Safuadi menyatakan hal tersebut saat menjadi pemateri dalam seminar rangkaian rapat pimpinan wilayah Persatuan Insinyur Indonesia (Rapimwil PII) Aceh di gedung AAC Dayan Dawood Unsyiah, Banda Aceh, Kamis (25/2/2021).

Dalam paparannya, Safuandi mencontohkan, pengiriman alpukat dari Bener Meriah ke Jakarta menggunakan truk selama ini menelan biaya sekitar Rp 33 juta untuk satu kali jalan.

Padahal, sambung Safuandi, saat bersamaan Aceh kini sudah memiliki pelabuhan Krueng Geukuh, Lhokseumawe yang juga bisa digunakan untuk mengirim logistik menggunakan kapal Tol Laut, namun tak dimanfaatkan.

“Ada cara yang disediakan pemerintah, difasilitasi oleh pemerintah menggunakan Tol Laut melalui Pelabuhan Krueng Geukuh itu sampai Tanjung Priuk hanya Rp6 juta. Cuma persoalan di Aceh hari ini, informasi tersebut tidak pernah sampai kepada orang yang membutuhkan, nah ini koordinatornya nggak ada ni,” ujarnya.

“Akibatnya, orang yang ingin membutuhkan itu juga jalan sendiri. Nggak mungkin tugas Pelindo datangin semua petani alpukat, nggak mungkin, karena mereka tugasnya di pelabuhan,” jelas Safuandi.

Harusnya, lanjut Safuandi, hal tersebut ada yang mengintegrasi atau mengkoordinir. Sehingga, tak terjadi miss link antara petani dan pemerintah di Aceh yang mengakibatkan terjadi biaya mahal logistik.

“Selama ini kapal Tol Laut ke Aceh, bawa barang ke Aceh saat pulang kosong.  Kenapa? Tidak terkoordinir, informasi ini tidak sampai ke petani,” pungkasnya.

Editor: dani

Shares: